Pria itu dengan segera memberi barang belanjaan kepada kasir lalu membayarnya.
"Kau jalan kaki?"
"Uhm, iya Profesor."
"Biar aku antar, ini sudah malam. Meski jaraknya dekat, masih tetap berbahaya," Terangnya. Queenie sedikit merasa kagum dengan sifat protektif yang dimiliki profesornya ini. Dia semakin semangat untuk mengejar cinta jika Christian terus memberinya peluang.
"Terima kasih, Profesor Douglas."
Ia pun mengikuti Christian menuju mobilnya yang terparkir di parkiran. Gadis itu masuk lalu mendudukkan dirinya di kursi penumpang. Queenie duduk tegang di tempatnya seperti sedang mengikuti ujian di kampus. Jantungnya semakin berdetak tidak karuan ketika Christian masuk lalu mulai menjalankan mobilnya menuju rumah Queenie.
Queenie sesekali menegukkan ludahnya saat ia melihat urat di punggung tangan Christian yang menonjol. Dia tidak tahu bagaimana para pria mendapatkan otot di tangan mereka, tapi Queenie yakin kalau Christian adalah pekerja keras.
Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai ke depan rumah. Gadis itu melipat bibirnya sebelum tersenyum malu ke arah Christian,"Terima kasih atas tumpangannya, Profesor. Aku masuk ke dalam dulu," Pamitnya.
Christian mengangguk lalu ia membiarkan Queenie membuka pintu mobil. Gadis itu sempat tersenyum kecil lalu ia berbalik ke pekarangan rumahnya dengan gaya berjalan yang canggung.
Pria itu menatap tajam tubuh belakang Queenie. Ia menggenggam erat kemudi mobil karena merasa tergoda dengan b****g gadis itu padahal Queenie hanya mengenakan piyama dengan motif kartun, tapi entah kenapa fantasinya semakin bergerak liar menuju sesuatu yang terlarang.
Pria itu mengendurkan kerah kemejanya yang terasa mencekik sebelum akhirnya dia melanjutkan perjalanan menuju sebuah restoran di mana ia hendak bertemu dengan orang penting.
Queenie mengunci pintu rumah dengan cepat. Ia menormalkan kembali detak jantungnya karena tadi dirinya baru saja diantar pulang oleh Profesor Douglas!
"Loh, Queen? Kau dari mana?"
Ia tersenyum lebar saat melihat Mamanya yang datang dari arah dapur. Gadis itu hanya menggeleng pelan sambil menunjukkan barang apa yang dia beli barusan.
"Kau pergi dengan piyama seperti ini? Ya ampun, Queenie sayang. Setidaknya gunakan mantel mu, di luar suhunya sedang dingin!"
"Mama selalu khawatir. Aku baik-baik saja," Ia tertawa kecil.
"Sudah, sana masuk kamar dan istirahat. Kau tadi bilang ada tugas, kan?" Titah Alaina. Queenie mengangguk kecil lalu ia pun melangkah ke atas. Namun, sebelum itu, Queenie kembali menoleh ke arah sang Mama.
"Kak Elliot kapan pulang?"
Alaina hanya murung lalu menggeleng,"Dia masih sibuk sepertinya. Kau tahu sendiri bagaimana sifat kakakmu yang satu itu."
Queenie pun ikut merasa sedih. Sudah dua Minggu lebih kakaknya belum pulang ke rumah. Elliot seperti menarik diri dari mereka dan itu membuatnya khawatir. Namun, kakaknya selalu menelepon setiap pagi dan sore jadi mereka tidak perlu cemas dengan keadaannya di Italia sana.
Gadis itu pun kembali melangkah ke lantai atas lalu menyimpan barang yang tadi dibelinya ke atas meja. Ia duduk di kursi belajar lalu kembali melanjutkan kegiatannya membaca buku yang diberikan oleh Christian.
Tiba-tiba terlintas di dalam kepalanya tentang keadaan Crystal. Bagaimana keadaan anak kecil itu sekarang? Apakah dia baik-baik saja?
"Hei! Kenapa melamun?" Ia tersentak saat melihat Elea mengagetkannya dari belakang. Gadis itu berdecak pelan sebelum mengerucutkan bibirnya di depan Eleanor.
"Hanya kepikiran soal seseorang," Jawab Queenie. Ia berbalik ke arah Elea yang sedang memposisikan dirinya di atas ranjang Queenie, malam ini dia menuruti permintaan Queenie untuk tidur bersama. Gadis itu ingin curhat tentang sesuatu kepada Eleanor dan meminta pendapatnya.
"Tadi aku bertemu Profesor di minimarket. Kau tahu apa yang terjadi?"
"Apa? Dia membayar belanjaan mu lalu mengantar mu pulang?" Tebaknya. Queenie melebarkan matanya lalu mengangguk mantap.
"Benar sekali! Dia melakukannya!"
Elea tersenyum kecil,"Sepertinya kau punya kesempatan, Queen."
"Benarkah? Menurutmu Profesor menyukai ku?"
"Ehm, entahlah. Aku tidak pernah bertemu dengannya, tapi bisa jadi iya."
Queenie menutup bukunya lalu ia berlari kecil ke atas ranjang. Gadis itu berbaring di samping kiri Elea lalu menaikkan selimutnya.
"Profesor Douglas tidak punya ekspresi. Dia... Terlihat tidak tersentuh dan aku tidak pernah mengerti dengan jalan pikirannya. Seperti tadi siang, tiba-tiba dia memanggil nama depanku dan suaranya serak seperti pria bangun tidur. Menurutmu apakah itu pertanda dia suka padaku?"
Eleanor perlahan mencerna setiap kata. Queenie sangat berharap sekali kalau perasaannya berbalas, tapi entahlah. Dia pun tidak mengerti jalan pikiran para pria. Ada kemungkinan Christian memang menyukainya, tapi itu terasa mustahil karena Christian merupakan Profesor yang mengajar di kampus di mana Queenie mengemban ilmu.
"Aku tidak bisa bilang, Queenie. Semua orang bisa berubah-ubah tergantung dengan situasi. Mungkin tadi siang dia hanya ingin mencoba akrab dengan muridnya sendiri agar tak merasa canggung?" Jawabnya.
Queenie mendesah kecewa lalu ikut mendukung pernyataan itu. Benar juga, bisa jadi Christian hanya ingin akrab dengan murid-muridnya agar tidak timbul rasa takut dan canggung apabila bertemu.
"Sial, sepertinya aku terlalu banyak halusinasi."
"Tidak apa-apa, Queen. Kau bisa mencoba pelan-pelan," Tukasnya.
Mereka berdua pun memutuskan untuk tidur tanpa memedulikan rasa sialan yang hinggap di hati Queenie.
Sedangkan di tempat lain, Christian tampak mendengar dengan detil ucapan informan keluarganya yang sedang menyampaikan informasi padanya.
"Jadi menurutmu ini ada kaitannya dengan perebutan kekuasaan. Pria sialan itu ingin mengambil semua harta ibuku lalu menghancurkan Red Tiger?"
"Begitulah, Tuan Douglas. Saya menyimpulkannya seperti itu."
"Ck! Alasan klise, tapi masuk akal juga. Namun, dengan siapa dia bekerja sama untuk membunuh ayahku? Maksudku, dia pasti punya koneksi di dunia gelap maka dari itu dia mampu melakukan hal kotor tersebut lalu merayu ibuku."
"Saya mencurigai seseorang, Tuan Douglas. Paman Anda sendiri, Francis Douglas. Karena dari pandangan saya, Tuan Francis memang terlibat pertikaian dengan mendiang ayah Anda. Anda sendiri tahu kalau keduanya tidak pernah akur," Jawab informan tersebut. Christian ikut berpikir keras. Hal itu ada benarnya juga, Francis selalu menentang keputusan Mark karena tidak pernah mau menerima posisi sebagai penerus Red Tiger. Ayahnya selalu menolak dan Christian tahu kalau ayahnya sangat bersih dari dunia hitam.
"Aku rasa aku tahu seseorang yang bisa membantuku untuk menyelesaikan kasus ini."
"Siapa? Apa Anda hendak menghubungi relasi Tuan Mark Douglas?" Tanyanya dan Christian menggeleng.
"Aku akan bertanya dengan teman lama ayahku, Paman Stefan Roswell atau yang kini dikenal dengan Stefan Anderson. Dia punya semua catatan hitam tentang apa yang terjadi di dunia kita dan aku ingin meminta bantuannya."
"Apakah tindakan Anda tidak dicurigai, Tuan? Saat ini ayah tiri Anda pun hendak melakukan pengawasan terhadap Anda," Sergahnya.
Christian kembali menggeleng,"Aku hanya ingin keadilan, John. Aku sudah muak melihat ibuku diperdaya oleh pria sialan itu."
"Lalu kapan Anda akan bergerak?"
Pria itu menyesap kopi di cangkir bening miliknya,"Besok aku akan mencoba bertemu dengan Paman Stefan dulu. Aku akan berbicara serius dengannya. Nanti akan aku kabari kau lagi setelah aku mendapatkan hasil."
John mengangguk mantap. Pria itu lantas pamit pergi karena tidak ingin ada yang mengetahui kalau mereka bertemu.
Christian memainkan sendok di dalam cangkir, otaknya tidak berhenti memikirkan Queenie dan Queenie terus. Entah bagaimana dia akan bersikap besok saat bertemu dengan teman lama ayahnya, tapi satu hal yang pasti, Queenie akan berada dekat dengannya sepanjang waktu. Stefan mungkin akan memercayakan putrinya kepada Christian dan ia bisa memanfaatkan itu untuk melakukan sebuah pekerjaan kotor bersama Queenie.
Christian tidak tahan, wajah lugu gadis itu membuat gairahnya semakin membara dan ia perlu melampiaskan segalanya. Queenie akan terbiasa dan dia akan membuat gadis itu terbiasa dengan permainan yang ia berikan.
TBC