132. Mengikhlaskan

1216 Words

“Jangan menangis, Mas…,” bisik Mama Jarek lirih, suaranya bergetar namun tegas. “Mas itu laki-laki yang kuat, yang tegas. Jangan hanya karena ini, Mas menjatuhkan air mata.” Papa Jarek menggenggam tangan istrinya semakin erat, meletakkannya di wajahnya yang sudah basah oleh air mata. “Aku salah, Zahira… semua ini salahku. Maafkan aku, aku mohon, jangan tinggalkan aku. Kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku butuh kamu, aku tidak bisa hidup tanpamu.” Mama Jarek menghela napas panjang, menahan gelombang air mata yang hampir pecah. Hatinya memang masih mencintai lelaki ini, tetapi luka dan tekadnya telah menegaskan pilihan. “Janji tetaplah janji, Mas,” ucapnya pelan namun tegas. “Aku tidak bisa kembali. Hatiku sudah mantap kembali ke agamaku, kembali ke jalan yang seharusnya aku tempuh. Aku i

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD