BAB 7

657 Words
Ismail tak masuk kerja hari ini, karena kondisinya yang tak memungkinkan. Ismail lebih banyak diam karena demam yang menyerang. Asep jadi tidak enak meninggalkan Ismail seorang diri. Tapi Asep harus kerja. Terpaksa Asep meninggal Mail sendiri di kosan. "Il, jangan lupa makan bubur yang aku beli tadi ya. Terus itu obatnya jangan lupa di minum." "Makasih bang Asep." Asep tersenyum dan langsung pamit pergi. Ismail memejamkan matanya kembali namun ia langsung membuka mata. Karena setiap ia memejamkan mata bayangan naena sama Bu Sasha selalu terbayang dengan jelas. Dan itu membuat Ismail tak nyaman. Ada rasa aneh di dalam tubuhnya. Seperti ada yang ingin di tuntaskan tapi Ismail tidak tahu apa dan bagaimana. Ia ingin merasa puas dan merasa lega. Karena ia menahan semua itulah tubuh Ismail menjadi demam. Ia selalu terbayang Bu Sasha. Bu Sasha yang ada dalam dekapannya. Dalam belaiannya. Mendadak Ismail menyentuh hidungnya. Jemarinya menyentuh sesuatu yang basah dan agak amis. Ismail melihatnya dan ternyata darah. "Waduh mimisan." Ismail berusaha bangun dan ke kamar mandi. Membersihkan darah yang terus mengalir dari hidungnya. Namun sayang darah tak mau juga berhenti. Hingga kepala Ismail kembali pusing dan pingsan di dalam kamar mandi. Tepat saat Sasha membuka pintu kosan. Sasha kesal bukan main. Pagi-pagi ia harus menemani Ismail di rumah sakit. Sasha ini bos di kantor Ismail. Sementara Ismail ini hanya Ob. Masa bos nungguin Ob yang lagi periksa di rumah sakit. "Dengan keluarga Ismail?" Seru seorang suster. Dengan enggan Sasha bangun dan menghampiri suster tersebut. "Ibu, keluarga pak Ismail?" Sasha hanya diam. Suster bingung tapi tetap menjelaskan. Setelah paham dan di beri resep dokter. Sasha berjalan ke arah apotik untuk menebus obat milik Ismail yang harus di minum saat ini juga. Sasha terus-terusan mendengus kesal. Bagaimana bisa ini menimpanya. Harusnya sekarang Sasha sedang duduk di singgasananya. Kenapa malah sibuk di rumah sakit dan bahkan harus antri menebus obat!! Menunggu itu melelahkan. Sasha hampir saja pergi dari apotik kalau saja nama Ismail tak segera di panggil. Dengan malas Sasha menghampiri loket dan menebus obatnya. Lalu kembali ke ruangan Ismail dan memberikan obat itu kepada suster. Sasha bisa melihat tubuh Ismail yang terbaring lemah di ranjang. Wajahnya pucat. Tangannya terpasang selang infus. "Saya boleh lihat?" Tanya Sasha tanpa sadar. Suster langsung mengangguk. Sasha masuk ke dalam ruangan. Ismail nampak kesakitan. "Bu...saya minta maaf ya...." Ismail berusaha untuk bicara walau lemas. "Sehat dong. Jangan lemah, bosen saya di sini." Sasha kembali jutek. "Ya Bu, saya juga bosan di sini." "Ya udah ayo pulang." Ismail berusaha bangun tapi tubuh lemasnya membuatnya gemetar dan membuatnya tak sanggup untuk sekedar mengangkat tubuhnya. "Su...susah, Bu." Sasha kesal sekali. Ia menarik lengan Ismail namun karena tubuh Ismail besar. Justru Sasha yang ambruk menimpa Ismail. Wajah Sasha berada tepat di d**a Ismail. Membuat jantung Ismail hampir meledak karena kaget. Di tambah hidung Ismail mencium wangi rambut Bu Sasha. "Bu...." Sasha langsung buru-buru bangun. Karena jantungnya serasa mau meledak. Sasha membuang muka tak mau menatap Ismail. Entah kenapa wajahnya memerah. "Saya, keluar dulu." Sasha langsung keluar ruangan. Ismail menatap punggung Sasha dengan pandang menyayangkan. Ismail sudah kembali pulang. Sasha tak masuk kantor hari ini karena Ismail. Sasha nampak duduk di kursi plastik milik Asep. Sementara Ismail rebahan di kasur tipis. "Mulai besok, kamu tinggal di rumah saya." Sasha bangun dari duduknya dan langsung pergi. Ismail melongo mendengar ucapan terkahir Sasha. Tinggal serumah? Hidung Ismail kembali mengeluarkan darah segar. Ia merasa kesal setiap kali ia memikirkan Sasha hidungnya pasti mimisan. Ismail mencoba bangun dan duduk. Menatap kamar kosannya. Mungkin akan berat meninggalkan tempat ini. Sore menjelang. Asep datang membawa bubur untuk Ismail. Kamar kosannya ini memang sangat baik. Perhatian sekali dengannya walau baru kenal. "Kamu udah makan?" Ismail menggeleng. Asep menaruh sebungkus bubur di hadapan Ismail. "Makanlah." "Makasih, bang." Ismail langsung membuka bungkusan itu dan memakannya. Asep nampak mengganti pakaiannya dan mandi. Ismail menghela nafas. Bagaimana cara Ismail untuk bilang kalau Ismail akan tinggal sama Bu Sasha? Apa Asep akan percaya? Memikirkannya saja sudah membuat kepala Ismail pusing.              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD