“Mas?” Arista mengubah panggilannya, berharap dengan itu bisa sedikit meredakan emosi Arka.
Tak ada jawaban, Arka yang berbaring di sofa menutupi wajahnya dengan sebelah tangan. Arista menatap pria itu. Perasaannya bergetar, ia benar-benar telah jatuh hati.
Arista duduk di sebelah tubuh Arka, mengusap d**a pria itu yang tertutup piyama. Sentuhan itu tak memiliki intensi apapun, tapi Arka yang masih dalam kondisi h*srat menggelegak sangat terganggu dengan tindakan Arista itu.
“Jangan pegang-pegang sembarangan,” tegurnya dengan suara serak. Tangan yang menutupi wajahnya sudah berpindah.
Mata kecokelatan Arista mengerjap. “Belum tidur?”
Dengusan pendek Arka berikan sebagai jawaban. “Kenapa ke sini?”
Bukannya menjawab, Arista justru membaringkan tubuhnya di sisi Arka. Menyandarkan kepala
