Selesai membereskan berkas rapat yang baru saja selesai, Kaivandra menatap jam tangannya lalu berpaling pada Aleeya yang masih duduk manis di sofa. Matanya memperhatikan bagaimana gadis itu terlihat lebih tenang, tapi tetap punya aura kekacauan manis yang selalu bikin segalanya terasa hidup. “Kamu masih ada waktu, Lee?” tanyanya sambil menggantungkan stetoskop di leher. Aleeya langsung bangkit. “Ada dong. Kenapa? Mau traktir es krim?” Kaivandra tersenyum tipis. “Nanti. Sekarang, aku mau kenalin kamu sama pasienku.” “Oh? Yang mana?” tanyanya penasaran. “Namanya Dhiya. Usianya delapan tahun. Dia punya penyakit jantung bawaan dan sekarang sedang menunggu jadwal tindakan selanjutnya. Dhiya itu suka banget gambar dan nonton kartun. Tapi hari ini, dia kelihatan murung.” Aleeya mengangguk s

