melihat Kania menjadi korban tabrak lari, dengan secepat kilat Edward berlari menghampiri wanita yang dicintainya itu. "Kania," ucapnya lirih, suara tercekat dan raut wajah cemas tak bisa ia sembunyikan. Kania merasa kesakitan, kepalanya yang sempat terbentur mobil sebelum dia terjatuh, membuat keningnya cedera. Tiba-tiba, Kania memegangi perutnya. "Akh," rintihnya, kesakitan. "To-long, selamatkan a-anak kita," ucapnya lirih dan terbata. Cairan merah mendadak mengalir deras di bawah tubuh Kania, membasahi aspal dingin yang tak berperasaan. Jantung Edward berdegup semakin kencang, panik merayap naik seperti api yang menghanguskan setiap harapan. "Sekarang juga aku bawa kamu ke rumah sakit! Bertahanlah, Kania! Aku mohon!" seru Edward, suaranya nyaris pecah oleh kecemasan. Tanpa pikir pa