33

1500 Words

Bagas berlari terseok, tubuhnya terhuyung menembus lorong sempit gudang tua itu. Mencoba terus berlari meski dirinya sudah dalam keadaan d**a yang naik turun, napas terputus-putus, tapi matanya menyala dengan api penuh dendam. Keringat bercampur darah mengalir dari pelipisnya, namun setiap langkahnya membawa satu tekat, dirinya harus bisa keluar dari tahanan milik Raka. “Aku… tidak akan se-bodoh kau, Dam,” desisnya, tertawa lirih meski tenggorokannya serak. Bayangan Damian yang masih terkurung di dalam ruangan besi terbayang jelas. Teman lamanya, yang bisa dianggap sahabat jika saling menguntungkan, tapi nyatanya kebodohan Damian lah yang membawanya sampai ke sini. Karena mulut lancangnya yang bicara tanpa filter. Bagas sempat menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang mengikutinya.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD