CHAPTER 4

923 Words
Saat Brian membawa Lisa menuju lift. Lisa melewati dua pria yang berjalan bertolak dengannya. Salah satu pria itu berhenti sejenak saat Lisa melewatinya. "Ten! Kenapa berhenti? Ada sesuatu ketinggalan?" Tanya Agas yang tidak mendapat jawaban dari Ten. Ten membalikkan tubuhnya, melihat arah lift yang pintunya hampir tertutup sempurna. Ten menajamkan matanya agar mendapat melihat sosok yang berada di dalam lift tersebut tetapi sudah terlambat karena pintu lift itu sudah tertutup rapat. Agas yang mengikuti tatapan Ten menatap lift khusus CEO membuatnya bingung. Ten kembali berjalan meninggalkan Agas yang masih berdiri kebingunggan. Di dalam mobil Ten terus memikirkan sosok wanita yang berjalan melewatinya. Wajahnya dan aroma tubuhnya seperti Ten kenali, tetapi Ten lupa akan sosok itu. Ten meraih ponselnya menghubungi seseorang yang merupakan pujaan hatinya "Hai gadis kecil, apa aku menganggu waktumu?" Ten tersenyum saat mendengar suara wanita dalam panggilan. "..." "Aku hanya merindukan gadis kecilku" "..." "Je t'aime ma petite fille (Aku cinta padamu gadis kecilku)" Setelah panggilan terputus, Ten menutup matanya sambil tersenyum karena sudah mendengar suara kekasihnya. Wanita itu adalah gadis kecil yang dulu menyelamatkan Ten saat di culik, Thomas berhasil menemukannya. Saat Thomas membawa gadis kecilnya ke hadapannya, saat itu juga Ten langsung menanyakan nama gadis kecilnya yang bernama Lassie Howard. Ten sangat mencintai Lassie hingga sekarang, rupanya Lassie seorang putri dari sahabat Orang tua Ten yaitu Susan Howard dan Andrian Howard. Sehingga Orang tua mereka mendukung dan menyetujui hubungan mereka. "Lassie sedang tidak berada di Paris?" Tanya Agas mengenai kekasih Ten. "Hmm.. Dia sedang berada di New York mengurusi acara pamerannya." Jawab Ten. Agas yang mendengar jawaban Ten hanya bisa menganggukan kepalanya. Sebenarnya Agas tidak begitu suka dengan Lassie kekasih Ten itu karena di depan Ten, sifatnya Lassie begitu lemah lembut tapi jika dengan orang lain maka sifatnya akan berubah 180 derajat. Tetapi karena Ten sudah mencintai wanita itu, apalagi setelah mendengar kisah Lassie yang menyelamatkannya dulu, maka Agas tidak bisa berbuat apa-apa. ****Brian mengantar Lisa ke tempat kerjanya. Setelah keluar dari mobil, Lisa melambaikan tangannya "Ingat jika sudah mau pulang hubungi aku? Aku akan menjemputmu." ucap Brian lalu menjalankan mobilnya.  Morgan melihat Lisa yang di antar oleh seorang pria yang tidak terlihat jelas wajahnya karena tertutup kacamata hitamnya. Saat Lisa membalikkan badannya, melihat sosok Morgan, Lisa melemparkan senyumnya lalu berjalan memasuki gedung kantor. Saat Lisa sudah sampai di meja kerjanya, Sintha menghampiri Lisa dengan melemparkan berkas hasil gambar desain miliknya dan juga milik Sintha. "Apa maksudmu meniru rancanganku?" Tanya Sintha yang begitu marah kepada Lisa. "Bagaimana bisa...." ucapan Lisa belum selesai, langsung mendapati amarah lagi dari Sintha "Itu APA? Kamu lihat ini? Bagaimana bisa rancangan kita sama kalau bukan kamu menjiplak gambarku?" Sambil menunjukkan hasil gambar keduanya yang menampilkan gambar yang sama. Seketika beberapa karyawan lain mulai berbisik "Tidak menyangka dia begitu nekat menjiplak desain orang?"   "Baru karyawan magang sudah berani meniru desain orang lain?" "Ada apa ini? Kenapa semua pada kumpul di sini?" Morgan bertanya. "Sr, tolong kamu lihat kedua gambar ini." sambil menunjukkan dua gambar desain yang sama, hanya nama perancang yang beda.   Kedua gambar desain ini sangat mirip, tidak, seharusnya dikatakan selain warna busana yang berbeda, keduanya pada dasarnya sama. Jelas ini adalah sebuah plagiat, karena tidak mungkin dua orang mempunyai pemikiran yang sama, bahkan setiap coraknya sama. Mereka hanya tidak tahu siapa yang menyalin siapa.   "Kalian berdua ikut saya sekarang." Ekspresi wajah Morgan berubah menjadi dingin. Lisa sangat heran, dia tidak percaya, "Bagiamana bisa desainnya sendiri di tuduh sebagai plagiat?" "Jadi di antara kalian berdua, mengakulah. Siapa yang meniru racangan siapa?" Morgan melihat kedua wanita yang ada di hadapannya.   "Morgan, gambar tersebut akulah yang menggambarnya. Aku sendiri terpikirkan dengan desain ini, jika tidak percaya aku bisa menyuruh temanku menjadi saksi." Begitu Sintha mengatakannya, Morgan langsung mempercayai bahwa Sintha bukan yang melakukan plagiat. Tatapan Morgan jatuh pada Lisa yang masih berdiam diri tanpa berkata apa-apa, "Lisa, kenapa kamu diam saja? Apakah diammu mengartikan bahwa kamu meniru rancangan Sintha?"   Lisa merapatkan bibirnya kemudian berkata " Desain gambar ini, aku yang gambar tapi aku tidak melakukan plagiat." "Dia ada bukti bahwa dia tidak melakukan plagiat. Kamu? Apa kamu memiliki buktinya?" Morgan bertanya dengan wajah yang penuh kekhawatiran terhadap Lisa.   "Aku tidak ada bukti." Lisa menggelengkan kepalanya. Mendengar perkataan Lisa, wajah Morgan semakin suram.   "Kamu bilang tidak menjiplak, kamu juga tidak memiliki bukti, terus bagaimana aku bisa percaya kamu?" Mendengar perkataan Morgan mata Sintha tersenyum penuh kemenangan. Sebagai seorang desainer sebuah gambar rancangan adalah hidupnya, karena semua ide yang terpikirkan akan di lontaran dalam goresan pada gambar di kertas. Setelah selesai, di seleksi jika menarik akan di pilih untuk di buat menjadi busana. Menurut pengalaman apalagi kedudukan Sintha adalah senior dari Lisa. Yang berarti Sintha adalah pemenangnya. Desain gambar tersebut begitu penting, jadi semalam dengan sengaja menyuruh teman kantornya melihat dia menggambarnya hanya untuk membiarkan mereka menjadi saksi untuk hari ini. Sintha ingin menyingkirkan Lisa dari perusahan ini. Semenjak wanita itu magang di kantor, seluruh perhatian Morgan hanya tertuju pada Lisa. Beberapa kali Sintha mendapati Morgan mengajak Lisa makan siang bersama dan mengantarnya pulang. Lisa mengepalkan jari-jarinya dengan kuat sembari menahan nafas sejenak sebelum berkata, "Sir, kami berdua menggambarkan desain yang sama. Bagaimana kalau Sir melihat kita merancangnya secara langsung di depan anda tanpa melihat sketsa yang kita gambar. Untuk mencari tahu siapa plagiat sebenarnya?"   Morgan terdiam sebenar, tidak menyangka bahwa Lisa akan mengatakan hal seperti ini. Lisa yang melihat Morgan tidak berbicara, mengalihkan pandangannya kepada Sintha "Bagaimana? Terima tantanganku?" Sintha yang ingin menolak, tidak bisa. Karena begitu menolak maka ia telah mengakui bahwa dirinya penjiplak. "Good idea, mari kita lakukan." ucap Morgan sambil berjalan menuju bagian produksi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD