Bab 8 - Lamaran Konyol

1265 Words
“Deni memang bungsu dari empat bersaudara. Ketiga kakaknya sudah memiliki anak yang semuanya menjadi cucu kesayangan Ibu. Meskipun sudah punya beberapa cucu dari anak Ibu yang lain … apa Ibu tidak boleh mengharapkan cucu dari putra bungsu Ibu juga?” tanya Maysara, ibu dari Deni. Saat Maysara mengajak Evrina makan siang bersama, sebetulnya Evrina sudah menduga akan begini. Mertuanya hampir selalu membahas tentang cucu yang belum juga ia dan suaminya berikan. Padahal sudah tiga tahun usia pernikahan mereka. “Ibu tidak salah. Ibu tentu boleh mengharapkan cucu dari pernikahanku dengan Mas Deni,” jawab Evrina ramah dan berusaha tidak terlihat tertekan. “Ibu tahu anak itu anugerah yang Tuhan berikan. Ada yang diberi langsung tepat setelah pernikahan, ada yang satu tahun kosong dulu, ada yang menunggu sampai tiga, lima, sembilan bahkan dua puluh tahun untuk memiliki anak. Masalahnya Ibu tidak bisa menunggu lama mengingat usia Ibu sudah tidak muda lagi. Jadi, bisakah kamu lebih berusaha untuk melahirkan anak Deni? Ibu ingin kamu segera hamil,” kata Maysara lagi. “Terserah kalau kamu menganggap Ibu terlalu menuntut. Bagi Ibu, tiga tahun adalah waktu yang tidak sebentar untuk menunggu kalian memberikan cucu. Ibu harus menunggu berapa tahun lagi?” Evrina hanya menunduk. “Setidaknya kalian harus sama-sama ke dokter supaya tahu apa masalahnya. Kenapa sampai sekarang kalian belum juga diberikan keturunan.” “Maaf Bu, aku dan Mas Deni udah pernah ke dokter untuk memastikan. Di antara kami tidak ada masalah apa pun. Kami berdua sama-sama sehat.” “Lalu kenapa kamu tidak kunjung hamil, Evrina? Atau jangan-jangan kamu tidak mau hamil karena takut mengganggu aktivitas kamu sebagai penulis skenario sinetron yang paling banyak ditonton masyarakat? Kamu pikir itu membanggakan? Bagi Ibu, sinetron tidak penting. Ibu hanya ingin kamu hamil.” “Bukan begitu, Bu.” “Ngaku saja, kamu terlalu sibuk ngurusin sinetron yang kejar tayang, kan? Jadi mana sempat melayani Deni di ranjang.” Evrina pikir Maysara sudah keterlaluan. Mertua tidak berhak mengatur urusan ranjang anak dan menantunya. Selain tidak sopan, itu juga seperti tidak beretika. Sayangnya Evrina tidak terbiasa melawan sehingga hanya diam. Padahal mertuanya itu tidak tahu apa-apa, tapi malah berbicara seolah yang paling tahu segalanya. “Ibu….” “Saya belum selesai bicara,” potong Maysara. “Cobalah bayi tabung, siapa tahu aja berhasil.” “Aku akan bicarakan saran dari Ibu pada Mas Deni.” “Ibu tunggu kabar baiknya. Tapi jangan jadikan beban, ya. Wanita tua ini hanya sangat mengharapkan cucu dari anak bungsunya. Maaf kalau sikap Ibu membuatmu kurang nyaman,” pungkas Maysara. *** Meskipun Gavin adalah bosnya yang menyebalkan dan tak jarang menjadikannya babu, tapi Naily menerima permintaan pria itu untuk menjadi pacar pura-puranya di hadapan Fiona dan Deni. Naily melakukan itu bukan semata-mata karena uang atau ingin mempercepat kontrak kerjanya. Jujur saja, Naily bersedia melakukan itu terutama sebagai rasa terima kasihnya karena Gavin sudah menyelamatkan hidupnya setahun lalu. Namun, sekarang hubungan mereka malah seperti ini. Gavin yang tukang selingkuh, malah menyatakan perasaannya pada Naily dengan cara unik dan tak biasa, padahal beberapa hari lagi pria itu akan menikah dengan Fiona. Bukankah ini gila? "Kenapa Bos mencium aku tanpa izin?" "Kalau izin, kamu pasti menolak," balas Gavin tanpa merasa berdosa. "Ah, atau bisa jadi kamu bakalan pura-pura menolak karena gengsi." "Apa Bos bilang? Bos cari mati?" "Begini nih, kalau asisten udah seperti teman sendiri. Berani bilang ke bosnya cari mati." "Bos, kenapa Bos berani nyium aku? Itu udah masuk ranah pelecehan." "Aku lagi menggoda kamu, Ly. Aku serius." "Aku nggak mau digoda," kata Naily. "Tapi kenapa kamu nggak menolak? Kamu malah menikmatinya. Jadi ini bukan termasuk pelecehan ya, Ly." Sial. Apa yang Gavin ucapkan memang benar bahwa Naily malah terkesima sehingga membiarkan bosnya itu terus mencium bibirnya hingga usai. Tanpa penolakan dan tanpa adanya rasa keberatan. "Bisa-bisanya Bos menggodaku." "Memangnya tidak boleh?" "Jelas tidak boleh. Apalagi aku udah tahu Bos gimana,” jawab Naily. “Setelah banyak perempuan yang Bos pacari dan selingkuhi di depan mataku sendiri … lucunya sekarang Bos terang-terangan bilang sedang menggodaku. Itu absurd, Bos.” “Ly, karena kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri tentang kisah asmaraku dengan banyak perempuan, seharusnya kamu bisa menilai atau setidaknya memperhatikan kalau selama ini para perempuanlah yang mendekati aku duluan. Merekalah yang menggodaku lebih dulu. Sedangkan kamu … sejak awal menjadi asistenku, kamu sama sekali tidak pernah menunjukkan gelagat yang biasa perempuan perlihatkan padaku. Kamu belum pernah menggodaku, untuk itu aku memutuskan menggodamu lebih dulu,” jelas Gavin. “Aku tidak bohong, Ly. Aku serius.” “Ingat Bos, sebentar lagi Bos akan menikah. Tolong jangan begini. Kita hanyalah bos dan asisten, tidak lebih.” “Aku memang sebentar lagi menikah, tapi itu hanyalah pernikahan kontrak. Kamu tahu sendiri.” “Kita pun cuma pacaran bohongan demi pernikahan kontrak tersebut, jadi jangan aneh-aneh apalagi sampai berbuat lebih. Aku anggap barusan itu terakhir kalinya Bos menciumku. Aku tidak akan tinggal diam kalau sampai Bos begitu lagi,” ancam Naily. “Naily Swastika Maharani dengar … aku serius menggodamu. Bukan menggoda biasa, tapi menggoda ke tahap serius. Aku ingin kamu tergoda untuk menjadi istriku. Lebih tepatnya nanti setelah kontrak pernikahan antara aku dan Fiona selesai ... kita akan menikah sungguhan.” “Bos pasti gila.” Naily menggeleng tak habis pikir. “Masalahnya Bos tidak pernah begini sebelumnya. Kenapa mendadak menggodaku apalagi sampai mengajakku menikah? Sumpah demi apa pun aku merasa itu sangat tidak masuk akal.” Haruskah Gavin mengakui kalau dirinya sudah tertarik pada Naily sejak awal? Lebih tepatnya pada pandangan pertama. Itu sebabnya Gavin melakukan hal yang sebetulnya tidak masuk akal untuk ukuran orang yang baru bertemu. Bagaimana tidak, Gavin bukan hanya menjadikan Naily sebagai asistennya, tapi juga melunasi utang Naily yang jumlahnya fantastis, memberikan apartemen untuk wanita itu tinggali, gaji yang besar, ponsel mahal, mobil mewah dan masih banyak lagi yang mustahil bisa disebutkan satu per satu. Selama ini Gavin terlalu gengsi untuk mengakuinya, terlebih Naily seolah tak pernah menunjukkan ketertarikan padanya seperti wanita kebanyakan. Selain itu, Gavin masih antara yakin tidak yakin dengan perasaannya sehingga tetap menjadi playboy dan tidak sungkan menunjukkan berbagai keburukan yang ada pada dirinya. Gavin bahkan menjadikan Naily bak babu. Mungkin itu sebabnya Naily tidak pernah menyadari betapa Gavin tertarik padanya. Itu pula yang menjadi sebab Naily akan sulit memercayai perkataan Gavin. “Siapa pun pasti berpikir Bos sedang membual, dan sebagai asisten … aku tidak boleh baper dengan kata-kata manis yang masih dipertanyakan keasliannya.” “Sebelumnya aku masih ragu apakah aku benar-benar menyukaimu, makanya aku baru bilang sekarang setelah memendamnya hampir satu tahun.” “Sebelumnya ragu? Berarti sekarang tiba-tiba yakin ya, Bos? Wah, keren ya.” “Sejak ciuman pertama kita di hadapan Fiona dan Deni … tepatnya semenjak saat itu aku semakin yakin dengan perasaanku. Itu sebabnya aku memberanikan diri untuk menggodamu,” jelas Gavin. Naily terdiam, haruskah ia memercayai ucapan pria tukang selingkuh yang satu tahun ini menjadi bosnya? “Aku serius, Ly. Jadi tunggu aku sebentar aja dan jadilah istriku satu tahun lagi. Saat pernikahan kontrakku dengan Fiona resmi berakhir lalu kami bercerai.” Gavin berbicara lagi, “Saat hari itu tiba … kita akan menikah dan hidup bahagia selamanya.” Lamaran konyol macam apa itu? Naily diajak menikah oleh bosnya yang bahkan baru akan menikahi wanita lain beberapa hari lagi. Lamaran yang tidak ada romantis-romantisnya sama sekali yakni di parkiran sebuah restoran. Namun masalahnya satu. Anehnya, Naily justru percaya dan ia tidak keberatan dengan hal itu. Naily malah diam seolah mengiyakan bahwa mereka akan menikah satu tahun yang akan datang. Dasar tukang selingkuh yang sialnya sangat tampan! “Berani-beraninya Bos menggodaku,” batin Naily. Jujur, Naily mulai tergoda. Bukankah Naily mulai tidak waras?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD