CHAPTER 1

1169 Words
Aku nyatakan kalian sebagai sepasang suami istri yang sah. Tepukan yang riuh itu tidak membuat hatiku lantas berbahagia. Aku menatapnya dengan seksama dari kejauhan dan bisa aku lihat kalau dirinya memang bahagia. Bodoh... Mungkin sangat bahagia karena berhasil menikahi wanita yang memang selalu ia harapkan dalam hatinya. Apalah dayaku? Mematung di pintu belakang rumah kami, mengabaikan cerianya wajah-wajah yang tidak aku kenali. Yap. Yang menikah di sana adalah suamiku. Bingung? Benar, suamiku menikah lagi dan itu terjadi hari ini. Aku menghela napas kala menyadari kalau ini memang jalan hidupku. Aku tak menyangka kalau hari ini benar terjadi dan aku melihat pernikahan itu di halaman belakang rumah yang aku tinggali bersama suamiku. Miris, tapi ini juga bagian dari persetujuan kami. Axelle dan aku setuju untuk mengadakan pesta pernikahan di dalam rumah tanpa mengundang banyak orang kecuali keluarga terdekat. Untuk keluarga suamiku? Tak ada satu pun yang datang. Mereka semua diam dan tidak peduli bahkan ayah mertuaku menganggap kalau Axelle bukanlah putra kebanggaannya lagi. Dalam hal ini ia berniat untuk mencoret nama Axelle dari silsilah keluarga Grissham karena menurutnya Axelle adalah seorang keparat sialan yang tidak tahu diri. Meski awalnya aku kasihan, tapi aku membenarkan ucapan Ayah mertuaku. Dia tidak suka denganku ataupun dengan perempuan yang dinikahi oleh Axelle. Jika kalian berpikir ayah mertua membenciku karena telah membuat Axelle begini, itu salah. Ayah Alex beranggapan kalau Axelle lah yang tidak pantas disandingkan denganku karena ia menyadari betapa brengseknya putra kebanggaannya itu. Itulah sebabnya kenapa Ayah Alex tidak merestui pernikahan ku dengan Axelle, tapi itu bukan berarti ia menyetujui Axelle menikah lagi. Tentu saja bukan seperti itu. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi ya... Terlalu rumit untuk aku jabarkan lewat kata-kata. ... Tiga bulan sebelumnya. Hari ini adalah tepat enam bulan pernikahannya dengan Scarletta. Axelle menikahi sahabatnya sendiri satu bulan setelah peristiwa besar yang terjadi di mansion Alaina dan Stefan. Wanita itu berniat menyiapkan sebuah hadiah anniversary untuk suaminya yang masih tertidur di atas ranjang mereka. Betapa membahagiakannya pernikahan ini apalagi di saat Axelle juga mengatakan kalau dirinya mencintai Scarletta seperti perempuan itu mencintai Axelle. Diam-diam Scarletta duduk di atas ranjang lalu mengusap rambut berantakan Axelle. Bibirnya mendekati telinga sang suami sebelum berbisik lembut,"Happy Anniversary, Axey." Tak lama setelah bisikan itu, sudut bibir Axelle mulai menampakkan seulas senyum manisnya yang dulu mampu menggoda para gadis. Mata biru pudarnya perlahan terbuka dan wajah sang istri adalah yang pertama kali Axelle lihat. "Selamat hari pernikahan yang ke enam bulan, Letta." Pria itu lantas mengecup bibir istrinya lalu membawa Scarletta ke dalam pelukannya. Axelle benar-benar mencintai istri sekaligus sahabatnya ini dan berjanji untuk tidak pernah membuatnya kecewa. "Apa kau mau ku buatkan sesuatu yang enak untuk sarapan?" Scarletta menaruh telapak tangannya di atas dada Axelle dan menatap wajah rupawan suaminya yang selalu ia cintai sejak masih remaja. Axelle hanya menyunggingkan senyum sebelum ia menyampirkan rambut yang menutupi kening Scarletta. "Aku mau memakan mu saja." "Hmm, kau selalu saja seperti ini. Ya sudah, aku buatkan sarapan paling spesial untukmu ya?" Scarletta bangkit dari atas tubuh Axelle lalu ia berjalan keluar kamar untuk membuat sarapan spesial di pagi hari ini, sedangkan Axelle tetap bergelung di dalam selimut dan kembali menikmati tidurnya. Beberapa saat kemudian, suara ponselnya berdering kencang membuat Axelle terpaksa terbangun lagi. Ia menggerutu sejenak sebelum mencari ponselnya yang tergeletak di atas ranjang. Tanpa melihat siapa yang menelepon, pria itu lantas menjawab panggilan tersebut. "Ya, halo?" "Axey, aku butuh bantuan mu." "Kenapa, kak? Kau menelepon pagi sekali?" Dengusan sebal terdengar di seberang sana, tapi Axelle tidak memedulikannya. Matanya kembali terpejam dan yang ia inginkan hanyalah kembali tidur. "Besok malam perusahaan ada undangan dari Victory Inc. untuk ikut meramaikan calon pemimpin baru mereka. Aku tidak bisa datang karena Isabelle sedang sakit dan saat ini dia tengah dirawat. Apa kau bisa menggantikan ku sehari saja?" Mata Axelle lantas terbuka sempurna. Ia lagi-lagi merasa kesal karena kakaknya selalu meminta pertolongan disaat yang tidak tepat. Maksudnya, hari ini adalah peringatan yang ke enam bulan pernikahannya dan rencananya Axelle hendak mengajak Scarletta kencan besok malam. "Kak, aku punya rencana untuk besok malam. Kenapa kau tidak meminta pertolongan ayah?" "Axey, ayah dan ibu sedang tidak ada di tempat. Hanya kau yang bisa aku mintai tolong." Axelle terduduk di atas ranjang sambil memijat kepalanya. Ia melirik foto pernikahan antara dirinya dan Scarletta yang terpajang di dinding kamar sebelum dirinya kembali berpikir keras. "Kapan acaranya dimulai?" "Sebelum jam makan malam. Kau bisa datang sebentar saja, setidaknya temui pemimpin baru mereka." "Oke, aku akan membantumu." "Terima kasih, Axey. Ngomong-ngomong, selamat ulang bulan pernikahan mu. Semoga kau cepat dikaruniai anak." Axelle tersenyum kecil kemudian berterima kasih kembali sebelum sambungan itu terputus. Pria itu menaruh ponselnya ke atas meja lalu ia melangkah keluar kamar untuk melihat istrinya di dapur. Sesampainya ia di pintu dapur, bisa Axelle lihat kalau Scarletta tengah sibuk memerhatikan buku yang ia yakini merupakan resep-resep memasak dan istrinya itu pasti tengah mencoba untuk membuat menu sarapan baru. Dengan langkah yang seperti seorang pencuri, Axelle mendekati istrinya lalu didekapnya tubuh Scarletta dari belakang. "Harumnya tercium sampai kamar," Ucap Axelle sembari mengecup leher Scarletta seperti pria mesum. Scarletta yang tengah memegang buku lantas tersenyum kecil dan ia mengusap lengan suaminya yang mendekap tubuhnya itu. "Kau selalu berlebihan. Aku baru memotong beberapa bahan makanan saja." "Aku berbicara soal harum tubuhmu, sayangku." Axelle membalikkan tubuh Scarletta lalu ia mencium bibir istrinya dalam keadaan belum mandi ataupun gosok gigi. Memang terdengar menjijikkan, tapi anehnya Scarletta tidak pernah menolak ciumannya bahkan terkesan sangat mendamba daripada Axelle sekalipun. Mungkin ini arti cinta yang dikatakan oleh orang-orang. "Axey, aku ingin membuat sarapan. Sebentar saja..." "Hmm, tapi aku tidak bisa menunggu terlalu lama." Scarletta mengusap pipi suaminya sebelum mendorong Axelle untuk duduk di atas kursi makan,"Kau bisa menunggu disini atau pergilah mandi. Aku akan menyiapkan sarapan spesial untukmu." Axelle tersenyum kecil lalu ia mengangguk,"Baiklah. Aku akan mandi dulu dan Letta... Malam ini pakailah sesuatu yang seksi." Pria itu mengedipkan sebelah matanya sebelum ia beranjak kembali ke dalam kamar untuk mandi. Menikmati hangatnya pagi bersama orang yang dicinta ternyata bisa sebahagia ini. Axelle memang masih punya sekelumit masalah dengan ayahnya, tapi tak mengapa. Nanti juga mereka akan baikan sendiri. Sewaktu Axelle berkata kalau ia ingin menikahi Scarletta, Alex adalah orang pertama yang menentangnya. Pria itu mengatakan kalau Axelle terlalu brengsek untuk perempuan baik-baik seperti Scarletta. Pria tua itu mengatakan kalau Axelle mesti mencari gadis yang sempat ia hamili dan cari kebenaran soal kehamilan gadis itu. Alex merasa kalau perempuan itu hanya berbohong soal menggugurkan kandungan, maka dari itu Alex bersikeras untuk meminta Axelle menemui gadis itu. Axelle hanya tidak suka jika sang ayah selalu berusaha ikut campur. Bukti sudah sangat jelas tentang bayi yang telah digugurkan itu dan Axelle tidak berniat mencari tahu meski di dalam hatinya masih sempat memikirkan soal mantan kekasih yang dulu selalu ia puja di depan orang lain. Kini dia sudah memiliki Scarletta. Dia istri sekaligus sahabat untuk selamanya. Axelle tidak pernah berniat untuk menanyakan kembali soal gadis masa lalunya itu karena yang Axelle tahu, Scarletta tidak menyukai jika ia berbicara soal mantan kekasih. Axelle hanya ingin hubungannya dengan Scarletta baik-baik saja dan semoga Tuhan membantunya untuk bisa bahagia seperti kedua saudara kembarnya yang sudah menemukan seseorang yang tepat bagi mereka. TBC A/N : Halo :) Maaf ya karena saya telat publish series ke empat ini karena tadinya masih saya revisi. Ayo pencet like/follow ya supaya cerita ini cepat up lagi :)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD