Chapter - 2. 'Wait For My Revenge'

1560 Words
HAPPY READING ------------------------------------- Xavier, lelaki itu menatap punggung gadis yang tengah fokus melihat dosen sembari menulis sesuatu di atas kertas putih. Ia jengah dan merasa bosan akibat pelajaran administrasi yang membuatnya mengantuk. Ide jahil melintas di kepalanya untuk mengganggu Kelly. Ia mengambil secarik kertas, lalu menuliskan sesuatu dan meminta solasi kepada teman sebelahnya dan kemudian menempelkan tulisan yang telah ia buat di punggung Kelly. Ia tersenyum miring dan menunggu bagaimana reaksi Kelly jika tahu ada sesuatu di punggungnya. Saat ada seorang gadis yang ingin memberitahu Kelly, Xavier yang melihatnya segera memberi ancaman melalui matanya yang melotot tajam. Akhirnya, gadis itu tidak memberitahukan Kelly dan kembali fokus pada pelajarannya. "Kelly, sidang skripsi kapan dimulai?" tanya seorang gadis yang duduk bersebelahan dengannya. Kelly yang merasa ditanya pun menjawab, "Dua bulan lagi," "Oh Tuhan! Skripsi ku masih setengah dan harus selesai dua bulan lagi!! Bagaimana ini?" Kelly yang mendengarnya terkekeh pelan. "Masih ada waktu untuk menyelesaikannya," Kelly tersenyum yang menampakkan lesung pipit yang hanya ada di sebelah kanan. "Hmmm.." gadis yang bernama Jessica Parker mengedikkan bahunya. "Kelly, kau bisa membantuku membuat skripsi? Nanti kau akan aku bayar," Kelly mengernyitkan dahi. Astaga! apakah Jessica ingin menyuruhnya membuat skripsi yang jelas-jelas miliknya belum selesai? "Maaf aku tidak bisa, Jess. Skripsiku juga ada kendala dan masih banyak yang harus ku revisi," dengan wajah penuh penyesalan Kelly menolak. Gadis seperti Jessica tidak boleh dibiarkan. Ia tahu Jessica berasal dari keluarga berada dan hanya dengan uang ia bisa melakukan apapun. Tapi apakah gadis itu tidak ingin berusaha agar dirinya tidak dipandang buruk oleh orang lain? "Cih, padahal kau membutuhkan uang juga, kan? Seharusnya kau membantu atau membuatkan aku skripsi itu. Oh, kau bisa juga menjual skripsimu padaku. Aku akan membelinya berapapun harga yang kau tawarkan" Jessica dengan senyum manisnya berusaha untuk meyakinkan Kelly. Ia malas untuk membuat hal bodoh yang jelas-jelas tidak berguna dan pemborosan kertas hanya untuk membuat hal seperti itu. Ia bukanlah gadis yang suka belajar dengan bermacam-macam buku. Ia lebih suka secara langsung tanpa harus mencatat, menghafal, dan tentunya yang membuat dirinya juga menikmati tanpa ada beban. Segala hal yang berkaitan dengan buku kecuali novel dan komik, lebih baik singkirkan di wajahnya karena ia tidak suka. Apalagi buku-buku pengetahuan. Cih, itu hanya dipelajari di dunia pendidikan dan akhirnya menjadi sampah karena tidak digunakan dan diterapkan di kehidupan nyata. Itulah yang ada di pikirannya. "Maaf, Jess. Aku tidak bisa. Skripsiku masih belum sempurna dan waktu tinggal dua bulan lagi. Aku tidak akan ada waktu untuk mengerjakannya jika aku menjualnya padamu," Kelly dengan nada sehalus mungkin menolak tawaran Jessica. "Uhh, ya sudahlah.." Jessica merasa jengah dengan lawan bicaranya. Sedangkan Kelly berlagak santai dan tidak memikirkan lagi bagaimana perasaan Jessica, karena dirinya sendiri sudah sulit dan jika membantu Jessica, dirinya akan kembali sulit. "Kau munafik!" seseorang berbisik di telinga Kelly dan tentunya Kelly sangat mengenal suara itu. Suara yang membuatnya harus menahan amarah agar tidak merobek mulut si pemilik. Kelly berusaha untuk tidak menghadap ke belakang dan tetap fokus pada dosen yang sedang mengajar. "Jelas-jelas dia ingin memberimu uang tapi kau menolak. Dasar mu-na-fik!" Xavier tahu bahwa Kelly sedang menahan amarahnya. Tapi ia adalah Xavier, jika tidak membuat Kelly marah, mungkin itu bukanlah dia. "Bisakah kau diam, Smith?!" desis Kelly dengan memundurkan tubuhnya dengan punggung yang menyentuh papan kursi. Ia tahu Xavier begitu dekat dengannya hingga ia tidak perlu lagi berbalik arah. "Kau memang munafik, Miss. Miller," Dan dengan santainya lagi Xavier menyentuh rambut Kelly lalu menariknya pelan. "Sial kau! Bisa kau diam!" desis Kelly dengan nafas yang sudah memburu. Xavier ingin bermain api dengan membuat segala hal yang membuatnya emosi agar ia berteriak dan mencaci-maki lalu ditegur oleh Dosen yang mengajar. Ia sudah tahu trik itu! Kelly memajukan tubuhnya kembali ke posisi semula agar Xavier tidak berbicara yang aneh-aneh lagi kepadanya. Tapi ekspetasi nya ternyata salah. Xavier kembali berisik di telinganya. "Kau akan malu, Nona. " Dan setelah bisikan terakhir itu, Xavier tidak mengganggunya lagi. Ia merasa tenang dan memutar bola matanya. Akhirnya si sialan itu sudah berhenti dengan mulut bodohnya. Jika saja Xavier tidak menghentikan segala ucapannya, mungkin ia akan mencabik-cabik lelaki itu menjadi acak-kadut seperti pengemis yang meminta ampun akibat ketahuan mencuri. *** Saat jam pelajaran berganti, Kelly berjalan ke perpustakaan untuk mengambil buku yang lain selagi dosen belum masuk ke dalam kelas. Ia menyempatkan dirinya untuk menikmati wangi perpustakaan dan memilih buku-buku cerita yang ia suka. Ia berjalan dengan santai, tanpa gangguan apalagi dengan adanya Xavier. Si sialan itu mungkin sudah bosan untuk mengganggunya. Tanpa ia sadari, mahasiswa yang berjalan melewatinya tampak tertawa saat melihat apa yang ada di punggung gadis itu. Mereka terkikik geli dan tidak ada satupun yang ingin memberitahukan Kelly dengan kertas yang menempel di punggungnya. Kelly yang sudah berada di perpustakaan pun dengan semangat mencari buku dan seorang mahasiswa yang melewatinya kemudian tertawa lalu menatapnya dengan tatapan geli tanpa mengeluarkan kata-kata. Kelly merasa bingung. Kenapa mereka tertawa? Apakah ada yang lucu? Kelly tak menggubrisnya dan terus mencari. Semakin ia tidak perduli, semakin banyak yang membaca tulisan di kertas yang berada di punggungnya. Lama-kelamaan ia merasa aneh. Mereka tertawa dengan melihat dirinya. Apakah ada noda di wajahnya? Atau adakah sesuatu di rambutnya? Dengan rasa penasaran ia menghadap ke arah kaca yang terletak tak jauh dari jaraknya berdiri lalu berkaca. 'Tidak ada apa-apa di wajah ku. Kenapa mereka tertawa?' batin Kelly bertanya-tanya. Ia memastikan sekali lagi bahwa penglihatannya tidak salah dan kemudian berbalik setelah ia yakin bahwa tidak ada apa-apa. Kelly tetap mencari buku-buku dan beberapa menit kemudian, setelah menemukan buku yang ia cari, ia keluar dari perpustakaan dan menemui Minho untuk belajar bersama. Minho adalah sahabatnya dan ia menyukai lelaki itu saat berbicara dengan aksen Korea yang membuatnya betah berlama-lama mendengar suara lelaki itu. Minho adalah lelaki keturunan Korea-Amerika dengan mata sipit yang menawan. Ia benar-benar tidak sabar menemui Minho dan mendengar aksen Korea yang terkadang membuatnya terkikik geli sendiri. Ia melangkahkan kakinya menuju kelas Minho yang jelas berbeda jurusan dengannya. Minho mengambil jurusan komputer sedangkan dirinya sendiri mengambil jurusan akuntansi dan sialnya sekelas bersama Xavier. Mereka sudah berada di semester akhir dan inilah saatnya untuk menyusun skripsi yang hampir tuntas. "Minho!" Panggil Kelly dari jauh. Ia melihat Minho yang baru saja keluar dari toilet dan kemudian menghampiri lelaki itu. Minho menoleh dan tersenyum saat Kelly berjalan mendekat ke arahnya. "Pelajaran apa kau nanti?" "Desaign grafis, You?" "Accounting. By the way, jangan lupa nanti malam. Aku menunggumu untuk mengerjakan skripsi bersama. Lagipun aku tidak punya teman jika kau mengerjakannya sendiri," Kelly memyengir dan menyipit kan matanya. Minho menggangguk. "Baiklah, nanti aku ke rumahmu malam ini. " "Oke... sampai jumpa nanti malam! Bawa makanan banyak-banyak!" Kelly berjalan menuju kelasnya dengan tangan yang melambai dan mengingatkan Minho untuk membawa banyak makanan. Minho yang melihat punggung Kelly dengan tulisan aneh pun mengejar Kelly yang hampir masuk ke kelas. "Kelly!!" Yang dipanggil pun menoleh dan menatap Minho dengan tatapan bertanya. "Ada sesuatu di punggungmu," Kelly mengernyitkan dahi dan kemudian meraba-raba punggungnya. Amat terasa benda yang tak asing di tangannya dan kemudian dengan kasar ia menarik benda itu lalu melihat sebuah kertas yang ditempelkan di punggungnya. 'I'M A STUPID BITCH!' Ia membaca tulisan itu dengan tangan terkepal. Kemudian ia meremas kertas itu dan berjalan menuju kelas dengan amarah membuncah. Ia tahu siapa yang melakukan ini. Minho yang melihat Kelly pergi dalam keadaan marah, pun tak bisa melakukan apapun. Jika ia ingin membuat amarah gadis itu mereda, yang ada dirinya menjadi sasaran kemarahannya. Minho meninggalkan tempat di mana ia berdiri menuju kelasnya sembari berdoa bahwa tidak akan terjadi sesuatu nantinya. Kelly yang masuk ke dalam kelas dengan emosi yang meledak-ledak, melemparkan kertas yang sudah ia remukkan ke hadapan Xavier. "Apa masalahmu denganku, hah?!" Kelly menggebrak meja Xavier yang awalnya tertawa bersama Sergio. Xavier menoleh dan kemudian tersenyum tanpa dosa sembari mengangkat bahunya acuh. "Kau bajingan tengik!!! Aku tidak pernah mempermalukanmu tapi kenapa kau mempermalukanku?!" Kelly sangat marah dan Sergio yang ada di sana menatap horor ke arah Kelly yang tampak meledak. Sedangkan Xavier, lelaki itu hanya bersantai seakan-akan ucapan Kelly adalah sebuah lagu di telinganya. "Kelly, tenangkan dirimu," Sergio mencoba menenangkan Kelly dengan berkata pelan lalu menyikut lengan Xavier. "Apa yang kau lakukan padanya, Man?" Lagi-lagi Xavier mengangkat bajunya acuh yang menbuat Kelly ingin mencakar dan menonjok pria di hadapannya. "Sialan kau, Smith!! Wajah jelek seperti anjing saja sudah belagu!" Tentu ia bisa membuat pria itu marah juga. "Dan otak udang yang penuh kotoran saja sudah merasa pintar!" Xavier yang dikata-katain seperti itu menatap tajam ke arah Kelly. Kelly tersenyum sinis. "Rasakan kau, otak udang!" Sergio hampir tertawa mendengar seluruh hinaan Kelly untuk Xavier. Baru kali ini ada seseorang yang berani menghina Xavier secara terang-terangan dan tentunya di hadapan teman-temannya. Kelly yang merasa sudah menang pun berjalan menuju kursinya. "Jangan ganggu aku lagi, brengsek!" makian terakhir Kelly untuk Xavier sebelum ia duduk. Giliran Xavier yang bangkit dari kursinya dan menghampiri meja Kelly. "Apa yang kau katakan?! Coba ulangi?" "Kau ingin aku mengulanginya, Caverswall Smith?" Kana dengan senyum mengejeknya menatap Xavier. "Sialan kau!" hampir saja Xavier ingin menarik lengan Kelly untuk memberi gadis itu pelajaran tetapi pada saat itu juga dosen sudah datang untuk mengajar. "Tunggu pembalasanku!" "Kau harusnya yang tunggu pembalasanku!" Kelly yang tak mau kalah membalas perkataan Xavier. Xavier tak menjawab. Ia menyimpan dendam kepada Kelly. Karena gadis itu, harga dirinya jatuh sejatuh-jatuhnya dan ini di depan Sergio. Ia pasti akan diledek habis-habisan jika Sergio memberitahukan hal ini kepada teman-temannya. . . . TO BE CONTINUE
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD