Bab 13. pembunuhan berencana

1106 Words
“Terimakasih untuk bantuannya,” Davina segera melepaskan pegangan tangan Alfa, namun lelaki itu tidak mau melepaskannya, ia terus menggenggam tangan Davina walaupun wanita itu berusaha untuk melepaskan. “Aku rasa adikmu butuh penjelasan, walaupun dia tidak akan paham dengan apa yang kamu ucapkan nanti,” “Itu urusan keluarga kami, terimakasih untuk perhatiannya, tapi..” “Kamu harus membangun batasan yang jelas, jika tidak salah paham seperti ini akan terus berlanjut.” “Salah paham? Aku rasa dokter Alfa salah paham disini.” Davina menghela. “Baiklah, aku akan sedikit menjelaskan walaupun aku tidak berkewajiban untuk mengatakan hal seperti ini pada orang luar seperti dokter.” Davina berhasil melepaskan tangannya, menatap tajam ke arah Alfa. “Noah dan Laura akan menikah, peranku disini hanya sebagai kakak, lantas bagian salah pahamnya dimana?” “Yakin mereka akan menikah?” “Tentu! Kedua belah pihak keluarga setuju,” “Apakah kedua calon pengantin juga setuju?” “Tentu,,,” Davina menoleh ke arah Alfa. “Maksudnya?” “Aku tahu, kamu sudah menyadarinya hanya saja kamu berusaha untuk menyangkal..tidak apa-apa, aku akan membantumu meyakinkan lelaki itu dan juga adikmu agar tidak terjadi salah paham.” “Tapi,,” “Makanannya aku ambil,” Alfa mengangkat paper bag pemberian Noah. “Sebagai bentuk ucapan terimakasih karena sudah menolongmu hari ini.” Davina belum sempat menahan kepergian Dokter itu, sebab ia sudah terlebih dulu melangkah pergi dan hilang dibalik pintu ruang kerjanya. Ia menghela lemah, merasa situasinya mulai sulit dikendalikan apalagi Noah kerap terang-terangan datang dan menunjukkan perhatian. Apa yang dilakukan Noah memang sangat berpotensi memicu salah paham, dimana perjodohan itu dikhususkan untuk Laura buka dirinya, tapi Noah seolah mengabaikan itu dan terus mendekatinya Sadarkah apa yang dilakukannya akan semakin membuat Oma membenci Davina? Ia harus segera meluruskan, memperjelas hubungan agar tidak kembali terseret dalam kubangan salah paham yang tidak kunjung berakhir. Sementara itu, pengakuan Laura di rumah sakit jelas menuai berbagai tanggapan dari banyak pihak. Banyak yang menyayangkan hubungan yang diumumkan Laura di tempat yang tidak seharusnya, merasa Noah terlalu biasa untuk sosok wanita cantik seperti Laura. “Satu jam pengumuman, lihat hasilnya,” Samsul menunjukkan ponselnya, dimana ia tengah membaca berita online yang hari ini menjadi trending topik terpanas se Indonesia. “Wajah Bos ganteng disini, untung ambil gambarnya pas, kelihatan gagah dan tampan,” puji Samsul. “Akhirnya kalian meresmikan hubungan badan dalam waktu singkat seluruh negeri tau, kekasih Bos Noah adalah artis tercantik Laura.” Mendengar pujian sari dua anak buahnya tidak lantas membuat Noah senang, ia justru merasa kesal karena ucapan Laura tadi benar-benar membuat kegaduhan. Noah memiliki akun media sosial, hanya saja akun tersebut tidak pernah digunakan untuk kepentingan apapun, ia hanya iseng saat membuatnya namun berkat kegigihan netizen, mereka berhasil menemukan akun media sosial Noah, dan langsung dibanjiri komentar. Ribuan komentar muncul dengan berbagai reaksi yang beragam, entah bentuk pujian atau hujatan. “Banyak banget yang menghujat, memangnya Bos kelihatan jelek dan nggak pantas apa?!” kesal Samsul, saat membaca banyak komentar negatif tentang Noah. “Busett, mereka sampai tahu apa saja yang dilakukan kita,,,” Beberapa media bahkan sudah berhasil memunculkan gambar Noah dan geng motornya, padahal ia selalu berkeliaran di waktu orang-orang sudah beristirahat tapi rupanya media dan netizen begitu mengerikan, mereka memiliki kekuatan mencari tahu sampai sejauh itu. “Kehidupan Bos nggak akan lagi sama, setiap pergerakan akan di pantau netizen dan mungkin detik berikutnya akan muncul di berbagai macam akun media sosial.” ucap Andi. “Sedikit merepotkan.” lanjutnya. Sejujurnya Noah tidak mau terlalu ambil pusing, hanya saja pemberitaan tentang dirinya sudah sampai tahan mengorek masalah pribadi. “Musuh akan semakin leluasa melakukan pergerakan, saat Bos Noah menjadi sumber perhatian seperti ini.” Noah menatap tajam ponselnya, “Apapun yang terjadi, kita tetap akan melawan mereka. Tidak peduli apakah aku mulai dikenal banyak orang atau tidak, mereka harus di berbatas.” ucapnya, langsung mematikan ponsel dan melemparnya ke sembarang arah. “Nanti malam, ketemu di markas.” “Siap, Bos!!” Sekilas terlihat seperti seorang berandalan yang tidak menikmati hidupnya. Memilih berkeliaran bebas tanpa tujuan di jalanan, padahal Noah memiliki segalanya yang diimpikan orang lain. Hanya saja, Noah ingin membalas sakit hatinya atas kematian sang ayah yang terkesan misterius. Tidak hanya yang diketahui apa penyebab kematian sang ayah, hanya satu hal yang berhasil diketahui yakni ayahnya kecelakaan setelah geng motor tiba-tiba menyerangnya hingga mobil yang kendarai tidak terkendali dan akhirnya masuk kedalam jurang. Geng motor itu dipimpin oleh seorang lelaki paruh baya bernama Doni, lelaki tua itu menyimpan rahasia besar, namun sampai detik ini belum terungkap dan sangat sulit untuk diselidiki. Doni adalah kunci dari kematian ayahnya, dan Noah harus mencari tahu siapa dalang di balik semua ini yang diyakini bukan hanya Doni seorang. “Noah,” Panggil kakek saat melihat Noah pulang ke rumah. “Bagaimana suasana kantor? Menyenangkan?” Rupanya hari ini adalah pertama kalinya Noah menginjakkan kedua kakinya di kantor Rahadi, sebuah kemajuan yang patut di apresiasi walaupun Johan tahu, cucu kesayangannya itu tidak melakukan apa-apa di kantor selain duduk di ruangan yang sudah disiapkan olehnya. “Bosen,” jawab Noah. “Sesekali ajak pacarmu ke kantor, jangan bertemu di rumah sakit dan menimbulkan kegaduhan. Banyak yang berpikir Laura hamil, walaupun Kakek tidak akan mempermasalahkan itu. Hamil atau tidak, Kakek tidak akan marah.” “Apa?! Hamil? Yang benar saja!” Johan tersenyum. “Kalian sudah sama-sama dewasa, hamil di luar nikah bukan hal tabu lagi,” Johan terkekeh. “Aku tidak melakukannya! Siapa yang menghamili wanita itu,” kesalnya. “Ya sudah. Yang terpenting hubungan kalian sudah mengalami kemajuan.” Senyum lelaki tua itu jelas menyiratkan banyak arti dan Noah benar-benar tidak suka. “Jangan berpikir aku akan menghamilinya, tidak akan!” tegasnya, sebelum akhirnya Noah pergi menuju ruang belakang kediaman utama keluarga Rahadi. Dibalik istana megah yang ditempati keluarga besar Rahadi, ada sebuah rumah yang letaknya dibelakang rumah utama. Seorang wanita menempati rumah itu dengan kursi roda yang menjadi alatnya beraktifitas. Dia adakah Yusi, ibu kandung Noah. “Ibu,” panggilnya, dengan suara lembut. Senyum lembut menghiasi wajahnya, walaupun tidak bisa bicara dan tidak bisa berjalan, tapi ia selalu menunjuk ekspresi bahagia saat melihat Noah. “Bagaimana keadaan Ibu hari ini?” tanya Noah, menunduk dan berlutut di hadapan ibunya. “Baik, kan?” Wanita itu mengangguk, mengusap lembut wajah Noah. “Ibu, bagaimana kalau kita pindah saja, rumah ini tidak layak untuk kita tempati. Aku ingin tinggal berdua saja bersamamu,” Yusi menggeleng, menolak ajakan Noah. “Tapi, aku.” Yusi menggenggam erat tangan Noah. Mengucap sebuah kalimat yang tidak jelas namun Noah dapat memahaminya. “Usahaku tidak kunjung membuahkan hasil, Bu. Aku masih belum tahu siapa yang membunuh ayah.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD