Malam ini aku jadi mengajak Dila keluar. Kami kembali bertemu di cafe dekat rumahnya karena aku mempertimbangkan kesehatannya. Meski dia bilang sudah sembuh, tetapi aku tetap tidak ingin dia mengendarai mobil terlalu jauh. “Makasih, Mas Akhdan.” Ini sudah ketiga kalinya malam ini Dila mengucapkan terimakasih padaku. “Iya, Dil, sama-sama. Kamu ngalamin ini juga kan gara-gara saya.” Dila meringis, lalu dia tampak menatap jalan raya di bawah sana dengan senyum yang mengembang lebar. “Lega?” “Banget, Mas.” “Kenapa kamu enggak cerita tentang Al yang terluka?” “Soalnya saya enggak mau ganggu konsentrasi Mas Akhdan yang lagi banyak kerjaan. Ya kerjaan kantor, ya kerjaan cari pelaku.” “Tapi Al sudah baik-baik aja, kan?” “Sudah, Mas. Mungkin sekali kontrol lagi, arm sling-nya sudah bi