Malam sudah turun. Rumah besar keluarga Ludwig diselimuti cahaya lampu-lampu hangat yang memantul di dinding marmer. Aroma kopi sisa sore tadi masih samar di udara, bercampur dengan wangi kayu furnitur yang mengilap. Di ruang belajar itu, Luna duduk di sofa dengan laptop terbuka. Kaca jendela besar di belakangnya memantulkan bayangan samar dirinya yang menunduk serius, mencoba fokus pada dokumen skripsi. Axel baru saja keluar, katanya hendak mengambil beberapa dokumen di kamarnya. Kesempatan itu menciptakan keheningan yang jarang terjadi. Dan di keheningan itulah, Luna merasakan sesuatu yang membuat bulu kuduknya meremang. Ia mengangkat kepala pelan. Di ujung ruangan, di depan rak buku tinggi yang memenuhi hampir separuh dinding, Hayes berdiri. Jemarinya tampak asal menelusuri punggung

