Albert membuka pintu villa itu dengan satu gerakan tegas, lalu mempersilakan Kiara masuk lebih dulu. Interior villa tampak mewah, lantainya marmer mengkilap, dindingnya putih bersih dihiasi lukisan abstrak, dan aroma lavender lembut memenuhi udara. Namun semua kemewahan itu tak menghapus ketegangan dalam d**a Kiara. Langkahnya pelan dan berat. Dia menoleh pada Albert yang kini menutup pintu di belakang mereka. Kiara menggenggam tas kecilnya erat. Dia memandang ke sekeliling, lalu dengan suara pelan, dia mencoba bicara. "Aku... mau kamar sendiri." Albert yang sedang melepas jam tangannya, berhenti sejenak. Tatapan matanya tajam, dan sorot dominannya kembali menyala. "Apa?" tanyanya dingin. Kiara menggigit bibirnya. Dia sudah tahu reaksinya akan seperti ini, tapi dia tetap mencoba. "Aku