WARNING!!!!
BAB INI AGAK m***m YA WKWKKWW.
BAGI YANG BELUM BERUMUR 18++ SILAKAN DI SKIP DULU.
****
Mata Sandra tidak berkedip melihat Ganindra berdiri gagah tanpa ekspresi di depannya, kukunya meremas ujung bantal yang kini ia jadikan perisai untuk melindungidiri.
Maafkan aku Alex ... Aku lakuin ini semua agar dia mau menceraikan aku, aku janji nggak akan pernah melupakan kamu. Aku nggak akan pernah menggunakan hati saat dia mencumbuku, ujar Sandra dalamhati.
Ganindra masih mencoba mencari cara lain untuk merebut hati Sandra tapi ternyata sulit saat hati Sandra hanya terpatri nama Alexander dan dengan terpaksa Ganindra memberi tawaran tadi walau itu hanya tipu muslihat agar Sandra mau melayaninya.
Tujuh tahun menunggu dan kesabaran Ganindra sudah habis, ia sangat menginginkan Sandra dan hal itu mustahil ia dapatkan kalau hanya menunggu atau dengan tidak melakukan hal licik seperti tadi.
Sunyinya malam menambah rasa gugup Sandra, jantungnya berdegup sangat kencang bahkan perasaan ini tidak pernah ia rasakan saat dulu melakukan malam pertama dengan Alexander. Napasnya tercekat saat Ganindra mulai membuka kancing kemejanya satu persatu, terlihat sangat jelas d**a bidang dan perut sixpack-nya. Wajah Sandra benar-benar panas dan untuk menyembunyikan rasa malunya ia memilih membuangwajah.
"Ganin ... kita bayi tabung saja ya," tawar Sandra. Sungguh jiwa dan raganya belum siap disentuh pria selain Alexander atau lebih tepatnya ia belum siap memberikan tubuhnya ke Ganindra dan akhirnya ia harus siap jatuh ke dalam pesona Ganindra yang semakin lama semakin membuatnya tidak nyaman.
Ganindra mulai mendekati Sandra, tangannya sengaja menyentuh kaki polos Sandra untuk memancing gairah istrinyaitu.
"Ga ... Ga ... Nin, bi ... bisa jangan sentuh itu?" Sandra benar-benar terganggu dengan sentuhan Ganindra di kakinya.
Setelah puas bermain di kaki Sandra dan melihat Sandra salah tingkah, tangan Ganindra mulai naik ke bagian atas tubuh Sandra dan berhenti tepat di bagian intim Sandra. Sandra mencoba menahan gairahnya dengan menggigit bibirnya, tujuh tahun tubuhnya tidak pernah merasakan gairah sepertiini.
"S ... Stoppp," pinta Sandra dengan wajah menahan gairah, "ja ... jangan di sana," pintanya lagi, deru napasnya kian sulit diaturnya. Peluh mulai membasahi wajah Sandra, Ganindra semakin tertantang dan sengaja menarik celana Sandra hingga terlepas lalu ia membuang celana itu.
"Ga ... Ganin, aku mohon jangan di situ...ahhhhhh," Sandra menggelinjang saat jari Ganindra mulai masuk ke dalam organ intimnya. Sandra menggelengkan kepalanya menahan gairah yang semakin memuncak, kukunya menancap di tangan Ganindra dan Ganindra sangat suka melihat Sandra tidak berdaya akibat permainanjarinya.
"Stopppp," pinta Sandra yang semakin sulit menahan gairahnya.
Ganindra menghentikan permainan tangannya lalu menatap Sandra yang terlihat kecewa.
"Siapa nama suami kamu?" tanya Ganindra.
"Ga...Ganindra b******k!" maki Sandra saat ia masuk ke dalam perangkap Ganindra. Ia sangat bergairah dan Ganindra menggunakan itu untuk menyerangnya.
"Bagus," Ganindra tersenyum penuh kemenangan.
Sialan! Maki Sandra dalam hati.
"Hentikan semua ini!" Sandra tidak mau semakin menikmati saat Ganindra bermain di tubuhnya dan ia ingin menghentikan kegiatan mereka.
Bukannya berhenti Ganindra semakin bersemangat, ia sengaja mendorong tubuh Sandra agar segera telentang dan setelah itu ia sengaja menduduki Sandra.
Mereka saling menatap tanpa kata selama beberapa menit. Tidak ada pembicaraan lagi, tangan Ganindra mulai melepaskan kancing baju Sandra, kini Sandra hanya mengenakan bra hitam. Ganindra mulai melepaskan bra Sandra dan kini Sandra benar-benar telanjang di depan Ganindra.
"Dalam kamus Ganindra tidak ada kata berhenti sebelum selesai," ujarnya.
Wajah Ganindra mulai mendekati wajah Sandra, Ganindra langsung mencium Sandra dengan penuh nafsu, awalnya Sandra menolak tapi gairah dan hasrat membuat Sandra pelan-pelan mulai membalas ciuman Ganindra, mereka saling menghisap bibir. Tangan Sandra sengaja ia kalungkan di leher Ganindra agar Ganindra semakinmenciumnya.
Ciuman dan hisapan berlanjut terus, Ganindra merasakan tangan Sandra mulai merambah kancing celananya dan membukanya satu persatu hingga terlepas. Ganindra mulai mengikuti permainan Sandra dan mengarahkan tangannya menuju p******a Sandra, Sandra melenguh kenikmatan dan menatap Ganindra tajam.
"Ini yang kamu inginkan!"
"Kamu juga inginkan? Jangan munafik Sandra," Ganindra semakin meremas p******a Sandra, Sandra kembali melenguh dan merutuki kebodohannya. Bisa- bisanya ia meladeni kegilaan Ganindra dan gilanya mereka b******a di atas ranjang yang dulu digunakan Alexander.
"b******k!"
Tangan Ganindra merayap ke paha Sandra dan membelainya dengan lembut. Darah Sandra semakin berdesir. Matanya terpejam. Entah bagaimana laki-laki yang dulunya terlihat dingin dan kaku bisa seliar ini memperlakukannya di atas ranjang.
"Aku bukan wanita pertamamu kan?" tanya Sandra di sela deru napasnya.
"Mau jujur atau bohong?" tanya Ganindra.
"Jujur ... Ahhhhhh."
"Kamu ... Pertama dan satu-satunya," balas Ganindra dan ia kembali membungkam bibir Sandra dengan ciuman bertubi-tubi.
"Bohong! Kamu ... b******k!"
"Jangan maki aku Sandra ... Kamu hanya boleh mendesah," Ganindra kembali memasukkan jarinya ke dalam organ intim dan kali ini Sandra berteriak mengeluarkan semua gumpalan gairan dalam dirinya.
"Hentikan! Kamu ... Kamu ... Ya Tuhan, ahhhhhhhhhh," Sandra lagi-lagi semakin sulit mengontrol reaksi tubuhnya.
"Siapa nama suami kamu?"
"Ganinnnnn! Kamu suami aku! Puas! Sekarang masuki aku!"
Sandra mengambil inisiatif mencium bibir Ganinda yang serta merta dibalas Ganindra dengan hisapan bernapsu pada lidahnya. Mungkin saat ini gairahnya semakin menggelegak akibat permainan tangan Ganidndra.
"Sabar ... Ada satu pertanyaan lagi. Kamu ingin belajar mencintaiku?"
"Jangan mimpi!"
Ganindra mengangguk dan gerakan tangannya semakin kasar, semakin mengintimidasi Sandra. Sandra menggelinjang dan berharap Ganindra segera masuk ke dalamtubuhnya.
"Jawab!"
"Mmhhh... Ganin, kamu benar-benar jahat! Oke ... Aku akan belajar mencintai kamu, puas!"
Sialan! Aku terpaksa berbohong, ya ampun aku sangat ingin dimasukinya, awas! Tunggu pembalasanku, gerutu Sandra dalam hati.
Ganindra pun tersenyum licik, ia kembali mencumbu Sandra dan lagi-lagi Sandra hanya bisa melenguh di sela-sela ciuman panas tadi, Ganindra mulai membuka kedua kaki Sandra. Ia mulai mengarahkan organ vitalnya menuju organ vital Sandra. Sandra menggigit bibirnya saat Ganindra mulai mendorong organ vitalnya agar bisamasuk.
"Sa...kittt," rintihnya saat Ganindra berhasil masuk, airmata Sandra tiba-tiba keluar dan membasahi pipinya. Ganindra mencium bibir Sandra sekali lagi dan usahanya akhirnyaberhasil.
Kamu milikku Sandra ... selamanya, ujar Ganindra dalam hati.
Malam semakin larut tidak menyurutkan usaha Ganindra, berkali-kali ia menyemburkan benihnya di rahim Sandra. Sandra pun melayani Ganindra tanpa ada keinginan untukberhenti.
Aku sudah gila! gumam Sandra dalam hati.
****
Sandra benar-benar tidak menyangka kalau reaksi tubuhnya bisa separah itu. Ia menatap Ganindra yang masih tertidur pulas di sampingnya, entah berapa kali mereka b******a dan Ganindra baru berhenti saat suara kokok ayam mulai terdengar.
Pelan-pelan Sandra memindahkan tangan Ganindra dari perutnya, ia mulai tidak nyaman dengan tubuhnya yang lengket.
"Mau ke mana?" tanya Ganindra.
"Ya mandilah, keinginan kamu sudah dapatkan? Jadi berhenti ganggu hidup aku," ujar Sandra dengan nada ketus.
"Belum ada hasilnya, kita akan terus b******a sampai kamu benar-benar hamil. Jadi tidurlah atau aku akan membuat kamu seperti tadi malam ... Mau?" ujar Ganindra sambil menarik tubuh Sandra ke dalam pelukannya.
"Ganin!" Sandra mendorong tubuh Ganindra agar menjauh darinya.
"Itu nggak ada dalam kesepakatan!"
"Aku capek Sandra, jangan buat aku bekerja keras sampai pagi. Jadi berhentilah mengomel dan kembalilah tidur, nanti malam kita ulang lagi," ujar Ganindra tanpa malu.
Sandra mengambil bantal lalu memukul Ganindra bertubi-tubi untuk melepaskan sakit hatinya.
"Kamu!"
Ganindra hanya bisa berharap pelan-pelan Sandra bisa menerimanya dan juga Hanindiya karena dalam sudut hatinya ia sangat mencintai Sandra, ibu dari anak kandungnya.
****