ZZ|11

1104 Words
“Sialan!” Giffar mengumpat kasar ketika Leon melempar puntung rokok padanya. Hal itu sudah sering terjadi ketika ia berkumpul bersama anggota D’Zebra, hanya saja itu tetap membuatnya kesal, apalagi puntung rokok itu mengenai jaket kulit yang baru saja dipakainya. “Ya lagian, lo ngeselin segala ngebela si kunyuk segala,” papar Leon seraya mencebikkan bibirnya kentara sekali jika ia merasa kesal pada Giffar. “Emang bener kali, lo yang ngerebut ceweknya si Rey. Gue bukan ngebela ya, Cuma menjelaskan fakta aja!” sanggah Giffar, ia meletakan gelas yang terisi kopi walau tinggal sedikit. “Gimana ya, nasib gue sih jadi orang ganteng. Pantas aja kan Farah lebih milih gue,” bangga Leon dengan tampang sombongnya. “Jadi PHO kok bangga!” Semua mengalihkan perhatian pada sosok Zevania yang baru saja menghampiri mereka. Tidak aneh memang, pasalnya mereka kini berada di Kafe Taria, di mana Zevania bekerja. “Wah, bidadari gue, dari tadi ditunggu kok baru muncul sih,” seru Rafael dengan senyum merekah di bibirnya. “Van, kok lo keliatan makin cantik ya di mata gue?” ungkap Ilham dengan mata menatap lekat Zevania. Tubuh Zevania berbalut apron menutupi bagian depan dress biru tua yang dipakainya. Rambutnya dikuncir kuda menampilkan leher jenjangnya, tampak beberapa bulir keringat di pelipis yang jatuh hingga ke lehernya. “Baru sadar lo?” Zevania memutar bola matanya malas. Kemudian ia menatap Zidan yang sedang menyesap rokoknya. “Zidan, kamu jangan banyak ya merokoknya, gak baik buat kesehatan. Itu bisa bikin kamu sakit, kalau kamu sakit, terus siapa dong yang aku kejar?” tutur Zevania dengan tangan mengelus rambut Zidan. Zevania sengaja berdiri di belakang kursi yang Zidan duduki. “Kejar gue aja, gak dikejar juga gue samperin lo duluan, Van,” jawab Ilham semangat dengan binaran bahagia di matanya. Zevania memeletkan lidahnya pada Ilham. “Gak mau ah, selama ada pangeran vampirku, gue gak mau beralih,” tegas Zevania, badannya menunduk dengan tangan melingkari leher Zidan. Posisi Zidan yang masih membelakangi Zevania membuat Zevania dapat melihat dengan jelas layar ponsel yang kini Zidan mainkan. Zevania memberengut kesal ketika melihat Zidan tengah membalas pesan Wilona, padahal selama ini ia juga sering mengirimkan pesan pada Zidan namun tak kunjung dibalas. Zevania melepaskan pelukannya pada leher Zidan dengan kasar. “Gue lanjut kerja dulu!” ujar Zevania dengan ketus dan berlari meninggalkan meja mereka menuju rumah pekerja. Semua memandang heran kearah Zevania yang sepertinya kesal. “Kenapa tuh bocah?” tanya Leon mengangkat sebelah alisnya. “Lagi datang matahari kali!” timpal Giffar. “Datang matahari gimana?” Ilham bertanya dengan tatapan polosnya. “Datang bulan maksudnya dodol!” jawab Rafael membuat tawa semua pecah, kecuali Zidan. Zidan menatap kepergian Zevania bahkan ketika raga Zevania telah menghilang pun ia tetap tak mengalihkan pandangannya. 0o0 Suasana di warung jendela tampak ramai dengan kepulan asap rokok dari beberapa orang di sana. Tak seperti biasanya, kali ini ada Wilona, Khanza dan Farah yang bergabung dengan Zidan, Leon, Ilham, Praja dan Dika. Hampir semua sedang merokok kecuali Farah dan Dika. “Lo pada ngapain sih disini? Ini tuh tempat nongkrong cowok!” ucap Ilham dengan kepulan asap yang keluar dari mulutnya. “Ini tempat umum kali!” ketus Wilona yang duduk di samping Zidan seraya menyesap rokok yang sama seperti Zidan. “Betul itu, gak ada tuh gue baca larangan cewek nongkrong disini,” timpal Khanza. Ilham mendelik malas meladeni, “Lagian cewek kok ngerokok?!” “Keren kali, emangnya cowok aja yang boleh?” Wilona membuang ujung rokoknya yang telah berubah menjadi abu. “Gak baik kali cewek merokok,” papar Dika mengingatkan. “Terus kalau cowok merokok itu baik?” tanya Farah “Ya bukan gitu, tapi kan apalagi kalau yang merokok itu cewek. Bahayanya lebih lagi,” jawab Praja. Leon merangkul Farah yang duduk di sampingnya, “Biarpun gue merokok, lo gak boleh!” bisik Leon pada Farah. “Gak papa kan kalau gue merokok?” Tanya Wilona seraya menyandarkan kepalanya pada Zidan. Zidan menggeser kepala Wilona agar tak bersandar di bahunya. “Serah!” Jawab Zidan cuek. Ilham mengalihkan perhatiannya pada Rafael yang sedang menuju warung jendela bersama seseorang di belakangnya. “Wah, datang sama siapa tuh Rafael?” Ucapan Rafael membuat semua mata otomatis melihat ke arah Rafael dan seseorang di belakangnya. “Alamat perang dunia ketiga!” ujar Praja ketika melihat siapa yang datang bersama Rafael. “Lumayan tontonan gratis,” timpal Dika. “Ngapain sih tuh pelayan ke sini!?” kesal Wilona menatap Zevania yang berjalan di belakang Rafael dengan sinis. “Kenapa emang? Suka-suka gue dong!” ketus Zevania ketika ia sampai dan langsung mendengar ocehan Wilona yang menyulut emosinya. Apalagi melihat Wilona yang duduk di samping Zidan, langsung saja Zevania duduk di bagian samping lain Zidan. Zevania sedikit kaget melihat Wilona dan Khanza merokok. Meskipun Zevania tergolong nakal, namun ia tak pernah sekalipun merokok. Akan bagaimana jadinya jika bibir merah mudanya dijejali rokok? Zevania tak mau mengambil resiko bibirnya menjadi hitam dan tak cantik lagi. “Kedatangan lo ganggu tahu gak?” sinis Khanza dan dengan sengaja meniupkan asap dari mulutnya ke arah Zevania. Tangan Zevania mengibas di depan wajahnya guna mengusir asap yang mengganggu pemandangannya. Apalagi Zevania juga tak menyukai asap rokok, sebagai anak sekolah jurusan IPA, tentu saja Zevania tahu apa saja yang terkandung di dalam asap rokok. “Dengan bergabungnya kalian disini aja itu udah ganggu banget tahu gak!” Rafael duduk di samping Zevania dan membantu Zevania untuk mengusir asap rokok yang tak kunjung hilang karena Zidan yang duduk di samping Zevania pun masih merokok. “Apa sih lo? Gue gak ngomong sama lo ya!” ujar Khanza. “Lo gak merokok Van?” tanya Ilham seraya menyodorkan sebatang rokok pada Zevania. Zevania tentu saja menolaknya. “Gue gak merokok.” Wilona tersenyum mengejek ke arahnya. “Lo tuh gak akan bisa mengikuti pergaulan Zidan, rokok aja lo gak bisa. Zidan itu suka sama cewek merokok. Biar bisa nyebat bareng. Nih kayak kita,” ejek Wilona seraya memamerkan rokok yang tampak begitu ramping di tangannya. Zevania menatap Zidan dan bertanya “Emang iya?” Zidan hanya mengendikan bahunya lalu membuang rokoknya karena sudah begitu pendek. Zevania nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya ia meminta rokok pada Ilham. “Sini gue minta.” Zevania menyalakan ujung rokoknya dengan ragu. Oh ayolah, Zevania sebentar lagi akan menyesap asap dengan kandungan yang tidak baik bagi kesehatannya. Zevania menatap Zidan sejenak sebelum ia menempatkan rokok itu di bibirnya. Baru saja Zevania akan menyesap rokok di bibirnya, sebatang tembakau itu sudah lebih dulu lenyap dari bibirnya. “Gak boleh!” ujar Zidan, tangannya bergerak segera untuk mengambil rokok yang terselip di antara bibir merah muda Zevania.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD