BAB 6

1152 Words
Suara tepuk tangan terdengar dari arah belakang Rendra. Bella dan Rendra terkejut. Mereka berdua menoleh dan melihat Yoga tengah bertepuk tangan sambil tersenyum lebar ke arah mereka. “Bagus sekali. Kamu melakukannya dengan sangat baik, Bel,” kata Yoga, memandang Bella. “Hukuman kamu selesai dan kamu bisa berkumpul bersama teman-teman kamu lagi,” ujarnya menambahkan. Rendra terbelalak. Dia melihat Bella yang mengangguk kepada Yoga dan mengucapkan terima kasih. Bella kemudian bergegas pergi meninggalkan kantin tanpa menatap Rendra lagi. “Apa maksudnya ini?” tanya Rendra, setelah Bella tak terlihat lagi di kantin kampus. “Maksud apa, Ren?” Yoga balik bertanya dengan raut wajah bingung. “Jadi, sejak awal ini hanya sebuah permainan, Ga?” tanya Rendra, menatap tajam Yoga. “Tentu saja, Ren. Bella sedang gue hukum. Gue minta dia untuk mengungkapkan perasaannya sama elo. Dia harus berhasil membuat elo terpesona. Dan lihat ... dia berhasil melakukannya. Kata-kata Bella membuat elo terpaku dan nggak berkedip menatapnya,” jelas Yoga, tersenyum menatap Rendra. Rendra membisu. Dia tidak menyangka pernyataan cinta yang diucapkan oleh Bella tadi hanyalah sebuah sandiwara yang sengaja disusun oleh Yoga dan Bella. Untuk sesaat, Rendra percaya bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Bella tadi adalah ungkapan dari hatinya yang paling dalam. “Orangnya udah pergi, Ren. Bengong aja lo,” kata Iqbal, menepuk pundak Rendra. “Sepertinya Rendra benar-benar terpesona dengan cewek tadi,” komentar Aska, dengan senyuman menggoda. “Ingat, Ren, lo sekarang sudah punya Viona,” kata Ervan, menimpali. Rendra berdecak. “Apaan sih ... Gue cuma kaget dengan kejadian tadi. Gue nggak menyangka ada mahasiswa baru yang berani mengungkapkan rasa cintanya sama gue di depan umum seperti ini,” kata Rendra, memberikan alasan yang masuk akal untuk menutupi perasaan yang sebenarnya. “Kenapa lo nggak bilang dari awal, Ga?” lanjutnya bertanya kepada Yoga. “Kalau gue bilang dari awal nggak akan berhasil dong, Ren. Elo kan tipe cowok yang susah dibuat terpesona, apalagi oleh seorang cewek,” terang Yoga. Rendra mendengus. Sekarang dia merasa kesal dengan perbuatan Yoga yang sengaja mengerjai dirinya bersama Bella. “Udah ... santai aja, Bro. Ini buat seru-seruan doang kok,” kata Yoga, menepuk pundak Rendra. “Iya, Ren. OSPEK nggak akan seru kalau nggak ada kejadian seperti ini,” timpal Aska. “Tapi, nggak harus gue yang jadi korban, kan?” sahut Rendra, dengan raut wajah kesal. “Sorry, Bro,” ucap Yoga, meminta maaf. Namun, tidak tampak penyesalan dalam raut wajahnya. Rendra mendengus, kesal. Dia melanjutkan langkah untuk meninggalkan kantin mendahului teman-temannya yang segera berlari menyusul. Rendra benar-benar merasa kesal sekarang. Dia merasa dipermainkan oleh teman-temannya, terutama Yoga. Rendra ingin marah-marah untuk meluapkan kekesalannya, tapi dia khawatir teman-temannya akan menanggapi kemarahannya secara berbeda. oOo Setelah meninggalkan kantin, Bella tidak kembali berkumpul bersama teman-temannya. Dia mengurung diri di dalam toilet. Air mata yang telah ia tahan selama berada di kantin, kini tumpah. Dadanya terasa sangat sesak. Hati Bella sakit dan perih mengingat penolakan Rendra dan ucapan teman-temannya. ‘Ya Allah ... kuatkan aku. Buang rasa cinta yang ada di hati aku untuk Kak Rendra. Ikhlaskan aku untuk merelakan Kak Rendra bersama perempuan lain,’ kata Bella dalam hati. Bella sadar pernyataan cintanya kepada Rendra tadi hanya sebuah sandiwara karena hukuman yang ia terima. Namun, kalimat yang Bella ungkapkan tadi benar-benar tulus dari dalam hati. Bella mencintai Rendra sejak dulu saat mereka masih sekolah di tempat yang sama. Meskipun tahun demi tahun telah berlalu, tapi rasa yang ia miliki tidak pernah pudar untuk Rendra. Saat mengungkapkan perasaannya kepada Rendra, Bella sempat melihat keterpakuan dalam sorot mata Rendra. Bella sempat yakin kalau Rendra menganggap serius ucapannya. Namun, semua langsung buyar ketika Yoga dan teman-teman Rendra bertepuk tangan atas aksi yang telah Bella lakukan tadi. Rendra tampak terkejut dan kesal di saat yang bersamaan. Bella tidak tahu bagaimana penilaian Rendra tentangnya sekarang. Kejadian di kantin tadi disaksikan oleh banyak pasang mata. Meskipun hanya sebuah sandiwara, tapi Bella merasa sangat malu telah mengungkapkan perasaannya kepada seorang laki-laki di depan umum. Apalagi laki-laki itu adalah Rendra, sosok laki-laki yang diidolakan di kampus dan telah memiliki seorang kekasih. Bella yakin kejadian di kantin tadi akan menjadi perbincangan banyak orang di kampus ini. Bella hanya bisa berharap tidak akan ada masalah yang timbul setelah kejadian tadi. oOo “Sayang, aku dengar ada yang menyatakan cinta sama kamu di kantin kampus tadi?” tanya Viona, memandang Rendra yang sedang menyetir di sebelahnya. Saat ini, Rendra dan Viona berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang ke rumah. “Iya, Sayang,” sahut Rendra membenarkan. “Siapa nama perempuan itu? Kamu kenal, Sayang?” tanya Viona, ingin tahu. “Namanya Bella. Dia salah satu mahasiswa baru di kampus kita,” jawab Rendra. “Katanya kamu sampai terpesona mendengar pernyataan cinta dari perempuan itu,” kata Viona dengan raut wajah cemberut. “Aku hanya terkejut mendengar pernyataan cinta darinya, Sayang. Aku langsung menolak dia kok,” sangkal Rendra, melirik Viona sekilas. “Jangan cemberut gitu, Sayang. Itu hanya kerjaannya Yoga. Bella mendapat hukuman saat OSPEK dari Yoga dan diminta untuk menyatakan cinta kepadaku,” ujarnya menjelaskan. “Aku kesal mendengar mahasiswa lain membicarakan kejadian itu, Sayang. Kamu, kan, tahu aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan perempuan lain. Kamu itu cuma milik aku, Sayang,” kata Viona, posesif. “Iya, aku tahu, Sayang. Aku nggak dekat dengan perempuan lain kok,” kata Rendra, menyangkal. Viona memang sangat posesif kepada Rendra. Dia tidak suka jika Rendra dekat dengan perempuan lain, bahkan dengan teman-teman sekelasnya sendiri. Viona tak segan memarahi perempuan yang mendekati Rendra. Terkadang Rendra sampai tak enak hati pada teman-teman perempuannya. Namun, Rendra tak bisa berbuat banyak. Viona akan semakin marah jika Rendra membela temannya. Acara OSPEK di kampus telah ditutup secara resmi dan di sambut penuh suka cita oleh para mahasiswa baru. Rendra yang berada di barisan depan bersama panitia OSPEK yang lainnya sempat melihat Bella berdiri di antara para mahasiswa yang bersorak kegirangan. Bella tampak bersorak bersama teman-temannya. Dia terlihat menikmati momen penutupan OSPEK itu seolah tidak ada sesuatu yang terjadi sebelumnya. Rendra teringat kejadian di kantin kampus tadi siang saat Bella mengungkapkan perasaannya. Kalimat yang diucapkan Bella terlihat sungguh-sungguh dan bukan sekadar sandiwara belaka. ‘Apa ini hanya perasaanku saja atau Bella benar-benar mengucapkannya dari dalam hati?’ tanya Rendra, dalam hati. Rendra bisa merasakan kegugupan dan keraguan Bella saat menemuinya di kantin kampus. Sakit hati Bella saat mendengar ejekan dari teman-teman Rendra. Ketulusan Bella saat menyatakan perasaannya dan kesedihan yang terpancar dari sorot mata Bella saat Rendra menolaknya. Rendra yakin semua itu bukan hanya perasaannya saja. Apa yang diungkapkan Bella saat itu benar-benar dari lubuk hatinya terlepas dari hukuman yang diterima Bella untuk menyatakan cinta kepadanya. ‘Maafkan aku, Bel. Seharusnya aku bisa memperlakukan kamu lebih baik lagi. Tapi, keadaan memaksaku untuk bersikap seolah enggak mengenali kamu. Aku nggak mau kamu terlibat masalah dengan Viona,’ batin Rendra dengan raut wajah sendu. ‘Sejak dulu aku memang laki-laki pengecut Bel. Aku nggak berani mengungkapkan perasaanku sendiri sama kamu.’ oOo
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD