Pagi itu ruang rapat tertinggi Martenez Group terasa lebih dingin daripada biasanya. Kaca-kaca hitam memantulkan bayangan para direktur yang duduk dengan wajah tegang. Di ujung meja, Ferdi duduk tenang seperti seorang hakim—dingin, fokus, tak tergoyahkan. Di sampingnya, Andini, dengan perut yang mulai terlihat membuncit, tampak memegang beberapa dokumen tebal. Ia tidak bicara banyak; namun kehadirannya cukup untuk menekan atmosfer ruangan. Herdi masuk paling akhir, membawa map biru bertuliskan CONFIDENTIAL. Para direktur langsung terdiam. “Baik,” suara Ferdi datar namun mematikan. “Kita mulai.” Andini membuka presentasinya, layar besar menampilkan grafik penurunan dan kenaikan saham. Namun yang paling menonjol adalah tabel transaksi saham minoritas yang—dengan elegan—sudah berada dalam
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books


