70

1374 Words

POV Dinda "Iya, kah, Maas? Seriusan?! A-duuh, pasti Bunda berpikiran aneh-aneh tentangku," kataku sambil menatap ke arah Ian dan Deri yang masih terlelap pulas. Jarum jam menunjukkan pukul 5 pagi, kami baru saja salat subuh berjemaah. "Iya, Sayang. Semalam, Bunda menelepon Mas. Bunda bilang pada Mas agar menghapus vidio kamu yang joget-joget di WA." Aku meraih HPku lalu memeriksa status WA. Mas Angga tertawa kecil, dia menekan hidungku lalu mengangkatku, mendudukkan ke pangkuannya. "Ya tentu saja sudah Mas hapus, Sayang." Aku pun membuka galeri, mencebik saat melihat vidioku yang tengah joget-joget. "Apa vidio ini yang dilihat Bunda?" tanyaku. "Dua-duanya," sahut Mas Angga. "A-duuh, pasti Bunda berpikir yang gak-enggak sama aku." Mas Angga mengangguk. "Mas sudah jelaskan bahwa it

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD