Ismail menunggu Sasha di kosannya. Ia hanya memakai kaos oblong dan celana jeans. Bukan karena tidak menghargai Sasha. Tapi emang Ismail enggak ada baju rapih dan formal. Baju kemeja hanya seragam kerjanya. Ia kali, Ismail mau pergi sama cewek cantik pake seragam OB.
Akhirnya ya, Ismail hanya memakai kaos dan celana jeans nya. Buat Mail itu udah paling keren yang Mail punya. Lama menunggu di luar kosan. Ismail merasa silau karena sebuah lampu dari mobil yang masuk ke dalam halaman kosan.
Ismail menutup kedua matanya dengan lengannya. Silau lampu membuat matanya sakit. Tak lama lampu mati dan turun wanita cantik dengan anggunnya.
Membuat Ismail bengong. Berkali-kali Ismail mengucek matanya. Sekedar memperjelas penglihatannya. Beneran Bu Sasha? Wedan...! Ayune rek!!
"Ismail!!" Bentaknya. Membuat Ismail terkejut dan langsung berdiri dengan tegak. Sasha menghampiri Ismail dan melihat penampilan Ismail dari atas hingga bawah.
"Apa-apaan ini?" Tanyanya. Ismail yang bingung sekarang. Kenapa dengan penampilannya?
"Kenapa, Bu?" Tanyanya.
"Lihat penampilan saya, lalu penampilan kamu? Apa kita serasi kalau begitu?"
"Se...serasi aja sih Bu, kalau ujung-ujungnya mau nikah mah," jawab Ismail polos. Membuat Sasha kesal setengah mati.
Sasha mengangkat roknya dan langsung menendang kaki Ismail. Membuat Ismail menjerit kaget sekaligus sakit. Ia sibuk mengusap kakinya yang terasa nyeri. Karena Sasha menendangnya tepat di tulang keringnya.
"Sakit, Bu."
"Biar tahu rasa kamu, buruan ikut saya. Waktu saya tidak banyak!" Sasha menarik lengan Ismail dan langsung membawanya masuk ke dalam mobil. Sasha langsung menjalankan mobil tanpa aba-aba. Membuat tubuh Mail tak stabil dan terantuk kaca jendela. Sasha hanya mendengus kesal.
Sasha menghentikan mobilnya di sebuah butik langganannya. Ia masuk sembari menarik Ismail kasar. Kalau ada yang lihat pasti mengira Ismail habis mencuri atau merampok. Karena cara Sasha menarik Ismail seperti polisi yang menangkap maling.
Sasha dan Ismail sudah masuk ke dalam butik. Dengan cepat Sasha memilihkan pakaian yang formal untuk Ismail. Mail sendiri hanya menurut tanpa berani membantah.
Sasha memberikan kemeja hitam dan celana senada. Ismail pun mencobanya dan keluar. Sasha sempat terdiam beberapa saat.
Ismail kembali di tarik ke arah kassa. Untuk membayar pakaian yang dikenakan Ismail.
Ismail harus rela menunduk agar si mbak kasir bisa menscans barkot di baju itu. Setelah selesai Sasha membayarnya dan menarik kasar barkot itu hingga terlepas. Benar-benar kasar.
Kembali mereka di dalam mobil dan saling diam. Ismail hanya tak mau banyak bertanya karena takut di tendang lagi. Ikuti sajalah maunya Sasha apa.
Sasha berhenti di sebuah rumah mewah. Rumah Sasha. Ismail turun. Namun saat akan melangkah, Sasha menahan lengan Ismail. Hingga Ismail menoleh. Sasha memberikan satu kotak cincin.
"Untuk?" Tanya Ismail.
"Untuk kamu masukkan ke dalam jari saya nanti."
"Ta...tapi...saya."
"Tidak ada penolakan. Kamu belum gajian kan? Mau saya pecat sebelum kamu dapet gaji, hah?" Bentak Sasha. Ismail langsung menunduk. Kalah lagi dia ...
Di dalam rumah Sasha. Ismail bengong. Rumah nya sudah di hias dengan indah. Bahkan sudah banyak tamu yang datang. Ini mau nikah atau tunggangan ya? Kalau ia nikah masa Ismail enggak bawa keluarganya?
Kalau cuma tunangan Ismail masih maklum. Tapi kalau bener buat nikah, Ismail enggak rela. Kalau emaknya enggak menyaksikan pernikahan nya. Apalagi nikah sama cewek cantik dan kaya. Kalau bisa satu kampung mail undang. Biar emaknya dapet nama di kampungnya. Orang kampung mah kan gitu. Ada yang kaya baru di puja. Yang miskin di Siksa. Halah...
Ismail dipertemukan dengan kedua orang tua Sasha. Dengan sopan Ismail mencium punggung tangan kedua orang tua Sasha. Mereka bahkan takjub melihat Ismail.
"Nama mu siapa?" Tanya ayah Sasha. Ismail dengan gugup menjawabnya.
"Taufik Ismail, om, eh pak," jawab Ismail gugup. Sasha menggelengkan kepalanya pusing. Semoga saja Ismail tidak membuat masalah. Yang membuat semua rencananya berantakan. Sasha tidak mau di jodohkan dengan orang yang paling Sasha benci dalam hidupnya.
"Kamu kerja di kantor, Sasha?" Tanyanya lagi. Ismail mengangguk. "Jadi apa?" Lanjutnya.
"Ob, pak." Sedikit tersentak orang tua Sasha. Mereka menoleh ke arah Sasha yang cuek saja. Seakan tidak ada masalah dengan status Ismail.
"Kamu, Ob?" Ulang ayah Sasha. Ismail mengangguk. Nggak salahkan Ismail jujur begitu. Kan Sasha sendiri yang mengatakan kalau ia tak peduli dengan status ismail. Dan tidak perlu berbohong segala.
"Sasha?" Ayahnya meminta penjelasan.
"Kenapa, yah?" Tanya Sasha cuek.
"Calon, mu?"
"Kenapa? Kata ayah tidak ada masalah kan apapun pekerjaannya. Sasha mencintainya, menyayanginya. Dan yang terpenting ismail adalah laki-laki. Yang mampu membuat Sasha hamil nantinya kan? Memberikan keturunan untuk keluarga kita ini. Penerus yang ayah dan ibu inginkan selama ini. Ya kan?" Jawab Sasha dengan lantang. Membuat ismail terbengong-bengong. Membuat apa? Hamil? Maksudnya anak? Tekdung? Kalau tekdung, kalau hamil, kalau anak? Artinya ...
Artinya nanti Ismail dan Bu Sasha akan...akan...
NAENA....!!!!!!
Ismail pingsan!!!