BAB 8 BRANDON**

1267 Words
Alex dan bang Harris baru saja turun dari kamarnya dan langsung menghampiri bi Supi yang masih sibuk di dapur dengan Rutmini. "Jadi Mini mau ikut sama kita?" tanya Alex yang tadi mendapat pesan dari Evan agar langsung mengantarkan Mini pulang ke rumah setelah acara mereka. "Ya, Mbak Alex, aku mau ikut, " jawab Mini dengan antusias dan senyum cemerlang. Alex bingung kemudian menoleh Bang Harris, "Bang kenapa seperti aneh dipanggil 'Mbak Alex'? atau panggil Mbak Chacha aja, " sambung Alex balik pada Rutmini yang langsung mengangguk setuju. Usia Mini baru sekitar delapan belas tahun jadi masih sangat muda banget dan baru lulus sekolah tahun ini. Makanya kemarin Evan sempat syok karena seperti di suruh menikahin anak di bawah umur. Apalagi Mini juga kelihatannya lebih imut dari usianya. Bahkan Alex kemarin juga sempat mikir, 'Kalau untuk Evan saja kemudaan apalagi untuk bang Haris?' Makanya mereka semua sempat protes pada tuan Serkan. Tapi waktu bang Harris menyarankan Rutmini untuk adik ke duanya Brandon, tuan Serkan langsung menolak dengan tegas. Karena dia tahu seperti apa sifat putranya yang paling bengal itu. Tidak seperti Evan yang lebih manis di depan orang tua. Brandon memang palin berbeda dengan ketiga saudaranya yang lain. Tapi biasanya memang seperti itu, dalam sebuah keluarga pasti akan ada salah satu yang suka menjadi biang masalah. Padahal sebenarnya Rutmini lebih cocok dengan usia Barandon yang mungkin hanya selisih beberapa tahun. Brandon masih kuliah di New york dan hanya sesekali pulang untuk membuat keluarganya kesal. ***** Hari itu Mini akhirnya benar-benar ikut Alex ke panti, meski Alex sudah memaksa untuk duduk satu mobil dengannya tapi Mini tetap bersikeras mau satu mobil dengan bi Supi saja. Mbak Chacha sama bang Harris itu cocok banget ya, Bi. Aku senang melihat mereka yang cantik dan ganteng," kata Mini waktu baru ikut masuk ke dalam mobil bareng bi Supi. "Bang Evan juga ganteng, sepertinya kau juga sangat beruntung," kata bi Supi kontan membuat muka Mini tersipu. "Aku gak tahu apa bang Evan mau sama orang kampung kayak aku, Bi?" "Bukannya tuan Serkan sudah mengatur pernikahan kalian? " "Iya, Bi, tapi kalau bang Evan tidak mau sama aku, aku juga tidak mau, Bi. Kasian bang Evan, ganteng-ganteng gitu harus nikah sama orang kampung seperti aku." "Jadi kalau bang Evan tidak mau, kamu gak apa-apa? "Ya enggak lah, Bi, aku sudah berterimakasih banget sama keluarga tuan Serkan, mereka sudah sangat berjasa pada keluarga kami." "Lalu apa yang akan kau lakukan jika tidak jadi menikah dengan bang Evan? " "Ya pulang ke kampung, kan kasian juga simbah kalau di tinggalin lama-lama. " "Tapi Mini cantik, loh! masak Bang Evan tidak mau." "Orang seperti bang Evan itu seharusnya memang menikah dengan wanita yang lebih layak untuknya, bukan malah orang kampung seperti aku ini." "Tapi kau setuju saat mereka membawamu kesini?" "Tuan Serkan sangat baik pada kami, Bi, mustahil kami bisa menolak keinginannya." "Jangan-jangan Mini juga sudah punya cowok di kampung?" tebak bi Supi. "Aku gak berani punya cowok, Bi, takut!" dan gadis itu langsung pasang muka ngeri. Sepulang dari panti asuhan Mini langsung turun di rumah tuan Serkan, dia buru-buru ingin segera masuk ke kamarnya buat ganti baju karena pakaian yang diberikan istrinya bang Harris itu rasanya memang kurang pas untuknya. Bilang bi Supi tambah cantik tapi Mini justru merasa aneh. Mini baru saja masuk dari pintu samping dan baru sadar jika ada cowok yang sedang berdiri di anak tangga bermaksud menghalangi jalanya buat naik. Setelah beringsut gerak ke kanan dan ke kiri tapi tetap tidak di kasih jalan barulah Rutmini mendongak dan bertanya. "Bisa minta jalan dikit aja?" kata Mini heran karena saat mendongak baru merasa jika pemuda itu tinggi banget. Lebih tinggi dari bang Evan dan bahunya juga lebih lebar walaupun kelihatan lebih muda. "Tumben ada cewek di rumah? " dia malah balik bertanya, tapi sepertinya bukan pada Rutmini. "Sudah jangan gangguin dia, " tegur nyonya Marrisa yang ternyata baru muncul dari ruang sebelah. "Jadi ini yang namanya Mini? " kata Brandon sambil memiringkan wajahnya untuk lebih memperhatikan gadis muda di depannya yang ternyata lumayan manis juga untuk digodain. Padahal Brandon hanya belum tahu seperti apa penampilan Rutmini yang sudah berganti pakaian dan sesuai habitatnya yang asli. "Mini, perkenalkan putra ketiga Tante, namanya Brandon, " jelas nyonya Marrisa. "Hay, Mini..." sapa Brandon. "Rutmini, Bang, " koreksinya. "Mini aja," kata Brandon. Brandon terlihat beberapa tahun lebih tua dari Rutmini, karena itu walupun dia adiknya bang Evan, Rutmini tetap merasa harus lebih menghormatinya. Bagaimanapun Rutmini adalah anak yang tumbuh besar di kampung dan selalu diajari oleh nenek dan kakeknya untuk menghormati yang lebih tua dengan memanggil 'Bang', 'Mbak', atau 'Mas'. "Bang, aku mau lewat." Rutmini kembali permisi karena Brandon masih sama sekali belum bergeming. Sepertinya Barandon juga baru sadar kalau dari tadi dia masih berdiri di tengah tangga. Brandon memperhatikan Mini sekali lagi dan tersenyum entah untuk apa karena dia todak ngomong apa-apa lagi sebelum ngeloyor pergi lebih dulu. Setelah pemuda itu pergi sepertinya justru malah Mini yang gantian memperhatikan putra ke tiga tuan Serkan itu sampai menghilang di balik pintu. "Brandon suka usil, jangan di masukin hati kalau dia nanti suka gangguin kamu," kata nyonya Marrisa waktu menghampiri Mini dan ikut mengoreksi penampilannya. "Kamu cantik." Nyonya Marrisa jadi tesenyum sendiri waktu memperhatikan gadis muda itu. Mini memang kelihatan sangat berbeda hanya dengan sedikit di dandani. Rutmini memang memiliki wajah yang cantik, kulitnya putih bersih agak kemerahan di rona pipinya yang merah alami. Kali ini sepertinya dia juga memakai lipstik tipis yang hampir sewarna dengan warna bibir aslinya. "Mini berdandan, ya? " tanya nyonya Marisa.. "Mbak Chacha yang maksa untuk pakai pakaian seperti ini, Tante, " kilah Mini masih merasa risih dan aneh apalagi harus diperhatikan seperti itu. Rasanya Rutmini hanya ingin buru-buru kabur dan ngumpet di kolong tempat tidur. "Besok ikut Tante belanja, ya? nanti kita pilih pakaian yang lebih pas buatmu." "Tidak usah, Tante. Aku lebih nyaman pakai pakaian seperti biasa saja." "Sudah gak papa, pasti bang Evan juga suka kalau melihat kamu kayak gini." "Tidak, Tante, aku masih ngerasa tidak nyaman seperti ini, " jujur Mini ketika menatap nyonya Marrisa dengan prihatin. Sepertinya memang tidak bisa dipaksakan, mungkin Rutmini juga perlu waktu untuk beradaptasi. Nyonya Marrisa terpaksa mengalah dan membiarkan Rutmini pergi untuk kembali memakai rok lipit dan mungkin menguncir rambutnya lagi. Buru-buru Rutmini menaiki tangga untuk lari ke kamarnya. Sebenarnya pakaian yang di berikan Alex tidak buruk hanya Rutmini saja yang merasa kikuk jika harus berpenampilan seperti itu. Padahal tadi istri bang Harris yang baik hati itu sampai memanggil tukang make-up profesional untuk Rutmini. Ternyata Mini malah mengeluh gatal-gatal cuma karena memakai bedak sama lipstik. Padahal sebenarnya tidak apa-apa dan cuma sugestinya saja yang agak berlebihan. Mungkin itu yang dimaksud nyonya Marrisa jika gadis desa itu tetap butuh waktu buat beradaptasi. Sepertinya bang Evan juga harus lebih bersabar jika ingin melihat berliannya bisa bersinar. Karena semua butuh di asah dulu untuk terlihat sempurna, dan nyonya Marrisa punya cukup waktu untuk melakukannya. Nyonya Marrisa tahu Rutmini gadis yang cerdas, bahkan dia juga selalu mendapat prestasi di sekolah. Hanya cara berpakaian dan kepolosannya saja yang kadang membuat orang jaman sekarang bengong. Padahal aslinya Mini itu gadis yang cantik, bahkan sangat cantik, cuma sayang dia belum terbiasa dengan lingkungan barunya. Rutmini memang jarang bergaul tapi cara pandangnya tidak kuno, meski tata kramanya agak berlebihan tapi dia tetap gadis yang polos dan menyenangkan. Nyonya Marisa yakin siapapun yang mengenal Rutmini pasti akan langsung menyukainya. Walaupun sekarang putranya belum bisa memiliki simpati yang spesial pada gadis itu tapi nyonya Marrisa yakin jika Evan pasti akan segera menyadarinya. Tidak mungkin dia tidak peduli dengan gadis semanis dan sepolos Rutmini yang kadang juga bisa menggemaskan dengan keluguannya yang mencuri hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD