Namanya Hasan. Hasan Putra. Amel akan mengingat nama lelaki yang Resti pilih sebagai kekasih. ‘Aneh,’ begitu komentar Amel kala pada suatu sore ia menemukan Hasan berdiri di depan gerbang rumahnya. Saat itu Amel baru saja pulang dari supermarket untuk membelikan Niel s**u. ‘Kenapa tidak masuk?!,’ Amel masih sangat ingat jawaban Hasan tentang pertanyaannya dan lelaki itu menjawab teramat sopan jika keberadaannya hanya untuk memastikan Resti sampai dengan selamat di rumah. Normalnya sebagai orang tua Amel akan merasa senang. Resti dijaga begitu baik, bahkan tanpa sepengetahuan gadis itu sang kekasih memastikan keselamatannya. Namun hal ini tidak berlaku bagi Amel. Jujur saja, alih-alih kagum Amel justru merasa.. Em apa ya?! Takut tanpa sebab. Ya, itu! Takut! Gestur dan tatapan seseor