CHAPTER 27

1206 Words
Christian menepati janjinya untuk mengajak Queenie kencan. Pria itu datang ke rumah Queenie dan menunggu di depan pagar karena Queenie tidak ingin menimbulkan banyak kecurigaan. Gadis itu tampak cantik dengan baju off shoulder berwarna pink dan rok pendek yang tidak ketat. Gadis itu menggerai rambut panjangnya dan diberi jepitan di samping telinga. Christian meneguk ludahnya begitu melihat penampilan Queenie yang sangat santai dan modis. Gadis ini menggodanya secara tidak sengaja. "Apa kau lama menunggu ku?" Tanya Queenie. Christian menggeleng lalu dia melajukan mobilnya menuju lokasi yang sudah dia tandai di kepalanya sejak semalam. "Kita akan ke mana?" Tanya Queenie dengan antusias. Bagaimana dirinya tidak semangat? Ini merupakan kencan pertamanya seumur hidup, dia tidak mau hari ini menjadi kacau. "Aku ingin membawamu ke taman yang dipenuhi bunga-bunga. Aku dengar hari ini ada kumpulan bunga yang baru bermekaran." "Benarkah? Aku tidak sabar untuk ke sana!" Jantung Queenie berdebar semakin kencang karena ternyata Christian memilih tempat yang romantis untuk menjadi lokasi kencan pertama mereka. Queenie bisa tambah jatuh cinta jika begini terus. Mobil mereka akhirnya sampai di sebuah taman yang luas dan seperti ucapan Christian, ada begitu banyak bunga yang bermekaran di tempat ini. Selain mereka berdua, ada pasangan lainnya yang juga ikut menikmati suasana taman bunga ini. "Wah! Tempat ini sangat indah!" Queenie berlarian di tengah bunga-bunga itu dan dia menghirup aroma bunga yang sangat harum. Christian berdiri di samping mobil, dia memasukkan kedua tangannya di saku celana sambil menatap betapa riangnya Queenie di depan sana. Gadis itu sangat ceria seperti tanpa beban. Queenie sering tersenyum dan senyumannya begitu tulus. Bagaimana jika gadis itu tahu kalau Christian memilki segudang masalah yang mungkin bisa saja membuat dirinya dalam bahaya? Queenie pasti akan sangat membencinya jika tahu rahasia yang disimpan Christian selama ini. "Christian! Kau tidak ingin bergabung denganku?" Suara Queenie yang cukup kuat membuat pikiran Christian kembali padanya. Pria itu tersenyum kecil lalu melangkahkan kaki mendekati Queenie. Gadis itu tersenyum lebar lalu tanpa ragu dia melingkari leher Christian. Tubuh pria itu jauh lebih tinggi darinya, Queenie mesti berjinjit untuk bisa menyamai. "Terima kasih karena telah membawaku kemari, Christian. Kau pria yang romantis." Christian memeluk pinggang Queenie lalu mencium bibirnya lembut. Gadis ini merupakan manusia yang berhati lembut. Christian tidak sampai hati untuk menyakitinya. "Kita bisa menghabiskan waktu di sini kalau kau mau," Bisik pria itu tepat di telinga Queenie. "Benarkah?" "Tentu saja, sayang. Aku akan menemani mu di sini kalau kau mau." "Kau pria baik. Aku yakin kalau ada banyak sekali perempuan yang ingin berdekatan denganmu. Terima kasih karena mau memberiku kesempatan, Christian." Mata biru Queenie begitu memesona. Christian tidak pernah melihat binar seindah itu seumur hidupnya. Dia berani bersumpah kalau Queenie memang seperti jelmaan Dewi Yunani. Gadis itu begitu suci dan mengagumkan. Jika mengingat apa yang dia lakukan beberapa waktu lalu, Christian merasa sangat bersalah. Dia seperti menuang noda di secarik kertas putih. "Kau tidak akan pernah menyesal saat bersamaku, Little girl. Dan jangan pernah berpikir untuk pergi dariku karena jika kau melakukannya, aku akan tetap mengejar mu dan menjadikan mu milikku selamanya." Queenie menatapnya tanpa bosan. Ucapan itu sangatlah menyentuh relung hatinya dan Queenie merasa sangat percaya kepada Christian. Dia sudah menaruh kesetiaannya di depan pria ini dan Queenie harap, perasaannya berbalas. Jika Christian terbukti mencintainya, maka Queenie akan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Christian. "Ngomong-ngomong, sepertinya Papaku menyukai mu, Daddy. Pagi ini dia membuat lelucon kalau dia mau menjodohkan mu denganku." "Oh, ya? Lalu kau mau menikah denganku begitu saja tanpa mengetahui latar belakang ku sama sekali?" Tanya Christian. "Aku percaya kalau kau itu orang baik," Queenie mencium pipi Christian lalu dia kembali berlari ke hamparan bunga-bunga cantik yang mengelilingi dirinya. Christian terpaku di tempat. Dia tidak mengerti kenapa Queenie selalu menyikapi setiap hal dengan positif tanpa memedulikan sisi negatifnya. Gadis ini punya cara tersendiri untuk membuat Christian semakin penasaran, tapi... Apakah Christian sanggup untuk belajar mencintai? Christian sudah sering mengalami pengkhianatan dalam hidupnya. Salah satu yang paling menyakitkan adalah ketika ibunya lebih memilih untuk menikahi Albert Lopez yang telah membunuh ayah kandungnya. Christian cukup membenci Martha karena hal itu, tapi dia tetap menyayangi Martha sebagai ibunya. Karena itulah Christian tidak pernah lagi percaya cinta. Untuk apa mencintai kalau semuanya hanya semu? Bahkan ibunya sendiri tidak memihak padanya. Apa yang patut dia perjuangkan kalau begitu? Lalu apa Queenie seperti itu? Christian tidak tahu. Queenie hanya gadis muda yang sedang jatuh cinta. Perasaan itu bisa saja hilang dalam sekejap apalagi dia tahu kalau Queenie tidak pernah terlibat kontak dengan lelaki manapun. Namun, dia mesti melihat betapa berpengaruhnya Queenie terhadap Crystal. Christian harus bisa mempertahankan gadis itu apapun caranya. ... Queenie dan Christian saat ini sedang duduk di bawah pohon rindang. Mereka berdua tampak menikmati es krim yang sebelumnya Christian beli. Jika bukan karena permintaan Queenie, Christian tidak akan mau memakan manisan itu. "Tahu tidak? Dulu aku dan Papa sering makan es krim di bawah pohon. Sepulang sekolah aku biasa mengajak Papa dan Kak Ethan untuk makan es krim." "Oh, ya? Sepertinya kau memang manja sejak kecil." Queenie tertawa ringan, tapi dia tidak ingin menyangkal. Dia mengakui kalau dia gadis manja. Queenie tidak mau ditinggal sendirian dan semua keinginannya mesti dituruti. Dulu dia merupakan gadis kecil cengeng dan cerewet, tapi untungnya dia mendapatkan cinta dari semua orang. "Aku mau menjadi mandiri, Christian. Aku tidak mau merepotkan orang lain. Itulah kenapa tadi pagi aku membantu Mama memasak meski hanya membantu mengiris bawang saja," Ucap Queenie. Walau begitu, dia sangat bangga dengan usahanya. Paling tidak kini dia tahu teknik dasar memasak. "Apa yang membuatmu tiba-tiba ingin mandiri, Queen?" Queenie menerawang sejenak sebelum irisnya menatap Christian,"Aku mau jadi Mommy yang baik untuk Crystal, Daddy. Aku ingin melengkapi hidup Crystal." Christian kembali terdiam. Dia menatap Queenie agak lama untuk mencari suatu kebohongan di dalam mata gadis itu. Ah, apa dia lupa kalau Queenie nyaris terlihat jujur di setiap waktu? Dia gadis polos dan berhati malaikat, bagaimana mungkin Christian mengira kalau dia berbohong? "Kau... Memang berbeda dari dugaan ku, Queen." "Uhm... Maksudnya?" "Aku pikir kau begini hanya karena kau ingin menggodaku, tapi sepertinya ada hal lain yang membuatmu ingin bertahan denganku," Jawabnya. "Aku memang bukan gadis pintar dan selevel denganmu, Profesor Douglas. Tapi mungkin hanya aku satu-satunya gadis yang disukai Crystal." Christian tertawa kecil mendengar kalimat terakhir yang dia ucapkan. Queenie memang sangat percaya diri, tapi dia menyukai sifat itu. Jika biasanya para wanita akan menjaga sikap mereka di depan Christian, maka Queenie tidak. Gadis ini bersikap semaunya sendiri dan apa adanya. Dia tidak menutupi apapun di hadapan siapa pun. Christian bergeser mendekati Queenie lalu dia dengan cepat mencium bibir gadis itu sampai rasa es krim mereka bercampur. Queenie tentu saja terkejut dengan ciuman tiba-tiba itu. Dia tidak tahu kenapa Christian malah menciumnya. Keduanya pun larut di dalam ciuman. Queenie membuang es krim di tangannya lalu ia berpindah ke atas pangkuan Christian untuk mencari posisi terbaik. Tanpa mereka sadari, ada kamera yang memotret mereka berdua dari kejauhan. Mungkin Christian tidak tahu, sedari tadi mereka memang diikuti oleh sebuah mobil hitam. Pria yang baru saja memotret mereka beberapa kali itu lantas pergi dengan cepat. Dia kembali ke dalam mobilnya dan mengendarai mobil sejauh yang ia bisa untuk dapat kembali ke tempat persembunyian. Mobil itu berhenti di sebuah rumah tua yang tidak lagi terpakai. Pria dengan mantel hitam itu membawa kameranya lalu masuk ke dalam rumah tua itu untuk segera mengirim foto ke seseorang yang menjadi bos nya itu. Dia membuka laptop kemudian memindahkan foto-foto barusan ke sebuah file khusus sebelum mengirimnya ke email rahasia milik bos nya. TBC A/N : Hai lagi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD