Prolog
“Tolong... Jadilah ibu s**u untuk Leo. Aku mohon, selamatkan dia.”
Ayla terdiam. Matanya menatap lurus ke arah bayi dalam gendongan pria itu. Bayi lelaki yang wajahnya sangat mirip dengan bayinya sendiri yang baru saja meninggal… kemarin.
Tangisan itu—serak, kecil, tapi menyayat—menggetarkan sisi paling rapuh dalam dirinya. Suaranya hampir tak terdengar, namun bagi Ayla, itu seperti jeritan yang mengorek luka yang belum sempat mengering.
“Leo alergi s**u sapi dan menolak meminum s**u soya,” kata pria itu, suaranya berat, tertekan dan putus asa. “Sudah lebih dari 48 jam... Leo tidak bisa minum apapun. Tubuhnya mulai lemas. Dokter bilang… hanya ASI yang bisa dicerna olehnya.”
Ayla masih diam—tak menjawab. Pandangannya jatuh ke baju bagiam dadanya yang lembap. Tubuhnya masih terus memproduksi ASI, seolah belum tahu bahwa anak yang seharusnya menyusu darinya sudah tak ada. Seolah masih berharap bisa memberi kehidupan, meski hidupnya sendiri sudah terasa hampa.
“Aku tahu ini mendadak,” pria itu melanjutkan, nada bicaranya mulai mendesak. “Aku juga sudah mencoba segala cara. Tapi, tidak ada satu pun yang berhasil. Kedua orang tuanya baru saja meninggal beberapa jam yang lalu, dan Leo... Leo....”
Ayla mengerjap. Hatinya seketika hancur ketika mendengar sepenggal kisah hidup bayi itu yang tidak beruntung.
Bayi dengan wajah mungil, kulit pucat, dan mata yang sembab karena kelelahan menangis, harus kehilangan kedua orang tuanya di waktu yang sama, dan itu cukup membuat hati Ayla terenyuh meskipun pikirannya masih tertuju pada bayi kecilnya yang sudah meninggal.
“Aku bukan siapa-siapa,” gumam Ayla lirih. “Aku bahkan tak bisa menyelamatkan anakku sendiri.”
“Justru karena itu…” Suara pria itu menurun. Lirih, tapi penuh harap. “Mungkin kamu bisa menyelamatkan Leo.”
Hening menyelimuti ruang kecil itu. Hanya suara napas tersengal Leo yang tersisa di antara mereka. Tangisnya makin lemah, seperti nyala lilin yang tinggal menunggu tiupan terakhir.
“Tapi—“
“Aku mohon... Tolong... Selamatkan Leo,” potong pria itu sambil meneteskan air mata.
Dengan tangan gemetar, Ayla merentangkan kedua lengannya.
“Berikan bayi itu padaku. Aku akan menyusuinya.”
***