Abi Jamal keluar dari mushollah kecil di dalam rumahnya, menuju ruang kerjanya. Ia mendengar suara Luna sedang mengaji di dalam kamarnya. Mereka baru saja selesai menunaikan sholat subuh berjamaah. Abi Jamal duduk di ruang kerjanya, memeriksa beberapa pekerjaannya. Mau tak mau, ingatannya kembali pada obrolannya dengan Ahsan kemarin pagi. “Anak itu punya kemampuan negosiasi yang bagus,” gumamnya sambil melihat-lihat beberapa pekerjaan Ahsan sebelum ia diusir. “Nggak heran urusanku dengan kolega pesantren jadi mulus di tangan Ahsan. Pekerjaannya juga selalu rapi, artinya dia pintar dan fokus.” Jika kemarin Abi Jamal tidak tiba-tiba mendapat telepon dari kolega bisnisnya, ia mungkin akan menerima Ahsan saat itu juga. Namun setelah telepon itu, Abi Jamal jadi berpikir lagi dan menyuruh Ah