Flashback
Jam baru saja menunjukkan pukul delapan pagi, dan Raya baru saja terbangun dari tidurnya. Semalaman ia tidak bisa tidur karna menunggu kabar seseorang.
Bibirnya menyunggingkan senyum indah, saat tahu ada sebuah nama di salah satu notifikasi di ponselnya.
Bapak Abimayu: Aku baru keluar kelas. Nanti aku hub lagi!
Hanya kalimat itu, sudah membuat Raya kesenangan. LDR memang tidak mengenakkan, apalagi LDR sampai sejauh Raya dan Bima, Indonesia dengan Italia.
Raya juga masih tidak mengerti kenapa Bima tiba-tiba memilih untuk melanjutkan studynya disana. Padahal mereka sudah menghabiskan kuliah satu semester bersama-sama.
Jika bukan karna Bima, Raya mungkin tidak akan mau melanjutkan studynya dan lebih memilih bekerja.
Namun, karna rayuan maut Bima, Raya mau tidak mau mengikuti kata pria itu. Tapi sayangnya, di saat memasuki semester dua, Bima tiba-tiba mengatakam bahwa ia harus melanjutkan studynya di Italia.
Itu menjadi perdebatan yang hebat untuk mereka berdua. Dan menjadi satu-satunya pertengkaran mereka, setelah menjalin hubungan satu setengah tahun.
Jika mengingat saat-saat Raya mengatakan ingin melanjutkan studynya yang khusus untuk balapan di luar negeri, Bima menolak keras. Namun saat Bima mengatakan akan melanjutkan studynya ke Italia dengan tiba-tiba, dan Raya menolak keras, Bima justru membentak Raya dan mengatakan pada gadis itu, bahwa Raya tidak memiliki hak atas masa depannya.
Raya jelas sakit hati. Bima mengatakan ia tidak memiliki hak atas masa depannya? Apa kabar dengan hubungan mereka yang terikat di cincin yang Bima berikan? Apa maksud laki-laki itu bahwa Raya bukanlah masa depannya nanti, atau ia memang tidak pernah menganggap hubungannya dengan Raya akan menjadi masa depannya kelak?
Bahkan dengan bajingannya, Bima baru meminta maaf kepadanya, saat laki-laki itu sudah berada di Italia. Pergi tanpa mengabarkan keberangkatannya kepada Raya.
Raya mengumpat dalam hati karna tiba-tiba teringat akan kenangan sumber awal keretakkan hubungannya dengan Bima.
Mendesah, Raya kembali mengumpat. Kepulangan Bima ke Indonesia setelah sekian tahun berlalu, jelas menjadi hal buruk untuk Raya.
Kepulangan Bima ke Indonesia membuat Raya kembali teringat akan perlakuan dan sifat kasar Bima. Dan sekarang Raya bersumpah dalam hati, bahwa ia tidak akan melepaskan Bima. Ia akan kembali menjadi Raya bengis, yang akan menyiksa orang-orang yang berhianat dengannya.
Meremukkan gelas kertas kopinya, Raya memandang depannya dengan kosong.
Hidup Raya sekarang sedang memasuki fase bosan hidup, tapi enggak mau mati. Dan kedatangan Bima kembali akan ia manfaatkan untuk menghibur dirinya.
"Raya, my Babe!!" panggil seseorang dari arah belakang tubuhnya.
Berbalik, Raya mendapati Arga baru saja memasuki kantin. Tangannya terlentang seperti meminta Raya masuk kedalam pelukannya.
"Lo gak mau di peluk orang ganteng?" tanyanya tidak percaya, saat Raya hanya diam saja.
"Ganteng lo dari mana?" tanya Raya heran.
"Dari hasil produksi mami dan papi gue dong" jawabnya, yang langsung duduk tepat di depan gadis itu.
Pada dasarnya, tetangga depan rumahnya ini, memang memiliki wajah yang luar biasa. Apalagi ada beberapa darah campuran, yang membuat gen Arga menjadi bagus.
Namun Arga salah menanyakan hal itu. Ia dan Arga sudah berteman dari mereka kecil, dari umur delapan bulan. Bahkan mereka dulu sering mandi bersama hingga umur sebelas tahun.
Jelas pertemanan mereka dari kecil membuat Raya tahu segala hal tentang Arga, begitu juga sebaliknya. Dan Raya bahkan tidak pernah memandang Arga sebagai laki-laki. Ketertarikannya kepada Arga sudah lama hilang, sehingga membuatnya tidak ikut terpesona saat laki-laki itu memasuki ruangan.
"Lo udah pesan makanan?" tanya Arga.
Raya menggeleng. Ia menunjuk kearah gelas kopi yang sudah ia remukkan tadi.
"Gue mana punya uang buat makan" jawabnya.
Arga berdecak. Laki-laki itu melipat tangannya, dan memandang Raya dengan serius.
"Lo itu kayaknya satu-satunya orang kaya yang gue temuin, tapi hidupnya lebih sederhana dari pada pemulung" ucap Arga serius.
Ia sedikit heran dengan gadis itu. Mana mungkin papanya yang sekaya itu tidak memberikan uang saku. Sedangkan setaunya, Raga saudara kembar gadis yang berada di Jogja saja tinggal dengan penuh kelimpahan. Tapi Raya yang di depannya jelas terlihat seperti orang susah, yang suka memalak uangnya maupun uang mas Zo, yang merupakan pengawal pribadi gadis itu.
"Ya emang! Kan gue tiap pagi emang mulung" jawab gadis itu santai.
Orang seperti Raya ini memang enaknya di toyor. Jawaban gadis itu gak pernah ada yang serius.
"Buruan dah cari pacar, biar ada ATM berjalan lo" perintah Arga kesal.
Di kampus mereka, Raya memang terkenal sebagai gadis material, yang hanya mau menjalin hubungam dengan orang yang punya banyak uang.
Dan semenjak ia putus dengan Bima, Raya bahkan sudah memiliki dua belas mantan pacar, yang umurnya dari 30 hingga 25 tahun. Bahkan salah satu dua belas orang itu merupakan dosen muda di kampus mereka. Kecantikan Raya memang tidak pernah habisnya, jika menyangkut mengenai menggaet laki-laki.
Tidak ada yang tahu akan hal itu, termasuk mas Zo. Hanya Arga satu-satunya orang yang di percayai Raya.
Jadi omong kosong bahwa Raya terpukul dengan putusnya hubungannya dengan Bima. Buktinya, gadis itu terlihat menikmati hubungannya dengan pacar-pacar gadis itu. Arga seakan melihat Raya semasa SMA jadinya.
"Lagi males pacaran Ga" jawab gadis itu.
Arga hanya menaikan salah satu alisnya. "Yakin malas pacaran? Bukan karna mau nungguin Bima?" tanya laki-laki itu.
Raya tertawa. "Gila lo! Mana pernah sejarahnya gue balikan sama mantan. Lo kira gue keledai, yang bakal mengulangi kesalahan yang sama" jawab gadis itu santai.
"Kalau gitu, coba terima Heri" ucap Arga menawarkan temannya.
Pasalnya, Heri adalah teman Arga yang sudah suka gadis itu dari semenjak semester satu. Dan sudah berkali-kali Heri mengungkapkan perasaanya kepada Raya.
Gadis itu terlihat menggeleng, menolak permintaan Arga.
"Jangan sok jual mahal lo Ray. Heri juga orang kaya" kesal Arga.
Kali ini Raya mengangguk, terima akan jawaban laki-laki itu.
"Gue kan jelek, jelaslah jual mahal. Kalau cantik, udah jual diri aku" jawab gadis itu santai.
Jika tadi Arga hanya berniat memberikan toyoran ke kepala gadis itu, maka kali ini ia benar-benar melakukannya. Ia benar-benar kesal dengan jawaban gadis itu.
Sedangkan sang tersangka hanya tertawa terbahak-bahak. Sama sekali tidak merasa kesakitan menerima toyoran dari Arga.
"Iya-iya maaf. Kalau lo gak mau maafin, biar kita ribut aja disini b*****t" ucap gadis itu nyengir.
Arga sakit kepala. Menghadapi Raya benar-benar membutuhkan tenaga dan kesabaran yang ekstra.
Jadi yang bisa Arga lakukan saat ini hanyalah meminting kepala gadis itu, sampai Raya memohon ampun untuk di lepaskan.
Namun sebuah panggilan dari arah belakang mereka membuat ia dan Raya tertegun. Arga bahkan bisa merasakan tubuh Raya yang membeku.
Bima.
Laki-laki itu berdiri tepat di belakang mereka, menatap kearah Arga dengan tampang ingin membunuh orang.
Jelas ada yang salah disini.