Di tengah kekagumannya pada maket yang indah itu, tiba-tiba sebuah suara yang familiar menyapanya dari belakang. "Madeline," suara itu terdengar rendah namun jelas, memaksa Madeline berbalik. Ia menoleh dan mendapati Ian Bastian berdiri di hadapannya, mengenakan setelan formal yang rapi dengan tatapan mata yang tajam. Ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Madeline merasa harus waspada, namun ia tetap menjaga sikap tenangnya. "Ian," jawab Madeline dengan senyum tipis di bibirnya, menahan perasaannya agar tidak terganggu oleh kehadiran pria yang telah menjadi bagian dari masa lalunya. Ian melangkah lebih dekat, seolah ingin memastikan bahwa mereka berbicara secara pribadi. "Kau tampak sangat menikmati acara ini. Kagum dengan maketnya?" tanya Ian dengan nada yang samar-samar terdengar