Eps. 10 Putus Dadakan

1079 Words
Tak sengaja Joanna menatap bibir Tristan. Tepatnya bibir bagian bawah Tristan yang ia gigit tadi. Bibirnya bengkak, rupanya, batin Joanna. Padahal menurutnya ia tidak keras menggigit tapi bisa sampai bengkak begitu. “Dimas, kenapa kau ribut di sini?” tanya Joanna, beralih menatap kekasihnya. “Aku bilang mau menjemputmu bukan menemui tamu di sini tapi petugas sekuriti ini malah mewajibkanku lapor dulu sebelum bertemu denganmu.” Dimas masih menampakkan ekspresi kesal pada Tristan. “Semua yang masuk ke perusahaan ini apapun itu keperluannya memang wajib lapor pada petugas sekuriti,” ungkap Joanna. Ia jadi membeberkan aturan perusahaan itu pada Dimas. Dimas memang baru pertama kali ini menjemput Joanna ke kantor. Sebenarnya untuk surprise. Beberapa waktu yang lalu dia bertengkar dengan Joanna dan ingin meminta maaf dengan memberinya kejutan, tapi malah berakhir seperti ini. Dia sendiri sebenarnya sibuk, cukup sibuk. Sebagai dokter gigi muda dia sibuk sekali bekerja di rumah sakit. Pasiennya banyak. Makanya dia jarang ada waktu untuk bertemu Joanna. Dan mungkin karena itu mereka jadi ribut. “Di rumah sakit tidak begitu,” bantah Dimas. Aturan di rumah sakit berbeda dengan aturan di kantor. Seharusnya dia tahu itu, tapi kenapa dia tidak tahu? Atau pura-pura tidak tahu? “Ya, sudah sebaiknya kita pulang.” Joanna berpindah menghampiri Dimas lalu menyelipkan tangan ke lengan pria itu. Ada yang aneh. Dimas bukannya senang Joanna melingkarkan tangan pada lengannya tapi ia malah melepaskan tangan Joanna. “Dimas ada apa?” Sebenarnya masalah antara dirinya dengan Joanna sebelumnya belum selesai. Kini malah tambah masalah lagi. “Joanna, kenapa kau tidak membelaku? Kau malah membela petugas sekuriti itu?” Dimas tidak terima, kekasihnya terkesan malah membela Tristan. Harusnya Joanna itu membela dirinya karena kekasihnya. Ini malah membela Tristan yang bukan siapa-siapanya. Darah Tristan tiba-tiba mendidih tanpa sebab. Rasanya emosinya tersulut. berbagai pikiran negatif mulai bermunculan tentang Joanna. Apa hubungan Joanna dengan petugas sekuriti ini? batin Dimas. Ia kemudian menatap Tristan yang sedari tadi diam. Tapi manik mata pria itu sedari tadi tak pernah lepas dari Joanna, meski Joanna tidak menatap intens balik. Sedangkan Tristan juga berpikir siapa sebenarnya sosok pria yang dipanggil Dimas itu oleh Joanna. Meskipun tak ada hubungan apapun dengan Joanna tapi ia jadi penasaran. Apakah dia saudaranya Joanna? Atau kekasihnya? batin Tristan menebak. "Hey, kau kenapa melihatku seperti itu?” Tristan tidak suka dengan cara menatap Tristan yang tidak enak sekali. Seperti menantang. “Masalah di antara kita belum selesai.” “Kau cari masalah denganku?” Tristan pun jadi tersulut emosi karena Dimas. Meskipun sebenarnya ia tak ingin ribut lagi. Jiwa kepemimpinannya sebagai seorang CEO tak terima diinjak seperti itu. Tristan dan Dimas kembali ribut. Membuat kepala Joanna terasa berdenyut. Apa yang para lelaki ini pikirkan? batinnya kesal. Ingin rasanya Joanna memukul mereka berdua saja jika seperti ini. “Dimas! Tristan! Hentikan!” pekik Joanna saat dua pria itu saling mencengkram kerah baju satu sama lain plus saling melempar tatapan tajam. Tapi sayangnya dua pria itu sama sekali tak menggubris perkataan Joanna. “Kau, apa hubunganmu dengan Joanna, katakan!” sentak Tristan. Sungguh, cemburu membutakan akal sehatnya. Ia benar-benar mengira jika Tristan ada hubungan dengan Joanna di belakangnya. “Kau sendiri siapa? Berani bertanya begitu padaku?” balas Tristan, jiwanya menjadi tertantang. Jawaban Tristan membuktikan jika pria itu ada hubungan dengan Joanna tanpa sepengetahuannya. "Apa yang Dimas ucapkan itu?” Bahkan Joanna pun sampai tergugu mendengarnya. Bagaimana bisa Dimas menganggapnya ada hubungan dengan Tristan. Dalam hatinya meskipun sudah tidak suci lagi dia masih mencintai Dimas. Terlepas dari sikap cemburunya yang kelewat batas juga tidak rasional. “Kau tidak tahu siapa aku? Baik, aku akan memberitahumu sekarang. Aku adalah kekasih Joanna dan sebentar lagi kami akan bertunangan,” jelas Dimas dengan penuh penekanan. “Dimas, apa yang kau katakan itu? Tak perlu kau sampai memberitahukan hubungan kita atau mengumumkan hubungan kita pada siapapun.” Joanna merespon, namun lagi-lagi membuat Dimas salah paham. “Aku tidak tahu ada apa denganmu? Kenapa aku tidak boleh memberitahukan hubungan kita? Atau jangan-jangan kau ada main dengan pria ini di belakangku? Ya, kan? Beberapa waktu ini kau selalu sibuk bahkan beberapa perkataanmu selalu menyinggung. Jadi ini alasannya?!” Joanna tak bisa berkata-kata lagi. Apa yang diucapkan oleh Dimas benar-benar tak masuk akal sama sekali. “Dimas, kau malah mengungkap masalah kita di depan orang asing seperti ini? Oh, aku sungguh tidak tahu apa isi otakmu saat ini.” sengit Joanna. Dimas tak menggubris ocehan Joanna. Dia semakin yakin jika antara Joanna dan Tristan ada hubungan. “Apa masalahmu denganku?” Ganti Tristan yang tak terima mendapat tuduhan seperti itu. “Apa yang kalian berdua lakukan? Hentikan!” Joanna histeris saat dua pria itu saling mengangkat tangan dan akan saling pukul. "Hentikan! Kalian berdua aku bilang hentikan!” Joanna lalu melerai mereka berdua. Dengan mengerahkan segenap kekuatan, ia mendorong tubuh Dimas. Ia juga mendorong tubuh Tristan. “Kenapa aku berurusan dengan wanita sepertimu. Kau ikut campur urusanku setelah sebelumnya kau melukaiku,” ujar Tristan sembari menunjuk bibirnya yang bengkak. Dimas mengunci pandangannya pada bibir Tristan. Jelas sebagai pria normal dan dewasa dia tahu jika luka di bibir Tristan bukanlah luka karena dipukul tapi luka karena sebuah gigitan. Dan semua itu semakin membuat dadanya terasa sesak, itu berati jelas ada hubungan di antara Joanna dan Tristan. Amarahnya pun semakin membuncah hingga ke ubun-ubun. “Joanna! Jelaskan semua itu padaku! Kau benar ada hubungan dengan pria ini, bukan?” Dimas mencengkram erat tangan Joanna lalu menyentaknya kasar. Yang tak hanya menimbulkan rasa sakit pada tangannya tapi juga pada hatinya. “Dimas, aku sudah bilang berapa kali padamu? Aku tidak ada hubungan apapun dengan dia. Sungguh! Jangan percaya apa yang diucapkan olehnya.” Joanna melirik tajam pada Tristan. Sungguh pria itu membuat semuanya semakin rumit. Untuk apa juga dia menunjukkan luka di bibirnya itu. Apa memang sengaja menjatuhkan dirinya di depan Dimas? Dimas masih menatap tajam Joanna. Entah setan mana yang merasuki pikirannya kali ini. Akal sehatnya hilang. Ia dikuasai amarah juga tak berpikir dengan jernih. "Joanna, kita putus saja! Aku tak sudi menjalin hubungan dengan seorang wanita yang jelas-jelas menipuku dan berselingkuh dengan pria lain.” Dengan mata nanar, Dimas lalu meninggalkan Joanna. Dia berjalan dengan cepat masuk ke mobil. Tak lama setelahnya mobil menghilang dari pandangan Joanna. “Dimas! Apa yang kau katakan barusan padaku itu bercanda bukan?” Sayangnya Dimas tak mendengar itu. Tapi meskipun mendengarnya tak akan merubah anggapannya pada Joanna. Sepasang bola mata Joanna kini berembun. Sebisa mungkin ia tahan agar tidak tumpah. "Puas kau, sudah mempermainkanku dua kali!” Joanna menatap tajam Tristan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD