12. Dealing With The Devil

1157 Words
MARRIAGE AGREEMENT ARES & ARJANI   1.      Bersikap selayaknya suami istri normal di depan umum. 2.      Wajib bicara menggunakan aku-kamu. Tidak boleh saya-kamu atau gue-lo. 3.      Jani wajib mendampingi Ares ketika dibutuhkan untuk pergi ke suatu acara. Dengan syarat Ares harus memberi tahu minimal h-1. 4.      Tidak mencampuri urusan masing-masing dan saling menjaga privacy. 5.      Tidak menyakiti satu sama lain. 6.      Jika ingin berhubungan dengan orang lain diperbolehkan dengan syarat TIDAK BOLEH SAMPAI DIKETAHUI ORANG LAIN. Lebih disarankan untuk tidak dilakukan. 7.      Untuk kebutuhan rumah tangga semua ditanggung oleh Ares. Termasuk make up dan pakaian yang digunakan demi keperluan untuk mendampingi Ares. Selain itu, semuanya ditanggung sendiri. Tetapi Jani diperbolehkan meminta sesuatu dan Ares akan mempertimbangkannya. 8.      Perjanjian ini hanya boleh diketahui oleh Jani dan Ares. 9.      Jika ada yang ingin diubah dan ditambahkan harus sesuai persetujuan kedua belah pihak.   Jani menatap perjanjian yang ditulis Ares dengan sangat cepat itu. Dahinya mengerut, mencoba memahami satu persatu nomornya. “Saya—”   “Eits!” Ares mengangkat satu jari telunjuknya ke arah Jani dan menggerakkannya ke kiri dan kanan. “Rules nomer dua, nggak boleh pakai saya-kamu atau gue-lo lagi. I’m trying here, so you better do it too.”   Jani menghela napas. “Iya, maksud aku… perjanjian nomor enam,” Jani berkata dengan ragu. “Maksudnya bagaimana?” tanyanya tidak yakin. Sesungguhnya Jani memahami maksud isi perjanjian nomor enam tersebut tetapi yang Jani tidak paham, kenapa Ares harus membuat perjanjian seperti itu di dalam pernikahan mereka?   “Oh… ya seperti yang tertulis jelas di sana. Kita bebas mau berhubungan dengan siapa saja karena ini mengacu ke rules nomor empat, tidak mencampuri urusan masing-masing, jadi aku nggak bakal ikut campur soal kamu dan kamu juga sebaliknya.”   “Aku mengerti maksudnya, tapi yang aku tidak mengerti…why?” Jani menatap Ares serius saat ini. Well, Jani memang selalu serius hampir di setiap saat sih, tetapi tatapan Jani saat ini lebih serius dibanding mode serius Jani yang biasanya. “Kenapa kita harus berhubungan dengan orang lain lagi? Kita kan sudah menikah…”   “By force… paksaan Jani, kalau-kalau kamu lupa.”   “Kita tidak dipaksa, kamu yang tidak berani menolak.”   “Jani, gue—aku nggak mau debat sama kamu, ya. Kita sekarang udah nikah dan stop untuk terus mengulang gue yang nggak bisa menolak pernikahan ini karena lo juga melakukan hal yang sama.” Ares menatap Jani sama seriusnya dengan perempuan yang hari itu mengenakan blouse berwarna blue pastel. “Dan soal kenapa gue input ini ke perjanjian kita karena gue laki-laki yang punya kebutuhan, Jani. I’m sexually active, so I need to have s*x at least twice a month.”   Jani berkedip, mencoba memahami setiap ucapan Ares. Lagi-lagi, Jani jelas mengerti apa maksudnya tetapi logika Jani menolak mengerti apa tujuan Ares. “Kamu bisa lakuin itu sama aku…”   Gerakan tangan Ares yang semula berada di atas mouse berhenti bergerak. Ucapan Jani membawa Ares kepada kejadian semalam. Saat di mana Ares hampir saja kehilangan kewarasannya hanya karena aroma tubuh Jani yang wangi. Bagaimana Ares tidak bisa menahan diri untuk mengecupi seluruh leher Jani hingga berakhir lelaki itu merasakan dirinya menginginkan Jani. Sampai kemudian Jani menitikkan air matanya. Kepala lelaki itu sontak menggeleng dengan gerakan terlalu berlebihan. “Nggak! Nggak ada!”   Jani menatap Ares bingung, tetapi ekspresinya terlalu datar untuk seseorang yang tengah menyatakan keheranannya. “Apanya yang tidak ada?”   “Akhlak lo!” Ares menjawab asal. Lelaki itu lalu mengalihkan pandangannya dari Jani dan kembali ke layar komputer. “Udah deh anggap aja sementara masa uji coba dulu kita pakai kontrak ini, nanti kalau memang nggak berjalan lancar kita revisi setelah sesi evaluasi. Evaluasinya tiga bulan sekali, deal?”   Jani menggeleng. “Satu minggu sekali,” tawarnya.   “Lo pikir ini kita lagi sesi tawar-menawar? No, tiga bulan sekali!”   “Aku tidak mau tanda tangan kalau begitu.”   Ares menatap Jani tidak percaya. Ternya perempuan yang kelihatan polos dan kaku seperti kertas HVS baru ini bisa keras kepala kalau dia ingin. Sebulan sekali, final.”   “Dua minggu sekali.”   “Arggh!” Ares mengacak rambutnya gemas. Rasanya ingin ia raup kedua pipi Jani dengan tangannya dan ia remas kedua pipi itu hingga siempunya mengaduh. Tetapi tentu saja Ares masih bisa mengontrol dirinya, masa belum apa-apa sudah ada kasus kdrt di pernikahan mereka, kan tidak lucu. “Fine! Dua minggu sekali, let’s talk and discuss our agreement kalau-kalau ada yang harus diubah atau ditambah.” Ares lalu menambahkan detail tanggan dan keterangan tambahan tentang ketentuan perjanjian mereka.   “Apa kamu akan membuat perjanjian ini legal?”   “Tentu saja nggak.” Ares menjawab dengan tangannya yang masih fokus mengetik. “Keluarga dan managementku punya legal team sendiri dan aku nggak bisa ambil risiko buat pakai sembarang orang. Dan mereka pasti bakalan tahu kalau aku berurusan dengan lawyer di luar itu.”   “Suami kakak sepupuku lawyer, mau minta bantuannya?”   Ares memutar kepalanya ke arah Jani dan memasang ekspresi berbinar, hanya sesaat karena setelah itu ekspresi Ares berubah menjadi mengejek. “Wah tawaran bagus Jani, sekalian juga kamu kasih tahu orang tuamu saja kalau begitu soal perjanjian kita!”   “Gini deh, aku tahu kamu ragu sama aku apalagi setelah aku gangguin kamu sejak awal pertemuan kita. Tapi Jani, I’m a man with words, aku bertaruh dan bersumpah di atas nama Eyangti biar kamu percaya seberapa seriusnya aku sama agreement ini.” Ares lalu menekan pilihan print di layar yang segera disusul oleh suara mesin print putih di sebelah komputer yang mulai bekerja melakukan tugasnya.   Dalam hitungan detik, dua lembar kertas berisikan perjanjian pernikahan antara Jani dan Ares pun selesai dicetak. Dan tanda tangan keduanya akan menjadi step terakhir dari perjanjian illegal tersebut.   “Apa kamu mau kita sekalian pakai cap darah biar kamu percaya kalau aku nggak bakal ingkar?”   Jani tidak menjawab. Karena jujur, bukan keingkaran yang Jani ragukan dalam perjanjian ini melainkan tujuan utama dari perjanjian ini dibuat. Untuk apa? Apa setidak ingin itukah Ares untuk benar-benar menjadikan pernikahan mereka ini lebih dari sekadar pernikahan yang dijodohkan?   Apa sejak awal keputusan Jani untuk menuruti keinginan kedua orang tuanya memang salah?   “Jani!” Ares mengguncang lengan Jani pelan, menarik perempuan itu dari lamunan singkatnya. “Serius mau kita bikin perjanjian darah?”   Jani menatap Ares dengan tatapan datar khasnya, tetapi perempuan itu menyambar kertas dari tangan Ares dan tanpa banyak bicara langsung membubuhi dua tanda tangan di dua lembar kertas tersebut.   Apa yang terjadi, terjadilah. Untuk mundur sekarang semuanya sudah jelas terlambat.  Jadi Jani memutuskan untuk lagi-lagi menerima bagaimana takdir mengatur hidupnya seolah Jani benar-benar tidak punya kuasa.   It’s okay, Arjani, you’ll be okay. Jani mencoba meyakinkan diri sendiri di dalam hati. Menarik napas dan membuangnya perlahan saat menyerahkan kertas perjanjian itu kepada Ares agar laki-laki itu juga bisa menandatanganinya.   Sekarang yang perlu Jani lakukan adalah kembali menjalani hidupnya seperti sebelum Ares hadir di dalam kehidupannya—tentu saja saat lelaki itu tidak sedang membutuhkannya. Arjani, kamu pasti bisa.   Ares selesai memberikan tanda tangannya, lalu lelaki itu membagi dua kertas tersebut agar Jani dan dirinya memegang masing-masing satu. Ares pun tidak lupa mengulurkan tangannya pada Jani sambil memamerkan senyum dua belas jarinya yang berkilau. Benar-benar sudah cocok untuk model iklas pasta gigi. “Dimohon kerja samanya ya, istri.”   Jani memandang uluran tangan Ares. Tidak tahu apakah menerima jabatan itu sesuatu yang perlu atau tidak tetapi tentu saja Jani yang baik hati itu memilih menerimanya meski sesungguhnya hatinya tidak pernah benar-benar yakin akan keputusannya.   Karena Jani yakin kalau perjanjian dengan iblis ini pasti akan membawanya pada sesuatu yang tidak pernah ia alami sepanjang hidupnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD