Bab 7

1792 Words
Madeline memasuki rumah mewahnya dengan langkah tegas. ‘Ini rumahku. Rindunya aku dengan semua ini…’ Ruangan-ruangan besar dan megah yang mengelilinginya mengingatkannya pada kehidupan yang dulu dia tinggalkan demi Ian. Namun, kali ini, dia kembali dengan tekad yang baru. Gale Bahrany, ayahnya, dan ibunya, Grizella Allen, sedang duduk santai di ruang keluarga sambil berbincang-bincang. Ketika mereka melihat Madeline memasuki ruangan, ekspresi mereka berubah menjadi kekhawatiran dan keheranan. “Madeline?” tanya Gale, berdiri dan meraih putri kesayangannya ke dalam pelukannya. “Kamu kembali. Apakah pria itu melakukan sesuatu yang buruk padamu?” Mata tajamnya meneliti wajah sang putri yang terlihat lebih tirus. Grizella juga bangkit dari sofa dan menghampiri Madeline sambil menatapnya lembut. “Kami senang kamu kembali. Apa yang terjadi?” Wanita ini memahami wajah murung Madeline. Madeline menghela napas dalam-dalam, “Aku gagal, Mom, Dad. Cinta sejati hanya ada dalam novel-novel romans.” Ujarnya kemudian sambil tersenyum letih. “Oh, sayang..” Grizella memeluk Madeline erat. Inilah hal yang paling Madeline tidak inginkan, kembali ke rumah membawa kisah tentang kegagalan, yang membuat kedua orang tuanya khawatir. Tapi mau bagaimana lagi? Ian memilih mantan pacarnya, dan dia tidak bisa terus mengalah pada perempuan culas itu. Cukup sudah toleransi yang dia berikan pada Ian Bastian. “Aku kembali untuk melawan Ian Bastian bersama keluarga dan wanita selingkuhannya. Mereka tidak hanya mengacaukan hidupku, tetapi juga memanipulasi dan menindasku.” Kata Madeline setelah menceritakan masalahnya. Madeline sebenarnya malu menceritakan ini secara terbuka, tetapi dia mengenal kedua orang tuanya dengan baik, mereka tidak akan membiarkan dia memendam hal yang menyakitinya. “Aku akan membuat mereka menyesali perbuatan mereka padaku.” Gale dan Grizella saling berpandangan. Mereka tidak melihat kesedihan sepenuhnya menguasai perasaan Madeline, tetapi putri mereka ini terlihat bersemangat saat mengutarakan keinginan untuk membalas. Gale lalu berkata dengan nada serius, “Apa maksudmu? Kamu ingin balas dendam? Kalau hanya soal itu serahkan padaku. Akan kuhancurkan perusahaan keluarga Bastian menjadi debu.” “Oh, jangan, Dad. Itu terlalu mudah untuk mereka. Biar aku sendiri yang menanganinya, Dad!” jawab Madeline, “Aku ingin membangun sesuatu yang akan membuat Ian merasakan dampak dari semua yang telah dia lakukan padaku.” “Rencana apa yang kamu miliki?” tanya Gale. Madeline melanjutkan dengan keyakinan, “Aku berencana memasuki dunia bisnis dan menjadi pesaing Ian. Aku akan memulai dengan memanfaatkan keahlianku untuk menyaingi bisnisnya. Ini bukan hanya soal balas dendam, tetapi juga tentang menunjukkan bahwa aku tidak bisa dianggap remeh.” “Jadi kamu berencana kembali ke kota itu, Sayang?” Tanya Grizella sambil menatap Madeline, kembali merasakan kekhawatiran. “Iya, Mom. Tapi bukan lagi sebagai Madeline Seana yang buta tiga tahun yang lalu. Kali ini aku kembali untuk menjadi mimpi buruk gerombolan jahat itu.” Wow! Grizella menghembuskan napas kuat-kuat. Kedatangan Madeline yang tiba-tiba menjadi kejutan manis bagi mereka berdua sebagai orang tua, namun, Madeline juga membawa misi yang pasti akan dia wujudkan, seberat apapun tantangannya nanti. Gale dan Grizella melihat Madeline dengan rasa bangga dan kekhawatiran yang mendalam. Mereka tahu bahwa apapun yang diputuskan Madeline untuk dilakukan, dia akan melakukannya dengan tekad yang tidak tergoyahkan. Mereka masih menyimpan banyak pertanyaan, tapi memutuskan untuk menanyakannya nanti saja, mengingat Madeline baru datang dan dalam suasana hati yang tidak nyaman. Tiga tahun bukan waktu yang singkat. Selama waktu itu Madeline pergi dari mereka, menyembunyikan identitasnya dan mengejar pria yang dia cintai. Mereka selalu berharap yang terbaik untuk Madeline, namun beginilah akhirnya. Kehidupan sedang tidak mau bersikap ramah pada putri mereka, namun Madeline masih terlihat bersemangat. Itulah putri kebanggaan mereka. “Mom, Dad, aku ke kamar dulu ya!” Madeline pamit ke kamarnya, yang sudah sangat dia rindukan. Madeline melemparkan tubuhnya ke atas ranjang king size yang bersih dan harum, karena selalu dibersihkan oleh pelayan. Grizella dan Gale terus menantikan kedatangan Madeline kembali, karena itu kamar itu selalu dibersihkan secara tertaur. “Apapun alasannya, tapi aku senang putri kita telah kembali,” Kata Gale dengan ekspresi lega. “Iya, Sayang. Madeline bisa mendapatkan kebahagiaan kembali dengan pria yang lebih baik.” Balas Grizella. Sebagai orang tua Madeline, mereka harus fleksibel terhadap segala sesuatu, karena Madeline selalu penuh kejutan. *** Madeline menikmati kenyamanan kamarnya. Dia berbaring, memikirkan skandal perselingkuhan Ian yang baru saja terbongkar. Mereka, terutama Carla Ellis, pasti tidak akan melewati ini dengan mudah. Ini akan menjadi pukulan berat bagi mereka semua sebelum Ian memilih menikahi wanita itu. Senyum terukir di bibir Madeline. “Madeline!” Terdengar teriakan mengejutkan. Itu suara Keandre. Madeline bangun dan duduk di tepi ranjang. Dia lalu melihat Keandre sedang mendorong pintu kamar. Dia terlihat bahagia dan sangat bersemangat mengetahui Madeline telah kembali. Dia baru saja pulang dari rumah sakit dan masih mengenakan jas putihnya. Madeline tersenyum lebar saat melihat sosok adiknya. “Keandre! Akhirnya, aku bisa melihatmu lagi.” Keandre, yang sudah berlari ke arah Madeline, memeluknya erat. “Kakak! Aku sangat senang kamu kembali. Aku merindukanmu.” Mereka berpelukan, kedekatan mereka terasa dalam setiap sentuhan. Keandre memandang Madeline dengan mata yang penuh kegembiraan. “Aku tidak percaya kamu sudah kembali. Aku pikir saat kamu kembali, sudah membawa minimal dua keponakanku.” Madeline meringis sambil menggaruk kepala mendengar kata-kata Keandre. “Hey, kakakku tercinta, apa yang terjadi?” Tanya Keandre melihat ekspresi Madeline. Madeline menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum berbicara. “Singkatnya, aku kurang beruntung, Keandre. Maaf, impianmu harus tertunda, atau mungkin perlu dibatalkan.” Keandre menarik kakaknya dalam pelukan hangatnya, “Keberuntungan bisa diciptakan, kak. Jangan sekejam itu memintaku membatalkan impianku. Aku akan carikan calon suami yang terbaik di dunia untukmu.” Kata-kata Keandre membuat Madeline tersenyum. Inilah adiknya yang tampan, dokter Keandre Davey Bahrany, adik kembarnya yang selalu bersemangat. “Jangan mengingat pria i***t itu lagi, Madeline!” “Tidak. Tentu saja tidak. Ian sudah tidak layak.” Madeline menjawab sambil menggeleng kuat-kuat. Dia merasa terharu, sambutan hangat keluarganya, suasana rumah penuh kenangan ini membuat Madeline tidak sempat meratapi perasaan patah hati dan dikhianati. Syukurlah dia selalu punya tempat luar biasa ini untuk pulang. Ini juga mungkin karena dia benci Ian begitu bodoh, mau dimanipulasi oleh Carla Ellis. Kalau dia tetap menutup mata dari kebenaran, dia akan hidup menderita di masa mendatang. Ian tidak pernah menyadari, pembalasan atas pilihannya yang sembrono dan tidak berperasaan sedang menantinya. *** Gale Bahrany, tergerak oleh kemarahan yang mendalam setelah mendengar bagaimana putrinya diperlakukan, memutuskan untuk mengambil tindakan nyata. Rasa marahnya tidak hanya tertuju pada Ian Bastian tetapi juga pada seluruh situasi yang membuat Madeline menderita. Sebagai CEO dari perusahaan yang sangat berpengaruh, Gale memiliki cara tersendiri untuk membalas dendam. Gale duduk di ruang kerjanya yang megah, menatap layar laptop dengan penuh antisipasi. Di hadapannya, tampak dokumen mengenai paket pekerjaan besar yang sedang diperebutkan oleh beberapa perusahaan, di antaranya perusahaan miliknya dan milik keluarga Bastian. Sebelumnya Gale ikut masuk dalam proses tender itu untuk memenangkan perusahaan Ian Bastian. Tapi sekarang tidak lagi. Ian Bastian adalah pria b******k yang telah menyakiti putrinya yang berharga, jadi dia tidak layak mendapatkan proyek besar itu. Gale sudah memutuskan, dia akan menggunakan semua kekuatannya untuk memastikan Ian Bastian tidak memenangkan proyek tersebut. “Beri tahu tim perencanaan agar berusaha lebih keras untuk memenangkan proyek itu. “Setelah ini, tempatkan Bastian Corporation di dalam kotak.” Seorang asisten, yang berdiri di samping meja Gale, mengangguk cepat dan segera pergi untuk menyampaikan perintah tersebut. *** Sementara itu, Ian Bastian duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer dengan frustrasi. Ia baru saja menerima kabar buruk dari timnya tentang proyek yang telah diperebutkan dengan keras. Wajahnya tampak tegang dan penuh kekesalan saat ia membaca email yang baru saja diterimanya. “Bagaimana mungkin kita akan kehilangan pekerjaan ini?” Ian menggeram, memukul meja dengan keras. “Ini proyek besar yang sangat penting bagi kita!” Asistennya, yang tampak cemas, menjelaskan. “Tuan Bastian, kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi tampaknya Bahrany Corporation sangat gigih untuk memenangkan paket pekerjaan ini. Mereka adalah perusahaan raksasa dengan begitu banyak dukungan. Kita bukan tandingan mereka.” Ian menatap stafnya dengan mata penuh amarah. “Bahrany Corporation? Masalah apa lagi ini? Bagaimana perusahaan itu bisa terlibat dalam tender proyek ini? Bukannya mereka sudah berkuasa di kotanya?” Asistennya mengangguk dengan enggan. “Bahrany Corporation memiliki anak perusahaan di kota ini, didirikan sejak tiga tahun lalu. Mereka sudah menjadi saingan kita sejak tiga tahun lalu, hanya saja kita tidak menyadari kehadiran mereka.” Ian berdiri dari kursinya, merasa tertekan dan marah. “Proyek ini milikku. Kita sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk mendapatkan proyek ini.” Kata Ian keras kepala. Seorang staf perencanaan datang memberi laporan, “Tuan Bastian, dokumen penawaran kita sudah gugur. Desainnya tidak sesuai dengan spesifikasi,” Kata staf itu sambil memberikan gambar desain pada bosnya. Mata Ian seketika terbelalak kaget. Dia memeriksa dokumen yang diberikan stafnya itu, wajahnya berubah pucat. “Tidak mungkin! Ini bukan desain yang kita masukkan dalam penawaran.” “Tapi ini yang ada dalam system, Tuan!” Kaki Ian terasa lemas. Dia ingat, Madeline yang membuat desainnya. ‘Apakah Madeline yang merubah desain ini?’ Tanya Ian sambil memijit pelipisnya yang mulai berdenyut-denyut. Di tengah-tengah kekacauan dan kemarahan yang melanda Ian Bastian, seorang staf lain lagi memasuki ruang kerjanya dengan wajah cemas. “Maaf, Tuan Bastian,” kata staf tersebut dengan nada tegang. “Ini ada informasi terbaru dari bursa saham,” Ian, yang tengah tertekan dan frustrasi menghadapi kegagalan dalam tender proyek, langsung menoleh ketika mendengar pemberitahuan ini. “Ada masalah apa lagi?” Tanya Ian sambil duduk bersandar di kursinya. “Kami baru menerima laporan bahwa saham perusahaan kita turun beberapa poin secara signifikan. Ini adalah penurunan yang cukup besar dalam waktu singkat.” Ian langsung duduk tegak, wajahnya memucat. “Apa? Saham turun?” tanyanya dengan nada tidak percaya, berdiri dari kursinya. “Berapa banyak? Apa penyebabnya?” Staf tersebut membuka dokumen yang dibawanya dan mulai menjelaskan. “Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ada informasi negatif mengenai Tuan yang beredar di media sosial, ehem, kabar perselingkuhan Tuan dengan Nona Ellis. Kedua, kabar mengenai gugurnya penawaran kita telah beredar di berbagai laman berita. Beberapa pengamat menilai, perusahaan kita tidak memiliki kualifikasi yang baik.” Ian merasa tenggorokannya kering. “Mengapa semuanya datang beruntun seperti ini?” Tanya Ian setelah susah payah menelan saliva. “Berdasarkan analisis kami,” staf tersebut menjawab, “Reputasi Bastian Corporation sudah mulai goyang sejak peristiwa di pesta malam itu dan puncaknya saat penawaran kita dinyatakan gugur.” Ian menekan dahi, frustrasi dan kepanikan semakin menyelimutinya. “Ini gila. Hanya masalah pribadi, dan sekarang semua ini berimbas pada perusahaan. Apakah orang-orang itu begitu kurang kerjaan, hingga mengurusi hal yang remeh seperti itu?” “Saat ini semua hal bisa menjadi masalah besar ketika sudah digoreng di media sosial, Tuan. Kita terlambat mengetahui hal ini, sehingga tidak bisa melakukan tindakan antisipatif.” Sahut asistennya. “Lalu apa solusinya sekarang?” Ian marah besar. Suaranya menggelegar di ruangan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD