CHAPTER 11

1208 Words
Christian memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Queenie. Karena ini hari Sabtu, jadi tidak ada jadwal mengajar di kampus. Pria itu membuka pintu mobil lalu melangkah pasti ke pekarangan rumah Queenie. Ia berdiri di depan pintu lalu menekan bel nya dua kali. Sebenarnya Christian tidak terlalu yakin untuk datang kemari dan menemui ayahnya Queenie, tapi entah kenapa ia merasa kalau dirinya perlu datang kemari. Selain karena dirinya ingin meminta bantuan Stefan soal kematian ayahnya, Christian juga mengharapkan sesuatu yang lain dari pria itu. Seperti memercayakan Queenie kepadanya? Oh sialan, bahkan dia ingin lebih dari itu. Christian ingin memiliki Queenie seutuhnya. Beberapa saat kemudian pintu pun dibuka. Seorang wanita berusia 50 an menyambutnya dengan satu alis yang terangkat— tanda kalau dia tidak mengenal siapa yang sedang ingin bertamu. Christian tersenyum kecil seraya memperkenalkan dirinya,"Halo, Nyonya Anderson. Aku Christian Douglas, apakah suamimu ada di rumah?" Alaina mengangguk pelan,"Ada keperluan apa dengan suamiku?" "Ada hal yang mesti aku bahas dengannya, Nyonya Anderson. Kalau tidak keberatan, bolehkah aku bertemu dengan suami Anda?" Tanyanya dengan sopan. Alaina tersenyum kecil lalu mempersilahkan Christian untuk masuk. Pria itu menilik wajah Nyonya Anderson di depannya ini dan ia takjub karena istri Paman Stefan begitu cantik dan terlihat masih muda padahal usianya sudah menyentuh kepala lima. Satu hal yang membuat ia juga kagum, Queenie begitu mirip dengan Mamanya. Wajarlah Queenie bisa mendapatkan wajah cantik seperti itu, ternyata Mamanya adalah wanita yang cantik. "Suamiku berada di ruang kerjanya. Kau boleh tunggu di sini sebentar, aku akan memberitahu suamiku kalau dia kedatangan tamu," Jelasnya. Christian mengangguk kecil dan ia pun mendudukkan dirinya di atas sofa tamu ketika Alaina melangkah ke sebuah pintu yang ia yakini merupakan ruang kerja Stefan Anderson. Mata biru Christian melirik ke semua foto-foto yang terpajang di dinding maupun di atas meja. Semuanya merupakan kenangan masa kecil Queenie dan saudara-saudaranya. Ia terkekeh pelan saat menemukan foto Queenie yang berusia dua tahun. Gadis itu memang menggemaskan sejak masih kecil. Ada sebuah foto yang ukurannya paling besar, terpajang di tengah-tengah foto-foto lainnya. Itu sebuah foto keluarga. Di sana Queenie masih terlihat imut dengan gaun merah mudanya. Tanpa sadar Christian tersenyum. Queenie pasti mendapatkan cinta dari semua orang, maka dari itu dia terlihat seperti gadis manja. "Suamiku ingin bertemu denganmu. Kau bisa masuk ke ruang kerjanya," Kepalanya menoleh ke kanan dan mendapati Alaina sudah kembali dari dalam ruangan itu. Christian berdiri dan ia pun mengangguk sopan sebelum pergi menemui Stefan. Diketuknya sebentar pintu ruangan pria itu sebelum menekan tuas pintunya ke bawah. Ia melangkah masuk dan dilihatnya Stefan tengah duduk di sofa berukuran sedang sembari membaca beberapa berkas mengenai pekerjaannya. "Selamat pagi Paman Stefan. Apa kau ingat denganku?" Mata coklat itu melirik ke depan pintu sebelum ia mengangguk kaku,"Tentu saja, Christian. Aku ingat dengan nama keluargamu." Christian melangkah semakin dekat lalu ia duduk di seberang Stefan. Pria itu tampaknya masih cukup sibuk membaca berkas miliknya tanpa bertanya lebih lanjut mengenai kedatangan Christian. "Paman, apa kau sudah mendengar kalau ayahku mati dibunuh beberapa tahun lalu?" Tanyanya spontan. Stefan meliriknya sekilas lalu mengangguk. Pria itu menyimpan semua berkasnya sebelum matanya memandang serius ke arah Christian. "Beritanya menyebar. Aku mendapatkan informasi dari informan ku, Milano. Aku turut berduka untuk ayahmu, Christian. Dia merupakan teman yang baik." Christian menyetujui perkataan Stefan. Ayahnya memang orang baik dan kebaikannya itu membuat ia dimanfaatkan oleh orang tidak tahu diri. "Paman tahu tujuan ku datang kemari, bukan? Paman pernah berada di dunia hitam, aku rasa Paman sudah mengerti maksudku." Stefan tidak lekas menjawab, dia memerhatikan raut wajah Christian yang seperti meminta bantuan darinya. Christian tipe pria tanpa ekspresi, tapi Stefan bisa membaca keinginan Christian lewat tatapan pria itu. "Aku paham. Tapi aku tidak punya petunjuk soal kematian ayahmu, Christian. Aku tidak ingin terlibat apalagi mengetahui kalau kau memiliki ikatan darah dengan Klan Red Tiger. Aku tidak mau membuat masalah dengan ikut campur," Ucapnya. Christian tersenyum pahit,"Aku pun tidak ingin terlibat dengan Klan sialan itu, Paman. Hanya karena ibuku adalah putri dari mendiang Tetua Klan, bukan berarti aku merasa bangga menjadi penerusnya. Aku tidak pernah ingin terlibat, tapi aku ingin mencari keadilan. Keadilan untuk ayahku yang mati sia-sia hanya karena seseorang yang ingin berkuasa. Hanya itu," Kalimat itu sedikit menegaskan kalau Christian memang membutuhkan pertolongan. "Terakhir kali aku mendengar kalau ibumu menikah dengan pria asing tak lama setelah ayahmu meninggal, bukan? Siapa pria itu?" "Entahlah. Aku tidak pernah ingin mendengar namanya. Aku belum pernah bertemu dengan ibuku sejak pernikahan itu terjadi dan tak akan pernah," Jawabnya. "Apa yang kau butuhkan, Christian?" "Bisakah Paman memberikan ku semua daftar nama yang mungkin berkaitan dengan kematian ayah? Aku tahu kalau sebelum ayah mati, Paman adalah satu-satunya orang yang sering ia hubungi. Katakan rahasia yang ayahku simpan, Paman Stefan," Pintanya. ... Queenie turun dari tangga ketika ia merasa perutnya lapar. Dia sudah mandi dan berpakaian, setelah ini Queenie hendak pergi bersama Mia karena sahabatnya itu mengatakan kalau ada toko pakaian baru di mall. Sesampainya ia di dapur, dilihatnya sang Mama yang sedang menyiapkan dua gelas minuman di atas nampan. "Ma, untuk siapa?" "Ah, kebetulan sekali kau di sini, sayang. Tolong bawakan nampan ini ke ruang kerja Papa, ya? Dia sedang kedatangan tamu. Mama mau menyelesaikan masakan dulu," Pinta Alaina. Queenie mengangguk pelan lalu ia membawa nampan itu menuju ruang kerja Papanya. Gadis itu membuka pintu ruang kerja sang Papa lalu melangkah masuk. Di langkah ketiga, Queenie terhenti. Matanya seakan tidak percaya begitu ia melihat seorang pria yang sangat dikenalnya telah berada di sana. Pria itu pun menatapnya aneh, tapi Queenie tidak bisa menebak maksud tatapan pria tersebut. Ia memegang erat nampan di tangannya lalu kembali melanjutkan langkah. Detak jantungnya kian mengencang saat ia tiba di hadapan pria itu. Queenie meletakkan nampan lalu ia menyodorkan minuman tersebut ke arah Christian dan Papanya. "Terima kasih, Queenie." Suara sang Papa membuat gadis itu tersentak. Dia mengangguk pelan lalu berniat untuk pergi kalau saja suara Christian tidak menginterupsi langkahnya. "Selamat pagi, Nona Anderson. Suatu kebetulan aku melihatmu di sini." Punggungnya terasa dingin, ia kembali menoleh ke arah Christian lalu tersenyum kaku. "Kau mengenal putriku?" Tanya Stefan. "Tentu saja, Paman Stefan. Aku adalah Profesor di kampusnya. Putri Anda merupakan gadis yang rajin," Jawabnya. Queenie ingin segera pergi dari sini karena ia merasa malu. Rajin apanya? Bahkan tugas kuliah saja dia selalu lupa. Christian benar-benar membuat dia malu di depan Papanya. "Duduk di sini sebentar, nak." Queenie menuruti perintah Papanya. Dia duduk canggung di samping Stefan sambil terus menundukkan kepalanya. Dia takut kalau Christian akan membocorkan rahasia beberapa Minggu yang lalu tentang dirinya yang hampir saja diperkosa oleh Adam. "Apa putriku merepotkan mu, Christian?" "Papa... Jangan tanya seperti itu!" Bisiknya kepada Stefan. Queenie merasa amat malu dan tidak nyaman. Stefan sangat tidak peka pada sikapnya. "Tentu saja tidak, Paman Stefan. Queenie gadis yang baik," Dadanya kembali berdesir hebat ketika bibir Christian kembali menyebut nama depannya. Terhitung sudah dua kali Christian menyebutnya dengan nama depan dan Queenie selalu merasa malu bukan main. "Tolong, jaga putriku selama di kampus, Christian." Seperti mendapatkan jackpot, Christian mengangguk senang. Bahkan lebih dari itu, ia akan melindungi Queenie di dalam dekapannya. Queenie adalah gadis penggoda dan dia akan menggunakan itu untuk mendapatkan Queenie. "Pa, aku pergi dulu. Mia pasti sudah menunggu ku." Queenie dengan cepat berdiri lalu dia berlari cepat ke arah pintu sebelum akhirnya ia keluar dari ruang kerja Papanya. Queenie memegang dadanya yang berdetak kencang. Ia bertanya-tanya kenapa Christian bisa bertamu di rumahnya dan sedang apa dia? Gadis itu akhirnya memutuskan untuk pergi dan melupakan sarapannya karena merasa gelisah berada di satu tempat bersama Christian. TBC : Hai Ketemu lagi kita hehe
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD