Nadira masih harus belajar lebih keras lagi agar bisa menyelami karakter Kai yang sering berubah-ubah. Pagi hari, pria itu masih marah padanya dan melakukan aksi mogok bicara, tapi malam harinya pria itu tertawa lepas sambil sesekali mencubit gemas pipinya. Seakan tak terjadi apa-apa sebelumnya, hal itu sering terjadi dan membuat Nadira tak nyaman. Terkadang marah tanpa alasan yang jelas, tertawa pun karena hal kecil. Sederhana saja bahagianya. "Sudah puas tertawanya," cebik Nadira. "Kenapa memangnya." "Takut bibirmu kering. Aku perhatikan sejak tadi kau terus saja tertawa." "Biarkan saja, kan ada penawarnya," balas Kai sambil mengedipkan sebelah matanya. "Ah, benarkah? Penawar seperti apa yang kau maksud?" "Aku tidak yakin kalau kau tidak tahu." Kai baru saja selesai memarkirkan m