"Hay, Mini.... " sapa Brandon yang tiba-tiba sudah duduk di depan pantry.
"Siang, Bang," jawab Rutmini sambil mengangguk sedikit seperti anak gadis yang penurut tapi segera kembali mendongak.
'Aduh dari mana sih, asalnya mahluk kayak, Bang Brandon ini?' karena rambutnya saja bisa warna warni seperti ujung kemoceng, batin Rutmini waktu meneliti penampilan putra ke tiga tuan Serkan yang baru bangun tidur padahal udah siang bolong.
"Sorry masih jet lag," katanya masih sambil menguap.
"Abang kuliah di Amerika, ya? " tanya Rutmini tiba-tiba terdengar antusias.
"Ya," dan Barandon sepertinya juga sadar kalau Rutmini yang lagi menguncir dua rambutnya dengan belahan lurus itu memang benar-benar tertarik buat ngomongin kampusnya.
"Di mana itu, Bang?"
"Columbia."
"Wah, Abang, itu keren! " pekik Rutmini tiba-tiba sambil membekap mulutnya dan kedua bola matanya membulat.
Sebenarnya kalau menilai penampilan si Mini-mini kecil ini Brandon juga gak bakal menyangka kalau dia sebenarnya hapal banget sama semua nama Universitas-universitas beken di dunia. Bahkan kalau di tanya pengetahuannya gak bakal kalah sama ensiklopedia. Maklum karena sejak dulu Rutmini memang sering mengkhayal bisa kuliah di sana.
"Memangnya Mini mau kuliah di mana? " tanya Barandon kemudian.
"Aku tidak pernah mikir untuk kuliah, Bang. Karena bisa lulus SMU saja sudah sangat bersyukur. " Mini tersenyum malu tapi tetap ceria dan renyah.
"Jadi Mini sudah lulus SMU? "
Sepertinya Brandon memang heran karena tadi sempat mengira Rutmini masih anak SMP.
Memang Rutmini lebih mungil dari anak perempuan seusianya apa lagi kalau lagi pakai kuncir dua seperti itu, biarpun ikut di barisannya anak SD dia juga gak bakal kelihatan bedanya.
"Memang kalau seumpama bisa kuliah maunya kuliah di mana?"
"Di Columbia juga tidak apa-apa biar setiap hari bisa melihat gedung-gedung tinggi," jawabnya sambil senyum lagi.
"Tapi di New York, Mini, gak bakal bisa melihat Bintang lagi," tambah Brandon sambil perhatikan Mini yang benar-benar mini seperti namanya yang unik tapi lucu menurut Brandon.
"Gak papa, Bang. Kan di kampung aku sudah sering melihat bintang dan kunang-kunang."
Brandon malah ketawa, karena gadis itu benar. Karena mungkin Barandon saja yang bosan dengan pemandangan kota.
"Memangnya Abang ambil jurusan apa? "
"Tekhnik sipil dan bisnis."
"Wah, itu keren, Bang. " Rutmini masih terkagum-kagum, " Aku dengar merekalah yang terbaik di bidang itu."
"Ternyata, kau banyak mendengar gosip, ya? " goda Brandon untuk memuji pengetahuan Rutmini.
"Maaf, Bang, memang gak apa-apa pergi kuliah dengan rambut warna warni kayak gitu? "
Sepertinya memang cuma Rutmini yang berani bertanya seperti itu di rumah ini.
"Memangnya kenapa dengan rambutku?" Brandon pura-pura mengacak rambutnya dengan jari, "Mini tidak suka?" tanyanya kemudian dan Rutmini langsung geleng-geleng karena sepertinya juga baru sadar kalau sudah salah ngomong.
"Enggak kok, Bang. Bagus kayak ..." Rutmini lagi bingung mikir tapi tiba-tiba Brandon duluan motong.
"Kayak ekor kuda pony? "
"Hampir, Bang, " dan Mini gak tahan lagi buat gak ketawa.
Siang itu rumah sedang sepi karena bang Evan sudah pergi ke kantor dan nyonya Marrisa pergi ke rumah bang Harris karena sudah gak tahan ingin melihat cucunya. Kedua suster yang merawat tuan Serkan juga baru saja pulang setelah sesi terapi pagi, biasanya sore salah satu dari mereka akan kembali untuk sekedar memeriksa detak jantung dan tekanan darah.
"Mini mau temenin, Abang keluar sebentar ?" tanya Barandon tiba-tiba.
"Kemana, Bang? "
"Aku mau beli hadiah untuk mama tapi bingung milihnya. "
"Hadiah, " kutip Mini agak heran.
"Lusa mama ulang tahun. "
"Oh, "____" aku baru tahu!"
Ternyata saat kaget Mini kelihatan tambah lucu dan Brandon suka.
"Memang sudah berapa lama kau tinggal di sini? " tanya Brandon.
"Hampir tiga minggu. "
"Baru tiga minggu, kau tidak harus tahu, sementara aku yang sudah dilahirkannya sejak dua puluh empat tahun lalu saja masih sering lupa."
"Jadi, Bang Brandon, pulang untuk ulang tahun Tante Marisa?" tebak Mini yang sepertinya benar walaupun Brandon paling anti mengakui kalau sebenarnya dia adalah anak yang sangat perhatian sama orang tuanya.
Gak salah kalau orang rumah lebih sering menganggapnya sebagai pembuat onar. Walaupun sebenarnya diam-diam Leon justru paling suka sama gaya santai abang ketiganya itu dalam menanggapi masalah-masalah yang dia buat.
"Tunggu Aku, mandi dulu sebentar kalau mau ikut, " kata Brandon sebelum pergi.
"Apa aku harus ganti baju, Bang? " tanya Mini, padahal sebenarnya dia juga gak ngerti harus pakai baju seperti apa.
Brandon cuma memperhatikan Mini sebentar kemudian bilang, "Gak usah!"
Mini lega karena adiknya bang Evan itu ternyata gak ribet.