1 | Meet Her

1815 Words
"Cheese cake 2, chocolate bread 2, choco lava 1, ice cappucino 2, macchiato latte 1." Seorang laki-laki yang memakai kaos hitam lengan panjang digulung hingga siku itu menyebutkan semua pesanan miliknya. Kedua temannya sudah menunggu di meja dan ia lah yang bertugas untuk memesan sekaligus membayar. Kini ia dan 2 sahabatnya sedang berada di sebuah kafe di daerah Pantai Indah Kapuk yang baru saja buka sekitar 1 bulan yang lalu. “Totalnya jadi 232.500 mas. Mau di bayar tunai, pakai kartu debit, atau kartu kredit?” “Debit aja mbak.” Lelaki bernama Syauqi Arjune Favian itu mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu debit miliknya. Sang kasir menerima kartu yang diberikan Syauqi dengan kedua tangan terulur menerimanya. Laki-laki berumur 19 tahun itu mengetuk-ngetuk meja dengan pelan menggunakan kelima jari kanannya ketika menunggu kasir yang sedang memproses pembayarannya. Ia menoleh ke segala arah, dan mendengus saat melihat kedua sahabatnya yang sedang asyik bercanda di pojokan dekat jendela. Matanya kembali bergeser ke samping, dan menemukan seorang perempuan dengan kerudung lebar berwarna hitam yang sedang duduk bersama dengan anak kecil. “Mas, PIN-nya?” Perhatian Syauqi langsung teralihkan. Ia kembali menoleh pada kasir yang kini sedang menatapnya dengan mata bergeser ke arah mesin EDC. “Oh,” Syauqi langsung menekan tombol PIN kartunya. “Baik, saya tekan 232.500 ya, mas.” Syauqi mengangguk. “Baik, terima kasih banyak. Ini kartunya. Silahkan menunggu hingga makanan siap dihidangkan ya, mas.” Syauqi mengangguk santai, sambil menaruh kembali kartunya ke dalam dompet yang ada di saku celananya. “Oke, makasih.” “Terima kasih kembali.” Sang kasir menyatukan kedua tangannya sambil menunggu lelaki itu benar-benar pergi dari hadapannya. “Enak?” Satu kata yang Syauqi dengar di telinganya dari mulut perempuan berkerudung yang tadi secara tidak sengaja ia perhatikan saat ia berjalan menuju tempat duduknya. Itu membuat Syauqi kembali melirik ke arah perempuan itu yang kini sedang tersenyum menatap anak kecil di hadapannya. “Lama banget lo mesennya.” Keluh laki-laki yang memakai jaket denim, saat sedikit lagi Syauqi sampai di tempatnya. Syauqi duduk, “Udah gue yang disuruh ngantri, pake ngeluh lagi lo.” semprot Syauqi pada sahabatnya yang bernama Evan. Evan sontak menghamburkan tawanya, diikuti oleh kekehan kecil dari lelaki yang memakai kemeja berwarna cokelat, Zidan. “Eh, tapi di sini tempatnya enak gitu ya gak sih? Cozy, dan nyaman banget buat ngumpul. Gak outdoor, tapi gak ngebosenin juga kalau indoor kaya gini." Ujar Evan. Syauqi mengangguk kecil dengan kembali menoleh ke sekitarnya, dan lagi-lagi ia menangkap perempuan dengan kerudung lebar di sana. Perempuan itu duduk di tempat yang berjarak 3 meja dari tempatnya. Perempuan yang duduk menghadap ke arah pintu sehingga jelas bagi Syauqi menatap wajah perempuan itu. Perempuan itu kini tengah menyuapi anak kecil yang duduk di depannya. Senyum seakan tak pernah luntur merekah dari wajah perempuan itu. Syauqi mengerjap, lalu kembali menatap Evan setelah sekitar 5 detik ia diam memperhatikan perempuan di sana. “Kata orang-orang sih makanan di sini juara," ucap Syauqi. “Kita coba aja dulu rasa makanannya nanti.” Sahut Zidan ikut mengomentari kafe yang baru sekali mereka datangi itu. Ketiga laki-laki yang sudah berteman sejak SMP itu mendatangi kafe tersebut, setelah hampir seharian mereka menghabiskan waktu bersama di Mall PIK Avenue. Kafe yang main course-nya adalah chocolate, coffee, dan ice cream. Kafe tersebut juga letaknya lebih dekat ke arah rumah Syauqi, sedangkan untuk Zidan dan Evan jaraknya lumayan jauh. By mouth to mouth, katanya, kafe tersebut menunya enak-enak, sehingga mereka juga merasa harus ikut mencoba makanan kafe itu ke dalam mulut mereka. Syauqi, Zidan, dan Evan mulai bertemu saat ketiganya dipertemukan dalam kelas yang sama. Kebetulan Syauqi duduk dengan Evan, sedangkan Zidan duduk di depan mereka berdua. Syauqi dan Evan awalnya mendekati Zidan karena mereka berdua penasaran. Zidan yang lebih suka menghabiskan waktu istirahatnya dengan membaca buku di kelas, pendiam dan tak banyak ngobrol, membuat mereka jadi merasa tertantang untuk mengajak Zidan berteman. Lama-kelamaan, akhirnya Zidan bisa menerima karakter Evan dan Syauqi yang banyak bertolak belakang dengannya saat mereka kelas 2 SMP. Hingga kenaikan kelas 3 SMP, mereka mengikrarkan persahabatan mereka bertiga. Beranjak memasuki masa SMA, Syauqi dan Evan selalu menjadi teman sebangku, sedangkan Zidan selalu duduk di depan mereka berdua. Alasannya adalah, Zidan yang paling pintar di antara mereka bertiga sehingga akan tidak adil jika salah satu dari mereka harus duduk bersama Zidan. Zidan juga memiliki kesukaan yang cenderung banyak berbeda jika dibandingkan Evan dan Syauqi yang rata-rata memiliki kesukaan yang sama. Dalam karakter, Zidan juga memiliki karakter yang berbanding terbalik dengan Syauqi dan Evan. Zidan memiliki sifat kalem, jarang berbicara, lebih dewasa dan sedikit serius. Zidan lah yang berperan menjadi penengah jika berada di antara Syauqi dan Evan. Karena kedua sahabatnya itu sering sekali terlibat adu mulut dan cekcok karena hal yang kecil sekalipun. Hal lainnya yang memperlihatkan perbedaan Zidan dengan Syauqi dan Evan adalah, Zidan aktif di kegiataan OSIS sekolah, hingga laki-laki itu berhasil menjabat sebagai ketua OSIS. Selain itu Zidan juga aktif di kegiatan keagamaan di sekolahnya seperti eksul rohis yang di sana ia diamanahkan sebagai ketuanya. Karakter Zidan yang kalem dan tak banyak macam-macam, membuat Zidan semakin disenangi oleh guru-guru maupun teman-teman 1 sekolahya. Zidan juga pintar dan aktif mengikuti perlombaan baik yang di dalam sekolah maupun yang diadakan di luar sekolah. Sedangkan Evan dan Syauqi, mereka berdua memiliki sifat yang hampir sama. Berjiwa bebas, ceria, dan sangat pandai bergaul dibandingkan dengan Zidan yang pendiam dan hanya bisa akrab dengan orang-orang tertentu saja. Syauqi dan Evan sebenarnya juga termasuk siswa yang pintar, karena buktinya mereka bisa sama-sama diterima di sekolah favorit bersama dengan Zidan, ya walaupun tidak termasuk ke dalam siswa kelas favorit. Karakter lain yang dapat dibedakan antara Syauqi dan Evan adalah masalah prinsip. Syauqi cenderung memiliki prinsip kuat yang sulit untuk diganggu gugat. Ketika ia sudah mengatakan A maka A, B maka B. Di tengah jalan, ia tidak akan mudah mengatakan A menjadi B, atau sebaliknya. Sedangkan Evan, laki-laki itu bisa merubah prinsip ketika ada hal lain yang turut andil dalam proses pengambilan keputusannya. Jika Zidan menyukai organisasi, maka Syauqi dan Evan sangat menyukai kegiatan olahraga. Mereka aktif tergabung ke dalam klub basket sekolah, dan beberapa kali memenangkan keajuaraan perlombaan. Semua jenis olahraga, pasti mereka berdua sukai. Berbeda dengan Zidan yang hanya menyukai olahraga jogging saja. Walaupun Syauqi dan Evan menyukai kebebasan, mereka berdua bukanlah termasuk ke dalam golongan murid yang berandalan, menentang guru atau cabut dari sekolah. Syauqi dan Evan tetaplah punya pikiran lurus untuk tetap belajar, walaupun tak sekali dua kali saja mereka kena hukuman guru, karena mereka berdua paling tidak suka yang namanya potongan rambut cepak. Mereka pasti selalu menyisakan rambut sekitar 2 cm di atas peraturan yang diberikan sekolah ketika mereka berada di Asgar. Bagaimana dalam hal perempuan? Dalam konteks perempuan, mereka bertiga tidak banyak berbeda. Evan hanya pernah pacaran 1x saat masa SMA, itu pun Evan kapok karena ia di selingkuhi oleh pacarnya yang ternyata menjalin hubungan dengan kakak kelasnya. Sedangkan Syauqi dan Zidan tidak pernah pacara seumur hidupnya. Kalau Zidan memang memiliki prinsip untuk tidak pacaran sampai ia bertemu perempuan yang mau ia nikahi, sedangan Syauqi merasa tidak pernah tertarik dengan hal yang seperti itu. Saat ini, Syauqi dan kedua sahabatnya juga kuliah di Universitas yang sama, yaitu Universitas Tunggal. Salah satu Universitas yang bergengsi bertempat di Jakarta Pusat. Jika sebelumnya mereka bertiga selalu memilih pilihan yang sama, maka kali ini mereka mengambil jurusan yang benar-benar sesuai dengan minat dan pilihan hati mereka. Syauqi memilih jurusab ilmu ekonomi, sedangkan Zidan dan Evan sama-sama memilih Ilmu Komunikasi. Awalnya Syauqi jadi kesal sendiri, karena ternyata hanya ia yang memilih jurusan berbeda. Tapi lama kelamaan ia nyaman dengan pilihannya, dan tetap bisa dekat dengan 2 sahabatnya karena bagaimanapun mereka tetap satu kampus, dan hanya gedung fakultasnya saja yang berbeda. “Pesanan atas nama Syauqi,” Seorang pelayan laki-laki menghampiri meja mereka dengan menurunkan satu persatu pesanan yang sudah Syauqi pesan. “Wow!” seru Evan. “Makasih mas,” ucap Zidan. Mereka bertiga langsung menyantap hidangan yang telah terdia di meja. Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat lidah di dalam mulut mereka meleleh. “Enak, coi!” seru Evan saat ia mencicipi choco lava. Syauqi dan Zidan kompak mengangguk saat mereka ikut mencicipi choco lava-nya. Seolah anggukan mereka itu sudah cukup mewakili rasa enak yang mereka rasakan. "Eh Van, presentasi tugas besok udah ente lanjutin belom?" tanya Zidan pada Evan setelah mereka sejak tadi fokus dengan makanannya masing-masing. Evan sontak membanting sendoknya hingga menimbulkan dentingan. "Ya Allah Dan! Lupa banget gue, serius." Zidan menghela napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. "Vani mah sengaja, Dan. Dia kan emang anaknya males ngerjain tugas." Ujar Syauqi dengan menggelengkan kepalanya. Seolah yang dilakukan Evan membuatnya malu dan tak menyangka. "Kampret lo manggil gue Vani!" kesal Evan dengan menjitak kepala Syauqi. Tawa Syauqi dan Zidan kompak menghambur. Syauqi memang suka jail dengan memanggil Evan dengan nama lain 'Vani'. Evan mendengus dan menatap datar pada Zidab yang malah ikut ketawa. "Kebanyakan temenan sama Syauqi nih orang," Bukannya ikut kesal dan marah karena secara tidak sadar Evan malah balik menyindirnya, tapi Syauqi malah semakin ngakak karena berhasil membuat Evan marah. Jika Evan mengatainya, itu tandanya Evan memang sudah kesal karenanya. "Udah-udah. Lanjut lagi makannya," perintah Zidan setelah berhenti tertawa. Syauqi mengangguk dan menepis ujung matanya yang menangis karena terlalu banyak tertawa. "Sekali lagi lo panggil gue Vani, gue botakin rambut lo!" "Bleeee!" ledek Syauqi dengan memeletkan lidahnya pada Evan. "Ish!!" Evan siap mengangkat sendoknya, dan berniat melayangkannya ke kepala Syauqi, tapi dicegah oleh Zidan. "Sabar Van, sabar." ucap Zidan dengan terkekeh  geli bersama dengan Syauqi. "Tau nih, emosian banget kakak. Makanya kerjain kalau ada tugas dari pak dosen, jangan sibuk ngegalau aja tiap hari." Evan menggeram kesal dengan memutar bola matanya malas untuk Syauqi. Ia mencoba mengabaikan Syauqi, dan lebih memilih bicara dengan Zidan. "Gue kerjain langsung pas sampe rumah, Dan. Tenang aja, lo cukup baca lagi makalah kita buat bahan presentasi kita besok." "Gak usah lo suruh juga Zidan pasti banyak baca." sela Syauqi sebelum Zidan menanggapi Evan. "Justru yang harus disuruh banyak belajar itu, lo." Syauqi mengangkat suapan ketiganya ke dalam mulut, namun terhenti di dalam mulutnya saat melihat perempuan berkerudung hitam itu berdiri. Syauqi menelan gugup salivanya. Wajah perempuan itu semakin jelas terlihat oleh Syauqi. Dan, mata perempuan itu tak sengaja bertemu pandang dengan Syauqi. Baru sedetik, Syauqi langsung mengalihkan pandangannya kepada Evan karena terkejut. Syauqi tak menyangka bahwa perempuan itu akan juga menatapnya. Syauqi bahkan tidak sadar sejak kapan ia menahan napasnya. “Hahh," hela panjang napas Syauqi. Evan dan Zidan kompak mengangkat kepalanya dan menatap Syauqi. “Kenapa?” tanya mereka berdua dengan pertanyaan yang sama. Syauqi menjawabnya dengan gelengan kepalanya. Ia kembali menunduk, dan menyeruput machiato miliknya. Perempuan itu telah pergi bersama dengan anak kecil yang sejak awal bersamanya. Entah siapa perempuan dengan wajah yang cantik, putih, dan meneduhkan itu. Melihat wajah perempuan itu jadi membuat Syauqi mengingat seseorang. Seseorang yang hingga kini menjadi alasan hatinya sakit.  *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD