Di atas kertas itu tertera dengan jelas—sebuah surat pengunduran diri yang Kania tulis dengan penuh keberanian dan tekad yang bulat. Edward menatap tajam, matanya membara oleh kaget dan ketidaksetujuan yang menjerat d**a. Tanpa pikir panjang, tangannya mencengkeram kertas itu dan merobeknya berkeping-keping di depan Kania yang terpaku, mata wanita itu melebar penuh tanya dan luka. "Kenapa kamu merobeknya? Itu surat pengunduran diriku!" Suara Kania bergetar, napasnya tersendat oleh perasaan bingung dan terkekang. Edward menatap Kania lebih tajam, suaranya dingin dan tegas, "Siapa yang suruh kamu tiba-tiba mau mengundurkan diri? Kania, kamu di sini sudah terikat kontrak. Tidak bisa seenaknya begitu!" "Ya, memang aku terikat kontrak, tapi bukannya aku tidak berhak mau mengundurkan diri!" K