Chapter 22

867 Words

Selamat membaca Prawira terus menyetir mobil sembari menangis tertahan. Mata lelahnya memerah dan terasa perih. Dia terus mengingat semua kenangan tentang putrinya saat hubungannya masih baik dan belum jauh seperti saat ini. Prawira memukul-mukul d**a yang terasa sesak. Dia kesulitan bernapas seakan lehernya tercekik. Ini pertama kali dia benar-benar merasakan sebuah penyesalan yang amat terasa dahsyat hingga menimbulkan rasa sakit yang menyakitkan. Bertubi-tubi hantaman, tusukkan, pukulan terus menikam hatinya secara brutal dan membabi buta. Dia tidak bisa lagi menahan air mata yang kembali tumpah untuk kesekian kali. Hidupnya terasa hampa dan kosong. Sekarang dia sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi yang berada di sisinya. Sekarang apa arti hidupnya? Putrinya sudah tidak lagi mengan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD