Andini berdiri di ambang pintu, bersandar ringan pada kusen, matanya mengikuti Roy yang sibuk mengawasi orang-orang mengangkut koper dan kardus dari rumah keluarga Martenez. Langkah tergesa di atas marmer, suara gesekan kardus, dentingan logam—semuanya terdengar seperti irama perpisahan yang terlalu tergesa dan dingin. "Aku kira kamu akan bertahan lebih lama." Suara Andini terdengar datar, tapi tajam. "Apa karena tidak tahan tinggal serumah dengan mantan kekasih yang sekarang jadi ibu tirimu... atau karena istrimu mulai merengek ingin keluar dari tempat ini?" Roy tak langsung menjawab. Ia hanya memberi isyarat pada petugas untuk berhati-hati dengan satu kotak tertentu, lalu baru berbalik menatap Andini. "Aku pergi. Bukankah itu yang kamu inginkan?" ucapnya pelan, tapi dingin. "Tidak

