BAB 11

527 Words
Sasha menarik Ismail ke luar dari kamar dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil. Tanpa berbicara apapun Sasha menjalankan mobilnya. Ismail hanya diam karena bingung harus apa dan bertanya apa. Ismail takut di salahkan lagi. Tak lama mereka di jalanan. Karena Sasha sudah memarkirkan mobilnya ke salah satu toko perhiasan. Ismail melotot dan bingung, jangan bilang Sasha mau beli cincin pernikahan, karena pernikahan tinggal 3 hari lagi. Mampus, Mail nggak bawa dompet lagi karena tadi di tarik paksa sama Sasha. "Turun! Harus ya di perintah terus?" Bentak Sasha. Ismail buru-buru turun dari mobil dan menutup pintu mobil pelan. Ia kemudian mengikuti Sasha yang masuk ke dalam toko perhiasan. Ismail semakin melongo saat tiba di sana. Ini bukan toko emas. Tapi BERLIAN! Ismail hampir pingsan, namun buru-buru menyadarkan diri. Bisa gawat kalau Mail pingsan sekarang, bisa di tinggal nanti. Mending kalau cuma di tinggal, lah kalau di tendang terus di buang ke tong sampah gimana? Ismail menggelengkan kepalanya. Ia mau buang jauh-jauh fikiran tololnya. Sasha nampak sibuk memilih cincin yang pas di tangannya. "Mail, sini." Ismail langsung berjalan ke arah Sasha dan melihat cincin yang di tunjuk Sasha. "Bagus nggak?" "Bagus." "Kamu suka?" "Su... Suka." "Oke, ambil yang ini ya. Sekalian sama kotak nya. Jangan bergambar hati ya, saya anti gambar alay seperti itu," ucap Sasha pada pegawai toko. Si pegawai hanya mengangguk dan langsung menyimpan berlian itu ke dalam kotak hitam dan memberikannya pada Sasha. Sasha mengeluarkan kartu kredit dan langsung menyelesaikan pembelian. Sasha mengajak Ismail ke bandara S.H. Ismail bingung karena baru ini ke bandara. Tapi untuk bertanya, Ismail tak berani. Ismail hanya mengikuti semua perintah Sasha. Kanan kiri depan belakang semua Ismail ikuti. Ke toilet boleh ikut nggak ya? Halah "Tunggu di sini." Sasha langsung pergi entah kemana. Ismail bingung karena mendadak Sasha sudah tidak ada di manapun. Mau bergerak Ismail takut. Ia takut nyasar. Ia tidak tahu ini di mana? Sekitar 10 menit Sasha kembali dengan dua gelas soda di tangannya. Ia memberikan satu gelas soda kepada Ismail. Ismail menerimanya dan langsung menyeruput nya. "Sebentar lagi datang." "Siapa?" Tanya Ismail penasaran juga akhirnya. Sasha duduk di samping Ismail. Menyeruput soda-nya. "Orang tua-mu." Mail melotot. Benarkah? Ismail langsung melihat kekanan dan kiri. Mencari sosok emak yang selama ini ia tinggal. Jadi sedih Mail kalau ingat kejadian itu. "Itu, ibu kamu bukan?" Tunjuk Sasha. Ismail langsung melihat ke arah yang di tunjuk. Mata Ismail melebar, ia langsung lari menghampiri sang emak. "Emak!!" Seru Ismail. Sasha langsung tepuk jidat. Ia kembali duduk dan tak berminat bertemu dengan orang alay macam Ismal. "Emak, Mail kangen, Mak, huhuhu." Si emak menepuk pundak Mail. Tak bersuara sama sekali. Biasanya kalau Mail pergi jauh dan baru pulang, emak pasti akan ngomel atau tidak menangis. Tapi, kenapa sekarang emak diam saja? Mail melepas pelukannya dan menatap wajah tua emak. "Emak, kenapa?" Tanya Mail bingung. "E... Emak mau... Mau...." "Mau apa, Mak?" "Muntah! Hueekkkk." Ismail mematung tak berani bergerak. Sasha menghela nafas lelah dan langsung pergi dari sana. "Sasha, tunggu!!!" "Pulang naik taksi sana!" Teriak Sasha. "Tapi, Bu." "Apa lagi?" "Saya nggak bawa uang, Bu."  "Hadeh...." Sasha melempar dompetnya dan langsung pergi meninggalkan Ismail dan emak sendiri. Semoga nggak ke sasar, batin Mail  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD