Chapter - 3. He Said He Liked Her

1712 Words
HAPPY READING --------------------------------------- "Kau tahu tadi Xavier dihina oleh Kelly di kelas. Hahahaha!! Aku yang melihatnya saja ingin tertawa!" Benar dugaan Xavier, Sergio pasti memberitahukan hal tersebut kepada teman-temannya. "Jika kalian melihatnya, pasti kalian akan tertawa! Kelly benar-benar menghinanya!" "Sudahlah Sergio! Kau mempermalukanku, sialan!" Xavier melempar guling yang ada di dekatnya ke arah Sergio yang masih tertawa sembari memegang perutnya. "Kau pasti melakukan sesuatu padanya, Xavier. Tidak mungkin dia menghinamu jika kau tidak mengganggunya," Axel melirik ke arah Sergio yang wajahnya sudah memerah akibat tertawa. "Kau jangan terlalu banyak tertawa, Gio! Nanti kau bisa mati!" "Kau sendiri yang mencari masalah padanya karena kau meletakkan kertas itu di punggungnya 'kan?" terka Alvin sembari memutar bola matanya jengah. "Darimana kau tahu?" tanya Xavier dengan wajah pura-pura tidak mengetahui apapun. "Kau pikir aku bodoh? Kau meletakkan kertas itu di punggungnya dengan tulisan 'I'M STUPID BITCH' dan kau pikir aku tidak tahu?" dengan gaya bicara yang dibuat-buat, Alvin berlagak seperti seorang ibu-ibu mengomel tidak jelas kepada anaknya. "Kau menguntitnya?" tebak Xavier layaknya seorang polisi yang mengintrogasi seorang tersangka. "Aku melihatnya sendiri, Xavier. Saat dia ingin kembali ke kelas, aku ingin memberitahu ada sesuatu di pungggungnya. Tapi ternyata si sok pahlawan itu sudah mendahuluiku," Alvin bersandar dengan malas di sisi ranjang. "Sok pahlawan? Minho maksudmu?" tebak Axel. "Sudah jelas itu Minho. Jika bukan Minho, tidak mungkin wajahnya seperti burung kejepit sekarang!" ejek Sergio yang didapat kekehan kecil dari Brandon. "Benar apa yang kukatakan, Brandon?" Brandon terkekeh kecil dan menggangguk. "Selagi saranku masih gratis. Lebih baik kau dekati dia dan rebut hatinya." "Tidak mudah mendekatinya, kawan! Dia bukanlah gadis sembarangan. Jika aku mendekatinya, yang ada dia terlihat jijik padaku!" kesal Alvin. Ia mengambil ponselnya dan mendapat ada pesan dari ponselnya. Ia tersenyum sendiri dan akhirnya tidak berbicara apapun. "Aku tidak percaya bahwa kau benar-benar menyukai Kelly. Bahkan kau sudah punya kekasih tapi masih menyukai yang lain. Dasar playboy cap katak!" Sergio kembali mengejek Alvin tetapi tak digubris Alvin yang memilih diam dan sibuk dengan ponselnya. "Sudahlah, kenapa kalian malah membahas tentang gadis itu? Biarkan saja dia. Toh dia juga sudah malu," ucap Xavier. Ia mulai berbaring di ranjangnya dan mengusir Axel yang berada di atas ranjang. "Pergi kau! Aku mengantuk!" "Bajingan kau, Smith!" Axel berdiri dan kemudian duduk di sofa bersama yang lainnya. Mereka setiap malam pasti berkumpul di rumah si lelaki kaya yang kekayaannya tidak akan habis tujuh turunan dan si lelaki kaya itu adalah temannya sendiri. Jika tidak bercerita, pasti banyak sekali hal yang akan mereka lakukan di rumah Xavier. Dan sekarang mereka memiliki rencana untuk mengadakan acara di rumah Xavier mengingat besok adalah tahun kelahiran pria itu. Xavier yang sudah terjun ke alam mimpi, tidak sadar bahwa teman-temannya mengusili dirinya sedang tidur. "Jika dia tahu, perang ketiga sepertinya akan terjadi, Hihihi..." Sergio terkikik geli saat sudah mengambil foto Xavier yang tertidur dengan mulut yang terbuka. "Kalau di video dia sedang mengorok, sepertinya lebih bagus!" "Hahahaha!! Sialan! Ini terlalu lucu hingga rasanya ingin menangis!" Alvin tertawa tertahan saat melihat video yang telah direkam oleh Sergio. "Sudahlah, Man! Kalian selalu menganggunya yang ada leher kalian patah nanti jika dia tahu apa yang kalian lakukan," Brandon dengan santainya berkata saat Axel yang sudah terpingkap-pingkal tertawa karena ulah dua orang usil itu. "Tidak apa-apa. Kita akan mengucapkan selamat pagi di grup kita dengan mengirim ini," Sergio mensave video yang telah dia rekam dan tertawa jahat. "Pasti dia akan malu!" Brandon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tahu jika itu sudah dibagikan oleh mereka di grup nanti, pasti akan berisik dengan celoteh dan caci-maki dari lelaki yang tengah menjadi korban keusilan mereka. Ralat, dirinya tak termasuk ke dalam 'mereka'. *** "Minho, lain kali kau membawa makanan lebih banyak agar berlama-lama di sini" Kelly, gadis itu memakan makanan yang dibawa Minho dua setengah jam yang lalu. Makanan yang dibawa Minho beraneka ragam. Ada jenis kue, cemilan, makanan berat seperti  fried chicken, noodle, dan masih banyak lagi beserta minuman kaleng untuk memenuhi kulkas di apartemen Kelly. "Aku sudah membawa banyak, Kelly. Apa perlu aku membawa tokonya sekaligus agar kau puas?" canda Minho yang didapat senyum malu dari Kelly. "Kalau menurutmu itu lebih bagus, ya lakukan saja" Kelly menggigit makanan yang ada di tangannya sembari berbicara. "Tenang, akan kubawakan untukmu" Minho tersenyum hingga matanya menyipit. "Kau kalau senyum matamu hilang," Kelly tertawa saat mengatakan kalimat itu. "Kau meledekku, Kelly! Tapi aku begini tetap tampan, bukan?" dengan penuh percaya diri Minho berkata seperti itu dan membuat Kelly semakin tertawa. "Kau tertawa mengisyaratkan bahwa aku jelek!" "Hahahahaha.. tidak tidak! Bukan begitu, kau memang tampan, Minho. Aku suka aksen Korea-mu dan jarang-jarang aku berteman dengan orang seperti mu. Jadi beruntunglah kau!" "Karena daya pikatku jadi kau ingin berteman denganku?" tanya Minho dengan satu alis yang terangkat. Kelly menggeleng. "Tidak juga. Kau itu baik dan bisa membuatku nyaman. You know lah bahwa aku bukan gadis feminim yang suka berteman dengan sesamaku. Jadi ya aku berteman denganmu saja. Selera pria kita kan sama," "Aku baru sadar ternyata kau tomboy. Saat aku pertama kali melihatmu kau sangat pendiam dan tidak banyak bicara. Kupikir kau introvert, eh, nyatanya kelakuanmu tak jauh beda dengan monyet lepas," Minho berbaring di atas sofa yang membuatnya nyaman dan memejamkan mata sebentar. "Beruntunglah kau karena aku berkelakuan seperti ini padamu. Jika bersama orang lain aku tidak begini!" Kelly membela diri dan kemudian melahap habis sisa-sisa terakhir cemilan yang hampir habis. "Hahaha! Kau ini bisa saja," Minho terkikik geli. Ia mulai berucap dengan keraguan di dalam dirinya. "Kelly, aku ingin mengatakan sesuatu padamu" Kelly menoleh dan kemudian mengangkat sebelah alisnya. "Katakanlah," sembari mengunyah makanan yang ada di mulutnya. "Aku takut kau membocorkan rahasiaku," Minho menyenggol lengan Kelly dan didapati mata yang melotot dari gadis itu. "Kau meragukanku?" "Iya. Aku meragukanmu. Tapi aku juga ingin berbagi cerita agar kau tahu. Aku takut kau akan mengadu pada orang itu," "Untuk apa aku mengadu. Cepat ceritakan padaku apa yang ingin kau sampaikan?" Kelly mengarahkan tubuhnya menghadap Minho. "Ada seseorang yang menganggumu?" Minho terdiam sejenak dan menggeleng. "Tidak ada yang menggangguku. Aku menyukai seseorang.." "Hah?! Siapa?!" Kelly menguncang bahu Minho karena terkejut mendengar penuturan Minho beberapa detik yang lalu. "Kau jangan bercanda, Minho. Tidak mungkin laki-laki sepertimu bisa menyukai seseorang," "Aku serius, Kelly. Aku benar-benar menyukai gadis itu dan kau tahu siapa? Dia adalah.." Minho menggantung ucapannya dan menatap mata Kelly dengan dalam. Kelly yang ditatap seperti itu merasa canggung. Apakah Minho menyukainya? Mereka diam beberapa menit dan Kelly yang merasa aneh pun mengira bahwa Minho ingin mengutarakan perasaan padanya. Apakah itu benar? Bagaimana jika ia tidak dapat membalas perasaan lelaki itu? Ia tahu bahwa ini salah. Mereka bersahabat dan ia tidak mau persahabatan mereka menjadi hancur hanya karena secuil perasaan yang timbul. "Kiara. Aku menyukainya," kalimat itu sudah membuatnya lega dan secara tak sadar ia menghembuskan nafasnya kuat-kuat. Ia sudah berpikiran yang tidak-tidak karena Minho! Setelah lega mendengar kalimat itu, ia kembali dikejutkan dengan nama yang membuat Minho menyukai gadis itu. "Kau menyukainya? Serius?!" Kelly tak kuasa menahan keterkejutannya karena nama yang disebutkan Minho adalah salah satu nama yang menjadi musuhnya. "Aku serius, Kelly. Aku sudah tahu bagaimana reaksimu nanti. Itulah kenyataannya, aku menyukainya dan itu tidak bisa merubah hatiku" "Tapi ingatkah kau kalau dia pernah mempermalukanmu?! Jangan bodoh, Minho!" Kelly merasa tidak setuju dengan gadis pilihan Minho. Jika gadis lain, mungkin ia mash bisan memakluminya. Tapi Kiara? Gadis itu seharusnya tidak menjadi gadis yang disukai Minho. "Aku tahu ini salah! Tapi semenjak dia memperlakukanku seperti itu, aku merasa ada yang aneh. Dia memang menggangguku, tapi perlakuannya begitu beda. Aku merasa sepi jika ia tidak menggangguku walau hanya sehari," "Jangan bodoh dan tolol, Minho! Kau pernah dipermalukan dan dibully olehnya lalu dia menganggumu! Sepertinya ada yang salah dengan otakmu! Haruskah aku membuka kepalamu dan mengecek otakmu satu persatu?" Kelly merasa geram dengan pernyataan yang Minho katakan. Ia tahu Kiara selalu mengganggu Minho. Bahkan gadis itu dulu pernah membully Minho dengan sangat keterlaluan. Ia ingat sekali saat Minho duduk di kantin, Kiara datang dan dengan tidak berperasaannya gadis itu menumpahkan minuman soda ke kepala Minho lalu menjelek-jelekkan Minho dengan fisik yang tak seberapa. Ia mengakui bahwa Kiara gadis yang sangat cantik melebihi dirinya. Tapi untuk perilaku, gadis itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Dan juga apa yang dilakukan Minho selalu saja ada yang salah di mata Kiara. Jika tidak mengomel, pasti menghina, jika tidak menghina, pasti bermain fisik dengan menyentuh tubuh Minho dengan alasan 'Aku ingin melihat apakah dia masuk ke dalam kriteriaku atau tidak,' alasan yang konyol bukan? Kiara bahkan bisa secara terang-terangan mengganggu Minho saat ada dirinya yang membuat nama Kiara menjadi sangat buruk di otak maupun hatinya. Dan sekarang Minho mengatakan bahwa ia menyukai Kiara? Sialan, makan apa ia hari ini?! "Jangan berlebihan, Kelly! Aku tahu sebenarnya dia ada perasaan padaku tapi tidak ingin mengakuinya. Atau kau yang cemburu karena aku menyukainya?" Minho menggoda Kelly yang malah mendapat tatapan tajam. "Tingkat kepercayaan dirimu sangat tinggi, bung! Untuk apa aku cemburu? Aku hanya tidak suka kau menyukai gadis seperti itu!" ucap Kelly dengan ketus. "Aku tahu niatmu baik. Tapi perasaanku dengannya tidak bisa dibohongi dan biarlah ini menjadi rahasia kau, aku, dan hatiku" ucap Minho dengan nada yang tiba-tiba mendadak lesu. "Jangan berkata seperti itu, Minho! Kau membuatku sedih!" Kelly menepuk bahu Minho, berusaha untuk mencairkan suasana dengan sedikit nada gurauan. "Oke, ini sudah malam. Lebih baik aku pulang" ucap Minho yang tiba-tiba semangat. "Kau tidak ingin menginap?" "Tidak. Aku tidak ingin menganggumu. Lagipula ada sesuatu yang harus kubeli," Minho berdiri dan disusul oleh Kelly "Ohhh.. kalau begitu hati-hati dan terima kasih makanannya. Lain kali belikan stok makanan untukku lagi," canda Kelly dengan terkekeh pelan. "Hahahaha, aku akan membeli tokonya untukmu," "Belikan saja. Nanti kau rugi, aku yang untung!" Mereka berjalan hingga ke ambang pintu dan saat Minho sudah berada di luar, ia menjentikkan jarinya. "Oiya, ingat rahasia tadi jangan beritahu siapapun!" "Siap bos!!" Kelly menghormat layaknya seorang satpam yang menemui bosnya untuk mengadukan sesuatu. "Hahahaha, aku pulang dulu," Minho mengacak-acak rambut Kelly yang membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya. "Hati-hati!" ucap Kelly dengan ketus. Minho tertawa singkat dan kemudian berlalu dari sana. Ia menaiki motornya lalu mengemudikannya sembari melambaikan tangannya yang juga dibalas Kelly. Sepeninggalan Minho dari apartemennya, Kelly masuk lalu mengemasi barang-barang yang berserakan. Ia memikirkan perkataan Minho sebelumnya dan hanya bisa tersenyum lesu. Setidaknya lelaki itu bisa jatuh cinta, pikirnya dalam hati. . . . TO BE CONTINUE
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD