Seperti terbelit tali tambang kusam yang mematikan udara. Itu adalah situasi Liu di kala pagi membangunkannya dari mimpi buruk. Udara berat menambah sirkulasi udara di dadanya makin parah. Dia punya jadwal pagi untuk bertemu kakaknya; melapor agenda hari ini. Seperti apel pagi. Momen menyebalkan itu harus terjadi lagi hari ini, ketika dia melihat kakaknya tengah duduk di ruang tengah; membaca koran. Mula-mula koran di tangannya terbentang lebar, kemudian susut ketika dia melipatnya. "Sarapan sudah siap." Noa berkata, menunjuk dapur dengan dagunya. Liu memilih untuk langsung ke meja makan, menarik kursi lalu duduk di atasnya. Noa melakukan hal yang sama. "Kenapa kau selalu menekuk wajahmu?" komentar Noa sambil membalik piringnya. "Aku sedang berpikir jawaban apa yang harus kuberikan k