"Teteh, ayo, dimakan!" Maya melangkah dengan ceria memasuki kamar Yuta sembari membawa nampan di tangannya. "Apa lagi, Mbu?" tanya Yuta senewen. Maya menghampiri Yuta yang tengah menggendong Zanna di kursi menyusui. "Ini Ambu buatkan alpukat kocok." "Teteh kan baru makan nasi, Mbu," ujar Yuta dengan nada ingin menangis. Sejak Yuta melahirkan sekitar tiga pekan lalu, tidak henti-hentinya makanan terus disuguhkan ke hadapannya. Bukan saja oleh Maya, tetapi semua orang di kediaman Lauritz, tidak terkecuali Dani. Sebentar makanan berat, sebentar camilan, sebentar minuman, sebentar vitamin. Pokoknya selalu ada. Perut Yuta rasanya tidak sanggup menampung lagi. Jika dahulu dia dipaksa mengurangi porsi makan, sekarang dia dijejali habis-habisan. "Biar ASI Teteh lancar dan banyak," ucap May