Karena ini hari minggu Alex sengaja membawa Rutmini kerumahnya sekalian Alex punya ide untuk sedikit merubah penampilan Mini. Biarpun sebenarnya Alex juga tidak pandai berdandan tapi paling tidak dia bisa membuat Rutmini tidak seperti gadis kampung.
Sebenarnya Mini cantik dan pasti bisa bikin bang Evan gemas jika mau sedikit saja di dandani. Karena jujur Alex jadi ikut sedih bila melihat gadis sebaik Mini di cuekin terus oleh Bang Evan. Padahal menurut bik Supi, Rutmini juga tidak kalah cantik sama Bintang Sinetron yang sering dia tonton.
Tapi dasar Rutmini, biar pun sudah didandani tetap saja mainnya malah ke dapur lagi. Mini menemani bik Supi yang juga lagi ngeyel membuat tumpeng sendiri buat acara tujuh bulanan baby Sookie.
Mungkin karena dulu di rumah Mini sudah biasa membantu neneknya masak di dapur. Makanya kalau melihat orang kerja di dapur dia langsung merasa tidak enak kalau tidak membantu. Waktu di rumah Tuan Serkan dia juga seperti itu, paling rajin membantu mbak-mbak di sana untuk bersih-bersih rumah meskipun sudah di larang berulang kali. Maka jangan heran jika disuruh ngobrol sama bik Supi dia juga bisa cocok banget.
Bi Supi masih memperhatikan Rutmini yang kulitnya bersih mulus walaupun dari kampung dan bibirnya juga nampak merah alami.
"Mini apa kamu tidak pernah pakai bedak?" tanya bi Supi dan Rutmini cuma geleng.
"Pakai lipstik? " tambah bi Supi dan dia juga masih menggeleng.
"Kalau pensil alis?"
Apalagi pensil alis, Rutmini jadi tambah geleng-geleng makin kenceng.
"Bingung, Bi, susah makainya bagaimana?" Rutmini ketawa karena ingat dia pernah mencoba dan malah merasa aneh.
Bi Supi mulai curiga. "Kamu gak tahu make-up, ya?"
"Taulah, Bi, kalau make-up buat dandan, kan?bukan buat ngehias tumpeng."
Dan mereka kompak tertawa lagi pas bang Evan kebetulan juga baru datang.
"Eh' tu, bang Evan sudah datang buat jemputin kamu!" kata bi Supi sambil senyum sama adiknya bang Harris yang ganteng dan sudah berdiri di ambang pintu.
"Mama yang nyuruh jemputin kamu," kata bang Evan ketika menghampiri Mini.
"Aduh, padahal cuma dekat, aku bisa jalan kaki pulang sendiri, Bang."
Sepertinya Mini tidak sadar kalau seharusnya dia tidak usah bicara seperti itu.
"Nanti aja ya, Bang. Aku masih mau bantuin bi Supi. "
"Sudah, pulang saja, Bibi gak usah di bantuin, ini juga sudah mau selesai. "
Rasanya bi Supi yang jadi ikut gemas dan pingin banget dorong Rutmini yang gak ngerti-ngerti kalau bang Evan sudah mau bela-belain datang buat jemputin dia.
"Tapi aku mau ikut ke panti juga sama baby Sookie. "
"Ya sudah kalau gitu Evan pulang saja, Bi. " Bukannya melihat Rutmini, bang Evan malah cuma pamitan sama bi Supi dan buru-buru pergi.
Bi Supi yang jadi bengong seperti habis bermimpi karena melihat Rutmini malah udah balik lagi asik memotong wortel. Si Bibi cuma bisa geleng-geleng tidak bisa ngomong apa-apa. Rutmini benar-benar gak peka.
Hari ini adalah tuju bulanannya baby Sookie, Alex ingin memperkenalkan putrinya sedini mungkin dengan kegiatan sosial. Mereka akan mengadakan acara syukuran di sebuah panti asuhan. Makanya bi Supi ngotot mau membuat tumpeng sendiri untuk bayi kecil kesayangannya itu.
"Jadi benar, Mini, mau ikut kita ke panti?" tanya bi Supi setelah selesai menghias tumpengnya.
"Ya, Bi, aku senang lihat anak-anak panti. Dulu waktu masih kecil aku juga sering ikut dapat santunan dari donatur yang baik hati seperti keluarga bang Harris. "
Jujur bi Supi ikut terharu ketika menatap Rutmini.
"Jadi benar ibumu sudah meninggal sejak kamu masih kecil? "
"Ya, Bi, aku juga sudah tidak terlalu ingat. Aku sudah tinggal sama simbok sejak kecil. "
Walaupun dari kampung Rutmini tidak bodoh, dia cuma polos karena tidak pernah bergaul. Kalau tidak sekolah dia hanya akan membantu simboknya bekerja.
Ternyata Rutmini memang anak mantan kekasihnya tuan Serkan di kampung. Dulu orang tuanya tuan Serkan tidak merestui hubungan mereka karena keluarganya miskin. Waktu tuan Serkan kuliah di luar negeri kemudian dia bertemu dengan istrinya. Mahasiswa keturunan Turki dan German, karena itu putra-putra tuan Serka ganteng-ganteng semua seperti ibunya.
Sebenarnya dulu setiap pulang kampung tuan Serkan juga masih sering diam-diam memperhatikan keluarga mantan kekasihnya itu, meski hanya untuk sekedar bersimpati dengan keluarga mereka yang tetap sederhana. Mereka tinggal bersama di gubuk kecil, Ayahnya dulu bekerja bangunan, sementara ibunya cuma sering bantu-bantu di rumah orang untuk menggosok atau mencuci.
Saat terakhir pulang ke Indonesia tuan Serkan mendengar kalau mantan kekasihnya itu meninggal dan meninggalkan anak perempuan yang harus tinggal bersama nenek dan kakeknya. Rutmini sudah jadi yatim piatu karena bapaknya juga sudah meninggal lebih dulu saat Mini masih bayi. Sejak saat itu tuan Serkan selalu membantu keluarga mereka, bahkan ikut menyekolahkan Rutmini.
Karena itu dulu Evan sempat curiga kalau dirinya dan Rutmini mungkin sebenarnya bersaudara. Tapi tidak mungkin jika saudara lantas papanya menginginkan mereka menikah. Mungkin karena papanya saja yang belum bisa melupakan sang mantan kekasih meski sudah memiliki istri dan empat putra. Jujur Evan masih tidak suka jika harus memikirkan papanya yang ternyata masih mencintai wanita lain, karena itu jika nanti dirinya menikah dia hanya ingin menikah dengan wanita yang benar-benar dia cintai, bukannya malah disuruh menikahi Rutmini.
Bang Evan tidak pernah membenci Rutmini tapi tidak juga ingin menikahinya.