BAB 7

1144 Words
Acara OSPEK untuk menyambut mahasiswa baru di kampus akhirnya berakhir. Bella merasa senang sekaligus lega. Kini, dia akan memulai mata kuliah pertamanya bersama teman-teman barunya. Bella dan Fika berada dalam satu kelas yang sama. Bella bersyukur bisa satu bersama Fika karena sejak pagi semua orang di kampus memandangnya dengan tatapan aneh. Kejadian di kantin kemarin siang telah menyebar ke seluruh penjuru kampus. Semua mahasiswa membicarakan Bella yang berani mengungkapkan perasaannya kepada Rendra serta penolakan Rendra kepadanya. Bella merasa malu sekaligus risi dengan tatapan mata dan ucapan mereka tentangnya. “Kenapa mereka semua terus-menerus membicarakan kejadian kemarin? Itu hanya sebuah hukuman yang diberikan Kak Yoga kepadaku dalam acara OSPEK. Kenapa harus dibesar-besarkan seperti itu?” keluh Bella, saat dia tidak sengaja mendengar percakapan beberapa mahasiswa di koridor kampus. “Karena itu merupakan kejadian langka, Bel. Aku dengar sejak Kak Rendra berpacaran dengan Kak Viona nggak ada satu cewek pun yang berani mendekatinya,” kata Fika, menjelaskan. “Kenapa nggak ada cewek yang berani mendekati Kak Rendra, Fik?” tanya Bella, penasaran. Ini merupakan informasi baru bagi Bella. Dia baru beberapa hari kuliah di kampus ini, jadi belum mendengar banyak informasi tentang mahasiswa-mahasiswa yang ada di kampus ini, terutama tentang Rendra. Bella hanya mengetahui kalau Rendra berpacaran dengan Viona dan mereka menjadi pasangan fenomenal di kampus ini. “Katanya Kak Viona sangat posesif sama Kak Rendra, Bel. Dia nggak suka kalau ada cewek yang dekat-dekat dengan Kak Rendra,” terang Fika. Bella menghela napas kasar. Jika selama ini tidak ada satu cewek pun yang berani mendekati Rendra, maka Viona pasti sangat ditakuti oleh cewek-cewek di kampus ini. Bella berharap kejadian kemarin tidak membuat Viona marah kepadanya. Bella tidak mau berurusan dengan pacar Rendra karena kejadian kemarin. “Sayang banget kemarin aku nggak melihat sendiri kejadian itu, Bel. Katanya kamu mengungkapkan perasaan dengan sepenuh hati hingga membuat Kak Rendra terpesona,” kata Fika, menatap Bella. “Aku harus membuat Kak Rendra terpesona, Fik. Tentu saja aku harus berakting dengan sungguh-sungguh,” kata Bella, memberikan alasan tentang sikapnya kemarin. Bella tidak mungkin mengaku mengenai perasaannya yang sesungguhnya. Tidak ada satu orang pun yang tahu tentang rasa cinta yang dimiliki Bella untuk Rendra, termasuk Fika. Lagi pula di kampus ini tidak ada yang tahu kalau Bella dan Rendra saling mengenal serta memiliki kisah di masa lalu. Rendra mungkin yang paling menyadari kesungguhan dari ucapan Bella kemarin. Namun, Bella yakin Rendra tidak mungkin membeberkan kenyataan ini. Sejak awal Rendra bersikap seolah tidak mengenal Bella, jadi dia pasti akan tetap bersikap seperti itu, terutama di depan kekasihnya. “Akting kamu pasti sangat natural sampai membuat semua orang menyangka itu sunggguhan, Bel,” komentar Fika. Bella mengangkat kedua bahu, tak berkomentar. Dia tidak mau semakin memperpanjang pembahasan kejadian kemarin. “Terserah semua orang mau berkomentar apa, Fik, tapi aku berharap mereka berhenti membicarakan kejadian kemarin. Aku merasa risi melihat tatapan mata mereka ketika melihatku,” aku Bella. “Abaikan saja mereka, Bel. Aku yakin mereka akan berhenti menatap kamu seperti itu setelah beberapa hari berlalu,” kata Fika, menenangkan. “Iya. Aku harap begitu, Fik. Kalau perlu mereka juga melupakan kejadian kemarin. Aku sangat malu kalau terus-menerus diingatkan tentang kejadian kemarin,” ungkap Bella. Fika hanya tersenyum menanggapi perkataan Bella. Dia sepertinya memahami perasaan Bella atas ketidaknyamanan yang terjadi akibat kejadian kemarin. oOo “Sayang, kamu kenapa sih hari ini uring-uringan terus?” tanya Rendra, menatap Viona yang duduk di sebelahnya. Rendra dan Viona sedang berada di taman kampus sekarang. Mereka sedang menunggu mata kuliah selanjutnya dimulai. “Kamu masih tanya aku kenapa? Ini semua gara-gara kamu, tahu nggak?” ucap Viona dengan raut wajah kesal. “Gara-gara aku? Memang aku melakukan kesalahan apa, Sayang?” tanya Rendra, mengernyitkan dahi, bingung. “Nggak usah pura-pura nggak tahu deh,” sahut Viona, terdengar semakin kesal. “Aku benar-benar nggak tahu, Sayang. Aku merasa nggak melakukan kesalahan apa pun “hari ini,” kata Rendra, membela diri. “Kesalahan kamu adalah membiarkan semua mahasiswa di kampus ini terus-menerus membicarakan kejadian kemarin, Ren,” kata Viona, membeberkan kesalahan yang telah dilakukan oleh Rendra. Dia bahkan tidak memanggil Rendra dengan sebutan ‘sayang’ seperti yang biasa dilakukannya karena terlalu kesal dengan sikap Rendra. “Oh ... masalah itu ....” Rendra mengangguk, mengerti. “Biarkan saja, Sayang. Berarti acara OSPEK kemarin berkesan di hati mereka.” Viona berdecak. “Berkesan apanya? Acara kemarin sama sekali nggak berkesan buat aku, Ren. Aku nggak suka mendengar mereka terus-menerus membicarakan kamu dan mahasiswa baru itu,” ujarnya tak suka. “Aku nggak bisa meminta semua orang berhenti membicarakan kejadian kemarin, Sayang. Jadi, lebih baik kamu yang tutup telinga dan nggak usah mendengarkan omongan mereka,” kata Rendra, menyarankan. “Gampang banget kamu ngomong begitu, Ren. Kamu pasti menikmati semua ini, kan?” tuduh Viona. “Menikmati apa sih, Sayang? Aku juga kesal mendengar mereka terus-menerus membicarakan kejadian kemarin. Tapi, aku nggak bisa melarang dan memarahi mereka satu per satu untuk berhenti membicarakannya,” kata Rendra, menyangkal. Rendra bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Dia tidak menikmati semua ini. Rendra merasa de javu dengan kejadian beberapa tahun yang lalu ketika dia dan Bella menjadi bahan perbincangan satu sekolah karena perasaan Bella yang diam-diam mencintainya diketahui oleh seluruh penghuni sekolah. Saat itu, Rendra menghindari Bella untuk menghentikan semua orang membicarakan mereka. Hubungan Rendra dan Bella yang semula sangat dekat menjadi renggang karena kejadian itu. Rendra tidak mau mendengar penjelasan Bella hingga akhirnya Bella pindah sekolah. Dan kali ini Rendra juga melakukan hal yang sama. Dia menghindari Bella, bahkan sejak awal pertemuan mereka. Selain karena tidak ingin terus-menerus menjadi bahan perbincangan seluruh kampus, Rendra juga tidak ingin memberi kesempatan kepada Viona untuk mendekati Bella. Rendra tahu Viona sangat marah dan kesal karena kejadian kemarin. Rendra khawatir kemarahan Viona akan ia tumpahkan kepada Bella jika Viona tahu kalau Rendra dan Bella saling mengenal dan pernah dekat di masa lalu. Biarlah Rendra dianggap sebagai laki-laki pengecut oleh Bella asal Bella tidak mendapat amukan dari Viona. Kejadian kemarin hanya sebuah bagian dari acara OSPEK yang dilaksanakan di kampus ini. Meskipun semua orang mengatakan kalau Bella mengungkapkan perasaannya dengan sungguh-sungguh dan Rendra juga mengakui hal itu, tapi tidak ada yang tahu kalau semua itu adalah ungkapan hati Bella yang sesungguhnya. Ya, sekarang setelah mengingat seluruh kalimat yang diucapkan oleh Bella kemarin, Rendra yakin semua kalimat itu benar-benar ditujukan untuknya dan diucapkan secara sungguh-sungguh oleh Bella. Bella memanfaatkan kesempatan dari hukuman yang diberikan oleh Yoga untuk mengungkapkan perasaannya sesungguhnya. “Aku nggak mau terus-menerus mendengar mereka membicarakan kamu, Sayang,” rengek Viona, bergelayut di lengan Rendra. “Iya, aku juga nggak mau, Sayang,” kata Rendra, menimpali. “Kamu nggak usah mendengarkan ucapan mereka, ya. Aku yakin mereka akan berhenti membicarakan hal itu setelah beberapa hari berlalu,” lanjutnya menambahkan. “Iya, Sayang,” sahut Viona, mengangguk mengerti. Rendra tersenyum lega. Dia senang karena kemarahan Viona telah reda. Rendra berharap setelah ini Viona tidak akan mengungkit kejadian kemarin lagi. oOo
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD