Bab 59 Undangan perang

1164 Words

Surya tidak pernah menelepon tanpa maksud tersembunyi. Itulah yang membuat Ferdi lebih dulu menatap layar ponselnya selama tiga detik, sebelum akhirnya menggeser tombol hijau. “Ferdi,” suara itu terdengar ringan. Terlalu ringan untuk pria yang pernah mencoba meracuninya melalui tangan menantunya sendiri. “Surya.” Nada Ferdi datar. Tidak dingin. Tidak ramah. Netral—seperti meja perundingan sebelum pistol ditaruh di atasnya. “Aku dengar Roy pindah dari rumah. Sungguh disayangkan. Padahal keluarga itu harus tetap utuh, bukan?” Ferdi tak menjawab. Matanya melirik ke arah Andini yang berdiri gelisah, mencoba membaca raut wajahnya. “Aku ingin mengajakmu makan malam. Kau dan istrimu. Tidak ada politik, tidak ada saham. Hanya dua teman lama… menyelesaikan apa yang belum selesai.” Ferdi dia

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD