BAB 5

1258 Words
Hari ini adalah hari terakhir OSPEK bagi Bella dan Fika. Dan sialnya, Bella mendapatkan hukuman lagi. Kali ini dari Yoga karena Bella terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan olehnya. Bella membelalakkan mata saat mendengar hukuman yang diberikan oleh Yoga. “Ungkapkan perasaan cinta kamu pada Rendra,” ucap Yoga dengan enteng. “A-apa, Kak? Kakak bercanda, kan?” tanya Bella, sangat syok mendengarnya. “Apa muka aku kelihatan lagi bercanda sekarang?” Yoga balik bertanya, menunjuk wajahnya sendiri. “Pastikan kamu membuat Rendra terpesona dengan pernyataan cinta dari kamu,” tambahnya kemudian. Bella menelan ludah. Bagaimana mungkin dia melakukan hal itu? Dan kenapa harus Rendra? Masih banyak senior cowok selain Rendra yang bisa dijadikan objek untuk Bella mengungkapkan perasaannya. “Kenapa diam? Ayo lakukan!” perintah Yoga, menatap tajam Bella yang masih berdiri diam di tempatnya. “I-iya, Kak,” sahut Bella, pelan. Bella berjalan dengan gontai di sepanjang koridor kampus. Dia masih belum menemukan sosok Rendra di antara para mahasiswa yang berpapasan dengannya. Bila Bella bertemu dengannya juga dia tak tahu apa yang harus dilakukan. Jika dulu Bella ingin menjelaskan tentang perasaannya kepada Rendra, kali ini dia ingin menyembunyikannya. Rendra yang bersikap seolah tidak mengenalnya, membuat Bella kecewa. Apalagi sekarang Rendra juga sudah memiliki kekasih. Bella tidak ingin mengganggu hubungan mereka. Setelah lelah berkeliling, Bella memutuskan untuk membeli minuman di kantin. Dia mengambil satu botol air mineral, lalu membayarnya ke kasir. Saat Bella akan meninggalkan kantin, dia melihat sosok Rendra sedang duduk di salah satu bangku kantin bersama teman-temannya. Perasaan Bella menjadi campur aduk tak karuan. Rasa takut, gugup, deg-degan semuanya menjadi satu. Bella kemudian bertemu pandang dengan Yoga yang memberi isyarat kepadanya untuk menghampiri Rendra. Dengan langkah yang berat, Bella akhirnya berjalan mendekati Rendra dan teman-temannya. “Kak Rendra,” panggil Bella, begitu tiba di dekat meja Rendra dan teman-temannya. Rendra tampak terkejut saat menoleh dan melihat Bella berdiri di sampingnya. “Aku mau bicara sama kamu, Kak,” kata Bella dengan suara pelan. Rendra tampak terperangah. Mungkin dia tidak menduga kalau Bella akan berani menghampirinya dan mengajak dia bicara. Apalagi saat ini Rendra sedang berkumpul dengan teman-temannya. “Berani banget mahasiswa OSPEK menemui elo, Ren,” ujar Iqbal, cowok bertubuh tinggi dan tegap yang duduk di sebelah Rendra. “Lo kenal dia, Bro?” Kali ini cowok yang Bella kenali bernama Aska yang angkat bicara. “Lo ada urusan apa dengan bocah ingusan ini, Ren?” timpal Ervan, cowok blasteran yang duduk di seberang Rendra. Matanya menatap Bella dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Kalau mau bicara di sini saja. Kami siap menjadi pendengar yang baik,” kata Yoga, tersenyum meremehkan. Bella menggigit bibir bawahnya. Telinga Bella terasa panas mendengar perkataan teman-teman Rendra, sementara Rendra sendiri belum membuka suara. Keringat dingin mulai membasahi tubuh Bella. Wajahnya memucat. Suasana kantin yang mulai ramai membuat nyali Bella menciut. Rendra memandang Bella. Sepertinya dia menyadari kegugupan yang dialami oleh Bella sekarang. Apalagi setelah mendengar perkataan teman-temannya tadi. “Ada apa?” tanya Rendra, akhirnya. Dia bangkit dari kursi dan berdiri menghadap Bella yang menundukkan kepala. Bella menghela napas panjang. Dia mencoba menenangkan diri sebelum berbicara dengan Rendra. “Eemm .... A-aku ....” “Lo gagap, ya?” potong Aska. “Kalau bicara yang jelas dong. Kami nggak tahu kamu ngomong apa,” timpal Yoga. Bella menelan ludah. Dia sadar kakak-kakak senior di hadapannya ini ingin mempermalukan dirinya. Mereka menganggap hukuman yang Bella jalani sebagai lelucon. Namun, tidak bagi Bella. Ini menyangkut perasaannya. Rasa cintanya kepada Rendra yang telah lama terpendam di dalam hati. Butuh keberanian yang sangat besar bagi Bella untuk mengungkapkan perasaannya. Walaupun dia ragu Rendra akan menganggap serius perkataannya atau tidak. “Ayo ngomong! Kenapa diam saja!” gertak Ervan. Bella menghembuskan napas panjang. Dia menatap Rendra yang masih berdiri di hadapannya menanti ucapan yang akan disampaikan olehnya. “A-aku ... aku suka sama kamu, Kak,” ucap Bella dengan suara pelan dan cepat. Rendra membeku di tempatnya. Sepertinya dia tidak menyangka kalau Bella akan mengungkapkan perasaannya, apalagi di depan teman-teman Rendra dan suasana kampus yang tampak ramai. Dia tidak bersuara. Rendra menatap Bella yang kini telah menundukkan kepala lagi. “Lo lagi nyatain cinta apa kumur-kumur?” suara Iqbal terdengar menimpali perkataan Bella. “Badan lo kecil, tapi nyali lo besar juga, ya,” komentar Yoga. “Sadar dong lo siapa dan Rendra siapa,” sahut Aska. “Rendra itu udah punya pacar dan ceweknya seratus kali lebih cantik dari elo. Nggak tahu diri banget sih!” tukas Ervan tanpa perasaan. Bella meremas kedua tangannya. Dia berusaha tetap bertahan di posisinya dan menahan air bening yang menggenang di pelupuk matanya. Hati Bella terasa sakit mendengar ejekan dari teman-teman Rendra. Apalagi mereka sampai membandingkannya dengan pacar Rendra. Rendra memandang teman-temannya. Dia sepertinya menganggap ucapan mereka sudah keterlaluan, tapi dia tidak berkomentar apa pun. Rendra terdengar menghembuskan napas panjang, lalu kembali menatap Bella dan berbicara dengan suara tegas, “Tatap mata aku dan ulangi sekali lagi!” perintah Rendra. Bella terbelalak. Satu kali saja sudah sangat menyulitkannya dan sekarang Rendra justru meminta Bella untuk mengulanginya lagi? Bella menghela napas panjang. Dia memejamkan mata sesaat berusaha untuk menguatkan hatinya. Perlahan Bella mendongak dan menatap mata hitam Rendra yang selalu membiusnya. “Aku cinta sama Kak Rendra,” ungkap Bella, sepenuh hati. Hening. Rendra membalas tatapan Bella dengan sorot mata yang tak terbaca, sementara teman-teman Rendra di belakangnya menanti jawaban yang akan dilontarkan oleh Rendra dengan raut wajah tegang. “Maaf, tapi aku enggak mencintai kamu, Bel,” ucap Rendra, datar. Ekspresi wajahnya sulit ditebak. Bella membeku. Jantungnya serasa dihujani ribuan pisau sekarang. Dia tahu Rendra akan menolak pernyataan cinta darinya. Namun, mendengar penolakan dari Rendra secara langsung membuat hatinya sangat sakit. Bella sadar ini hanya bagian dari OSPEK yang harus ia jalani, tapi dia tak sanggup membohongi hatinya yang telanjur terbawa perasaan. Sekuat tenaga Bella menahan air mata agar tidak jatuh menetes di depan Rendra dan teman-temannya. “Ayo pergi,” ajak Rendra, menoleh sekilas ke arah teman-temannya yang hanya diam saja setelah mendengar penolakan Rendra. Teman-teman Rendra bangkit dari kursi masing-masing. Mereka sudah berjalan beberapa langkah meninggalkan kantin ketika mendengar suara Bella yang tiba-tiba bicara. “Aku juga nggak butuh cinta dari kamu, Kak. Aku hanya ingin kamu tahu perasaan aku yang sebenarnya,” kata Bella, memandang punggung tegap Rendra. Rendra dan teman-temannya menghentikan langkah mereka dan berbalik menatap Bella. Bella menatap Rendra. Dia tidak peduli jika saat ini dirinya menjadi pusat perhatian di kantin kampus. Bella hanya ingin mengungkapkan rasa yang sejak lama terpendam di hatinya. “Cinta itu perasaan yang fitrah, Kak. Sebuah rasa yang dititipkan Allah kepada kita,” ujar Bella. “Kita nggak pernah tahu dengan siapa kita akan jatuh cinta. Jika bisa memilih, aku nggak mau jatuh cinta dengan Kak Rendra yang jelas-jelas nggak akan pernah mencintai aku.” Rendra terperangah. Sorot matanya kini menampakkan keterkejutan. “Entah sejak kapan rasa ini tumbuh di hati aku. Tapi, satu yang pasti, aku bahagia melihat kamu bahagia, Kak,” lanjut Bella. Mata Bella tak berkedip menatap Rendra. Entah dari mana dia mendapatkan keberanian ini. Bella hanya ingin Rendra mengetahui isi hatinya. Terserah Rendra mau menganggap serius ucapannya atau tidak. “Aku nggak pernah meminta balasan cinta dari Kak Rendra karena aku sadar, aku nggak sebanding dengan kamu, Kak. Jika kamu bahagia dengan pasangan kamu sekarang, maka aku ikhlas untuk melepaskan cintaku, Kak,” kata Bella, dengan mata berkaca-kaca. Rendra membeku. Dia menatap Bella tanpa kedip. Ungkapan hati Bella sepertinya berhasil membius Rendra hingga dia tak dapat berkata-kata. Suasana kantin kampus menjadi sunyi setelah Bella menyatakan perasaannya yang tak terduga. Namun, tiba-tiba .... oOo
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD