Qiandra melajukan mobilnya ke klinik tempat ia akan menggugurkan kandungannya. Sampai detik ini ia masih yakin dengan keputusannya untuk menggugurkan kandungannya. Bep.. bep.. Ponsel Qiandra berdering. Ia segera membuka pesan masuk di ponselnya. Mobil yang ia kendarai segera menepi dengan cepat. Jantung Qiandra berdetak lemah, rasa sesak menghantamnya kuat. "Daddy." Air matanya jatuh berderai. Ring.. Ring.. panggilan masuk terlihat di layar ponsel Qiandra. Qiandra menggeser gambar hijau dengan jari tunjuknya yang gemetaran. "Daddymu akan dimakamkan hari ini. Kau mungkin tidak bisa melihat pemakamannya." Meski Qiandra mengamil penerbangan paling cepat ke Columbia, ia masih tak akan bisa menghadiri pemakaman ayahnya. "Daddymu meninggal karena penyakit jantung. Dia sudah di rawat di ruma