Sania menatap pada kafe yan ada di depannya, tempat bertemu dengan Dion Hernando— yang kata ayahnya bakalan dijodohkan dengannya. Bukan dijodohkan. Mana ada ayahnya berkata seperti itu. Cuman Sania mau lebih dramatisir lagi. Kan benar dirinya dijodohkan dengan lelaki yang dia tidak tahu siapa lelaki itu. Yang penting tahu dulu siapa namanya. Nanti mau diterima urusan belakangan.
“Mas, saya-
-Mas! Eyke dah cantik gini dipanggil Mas?! Yey nggak lihat, gimana bahenolnya Eyke dan cantiknya Eyke. Eyke kalahin Lucinta Luna. Yey tahu dia nggak?”
Sania mengangguk kaku sambil memegang dadanya. Ya ampun! Apa yang dibilang sama bencis di depannya ini. Dia lebih cantik dibanding Lucinta Luna? Maaf. Dia lebih cantik diantara mereka berdua. Karena dia tulen.
“Oh, maaf. Bu tahu nggak dimana-
-Bu? Yey manggil Eyke Ibu? Astagah! Yey nggak lihat Eyke itu masih muda dan cantik no anti keriput gini? Panggil Inces!”
Sania ingin menangis mendengar apa yang dikatakan oleh manusia jadi-jadian di depannya ini. Panggil inces katanya. Yang ada najis. Namun setelahnya Sania tersenyum lebar pada manusia jadi-jadian di depannya kini. Berusaha untuk sabar. Orang sabar dapat jodoh orang kaya raya dan mapan tentu saja,
“Inces, saya mau mencari meja atas nama Dion Hernando.” Ucap Sania tersenyum paksa, karena di dalam hatinya Sania sangat ingin sekali melemparkan kepala lelaki di depannya ini menggunakan palu besi. Agar dia sadar, kalau dia itu sudah mengubah kondrat Tuhan.
“Oh! Yey mencari Mas Ganteng itu ya? Ikut Eyke! Padahal tadi Mas Ganteng godain Eyke loh, minta nomor telepon Eyke. Ajak Eyke kencan. Aduh, sayangnya dia itu terlambat. Eyke udah punya pacar sih. Makanya nggak mau sama dia.”
Sania memutar bola matanya malas. Terserah apa yang dikatakan oleh manusia jadi-jadian di depannya ini. Dia tidak peduli, tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan olehnya. Sania menatap pada lelaki yang memunggungi dirinya. Lalu dia berjalan ke depan lelaki itu dan duduk di depan lelaki itu yang sedang menunduk.
“Mas Dion Hernando?” tanya Sania.
Tubuh Dion menegang lalu dia perlahan mendongak. Sania terkejut melihat siapa yang ada di depannya sekarang. Lelaki yang memanfaatkan keadaan dalam kesempitan.
“Kau! Kau yang perkosa ku, ‘kan?” Sania bertanya dan menunjuk pada Dion dengan suaranya yang keras.
Dion memukul keningnya. Sial! Kenapa malah Sania mencoba untuk mempermalukan dirinya sekarang. Dion memegang tangan Sania. “Dek. Duduk dulu. Jangan teriak kayak gitu. Saya nggak pernah itu perkosa kamu. Malahan kamu yang mancing-mancing saya, bilang goyangan kamu nikmat.” Ucap Dion.
Sania mendengar apa yang dikatakan oleh Dion terkejut. Anjing! Mana ada Sania kayak gitu. Sania itu wanita mahal. Tahu mahal nggak sih? Dia itu nggak mudah untuk digoda dan mana mungkin dia mau melakukan kayak gitu. Pasti bohong lelaki yang ada di depannya ini. Tukang bohong!
“Alah! Mas pasti bohong kan? Jangan bohong jadi orang Mas. Saya tidak akan pernah melakukan hal kayak gitu. Saya itu orang yang paling menjaga diri saya dengan baik loh Mas.” ucap Sania mengibaskan rambutnya ke belakang sambil tersenyum sombong.
Kening Dion mengerut. Menjaga diri? Dengan membuka pakaian sendiri lalu telanjang di depan Dion? Itu yang namanya menjaga diri. Kalau memang benar Sania menjaga diri dengan cara seperti itu. Berarti hebat ya.
“Ya. Terserah kamu mau bilang apa. Lagian saya tidak berbohong. Saya mau kamu menjadi istri saya.” Ucap Dion langsung to the point. Menatap pada Sania yang ada di depannya.
Sania mendengar apa yang dikatakan oleh Dion terkejut. “Mas mau kita menikah? Saya nggak mau! Mas itu duda m***m. Saya nggak mau sama duda m***m kayak Mas!” tolak Sania, walaupun lelaki di depannya ini adalah ayah dari anak yang dikandung olehnya dia tetap tidak akan mau.
Dion tertawa kecil. “Kau tidak mau? Perusahaan ayahmu akan bangkrut. Tidak ada yang mau menolong perusahaan ayahmu Sania. Hanya saya yang mau menolongnya.” Ucap Dion, meletakkan tangannya di dagu, menatap intens pada Sania yang ada di depannya sekarang,
Sania menelan salivanya ketika mengingat tentang perusahaan ayahnya. Ayahnya yang pulang dalam keadaan lelah dan masih bisa untuk tersenyum dan menatapnya dengan tatapan lembut dan memeluk dirinya.
Dion menatap Sania yang tampak ragu sekarang. “Menikah kontrak.”
Sania menatap pada Dion yang menawarkan sebuah pernikahan kontrak dengannya, terus bagaimana dengan anaknya nanti? Apakah harus berpisah dari orang tuanya.
“Menikah kontrak?” tanya Sania.
Dion mengangguk. “Iya, saya dipaksa oleh Ibu saya untuk mencari istri lagi, dan kamu pilihan tepat. Menikah kontrak dengan saya. Perusahaan ayah kamu akan aman-aman saja. Iya atau tidak?” tanya Dion menatap pada Sania yang tampak ragu. Dan maafkan Dion yang telah menjual nama ibunya, untuk mendapatkan Sania, menjadi istrinya. Nanti Dion akan pulang ke rumah ibunya meminta maaf dan mengatakan juga pada ibunya, seolah tergila-gila mau punya menantu baru. Agar rencananya lebih sempurna lagi.
Sania mengusap perutnya. Lalu dia menatap tajam Dion. Duda k*****t! Sudah nikmati tubuhnya sekarang dia meminta nikah kontrak dengannya. Oke. Siapa takut. Anak ini nanti akan menjadi anaknya Sania seutuhnya. Nak! Kamu tidak perlu Bapak seperti itu. Bapakmu itu duda kayak setan!
“Oke! Kita nikah kontrak. Ingat cuman setahun, ya, saya ingin anda menceraikan saya setelah setahun. Jangan pernah menyentuh saya!” ucap Sania, tapi gimana nanti kalau Sania tergoda sama tubuh kekar Dion? Sania jadi bimbang. Ah! Bodoh amat.
Yakin dek? Dion tidak yakin Sania mau menolak untuk tidak disentuh. Malam itu saja Sania seperti ulat bulu yang minta disentuh. Gatal.
“Oke. Saya tidak akan menyentuh kamu, jadi, kamu menerima pernikahan ini?” tanya Dion, dalam hatinya sudah tercipta senyuman licik. Tidak sentuh Sania? Ya kali dia menghilangkan kesempatan untuk tidak menyentuh wanita secantik Sania yang akan menjadi istrinya.
Terikatlah dengan Mas sayang, maka kamu tidak akan pernah kabur lagi. Dan pernikahan kontrak, itu hanya salah satu cara membawamu bersama dengan Mas. Ucap Dion dalam hatinya, melihat Sania yang mengangguk, sambil menatap tajam padanya.
Tatapan tajam itu akan berubah menjadi tatapan mencintainya. Siapa yang bisa menolak dirinya? Tidak ada. Dan Dion akan tidur nyenyak sebentar lagi dengan memeluk Sania bukan memeluk kutang Sania lagi.
Sania come on to daddy, sayang.