6. Ingin menikmatinya

1130 Words
Mega tertunduk menatap kedua tangannya yang bergetar. Si sela jarinya terdapat bercak darah dari sudut bibirnya akibat ulah Yana. Lelaki itu tidak segan menamparnya hanya karena Mega tidak mau melayaninya. Kedatangan Mega ke tempat itu memang akan berakhir dengan menerima segala bentuk pelecehan dari tamu yang sudah membelinya, hanya saja jika melakukan hal tersebut di depan banyak orang dengan situasi tempat yang jauh dari kata layak, Mega tentu saja menolak. Ia memang butuh uang untuk membayar hutang dan jaminannya adalah tubuhnya sendiri hanya melakukan hal-hal di luar nalar yang semakin membuatnya terlihat menyedihkan dan hina, Mega jelas tidak mau. Penolakan Mega berakhir dengan tamparan keras dimana cincin yang digunakan Yana menggores bibir Mega hingga berdarah. Belum hilang rasa sakit dan malu yang dirasakannya, Mega kembali dihadapkan dengan kenyataan baru saat ia bertemu Rei, mantan bosnya. “Sudah berubah pikiran dan tidak akan melawan lagi?” Yana menyeringai penuh kemenangan. “Duduk disini, sayang.” Godanya dengan tatapan penuh nafsu. Dengan perlahan Mega mendekat. Jika sudah seperti ini sekuat apapun ia mempertahankan harga dirinya, ia tidak akan menang. Mega akan habis dipukuli oleh Burhan, Jelita dan Yana. Bahkan mungkin bisa saja mereka membunuhnya tanpa rasa belas kasihan. Jika saja Mega tidak ingat bagaimana nasib Davin, mungkin saat ini ia akan lebih memilih mati dipukuli daripada harus melayani lelaki hidung belang seperti Yana. “Kamu kenal dia?” Tanya Yana, sebab Kemal sempat menyebut nama Mega. “Tidak.” Kemal menggelengkan kepalanya. “Hanya saja dia mirip seseorang yang kukenal, tapi aku yakin beda orang karena wanita yang aku kenal tidak akan menjual dirinya di tempat ini.” Seperti kembali ditampar kenyataan, Mega harus menerima hinaan dari Kemal yang kini tengah menatap remeh ke arahnya. “Barang baru.” Jelita duduk persis di dekat Rei, tujuannya untuk menggoda lelaki itu. Lelaki yang tidak pernah berhasil ditaklukkannya meski sudah menggunakan berbagai cara. “Masih segel,” Bisiknya. Rei tidak bergeming, tatapannya masih tertuju pada Mega. “Tapi nggak yakin,” jelita terkekeh. “Kalau si Burhan berani berbohong, aku akan menghancurkan tempat usahanya.” balas Yana. “Kalau begitu bisa dicoba dulu, Bos. Kalau beneran masih orisinil, Bos harus bayar sesuai kesepakatan.” “Tentu. Aku akan membayar sesuai kondisi barang dan bagaimana cara dia memuaskan ku.” Yana dengan cepat mengecup pipi Mega, satu tangannya menyentuh paha Mega dengan leluasa. Mega mengusap kecupan lelaki itu dengan perlahan. “Tunggu cantik, kita akan menghabiskan malam indah setelah urusanku selesai.” Rei dan Yana berbicara sedikit serius, Mega tahu apa yang dibicarakan keduanya sebab beberapa proyek memang sempat dibahasnya bersama tik utama di Raja Ampat beberapa lalu. Proyek besar yang akan menelan banyak biaya sekaligus investasi yang sangat menggiurkan. Kini Mega hanya bisa diam, bukan lagi menjadi bagian dari tik perencanaan dan arsitek utama Mahendra group, Tapi sebagai salah satu wanita bayaran yang menemani lelaki hidung belang. Beberapa kali Rei menepis tangan Jelita yang hendak menyentuh bagian tubuhnya. Tatapan tajam penuh peringatan terhambat jelas di wajahnya. Rei tidak suka dengan cara Jelita menggodanya. “Tolong diam,” Kemal akhirnya memperingati, agar Rei tidak semakin marah dan bisa saja melampiaskan kekesalannya tanpa terduga. “Rei tidak mau diganggu.” Jelita mendengus, kekecewaan terlihat jelas di wajahnya. “Oke, kerja sama kali ini akan semakin menguntungkan untuk kita berdua. Aku sangat senang bekerja sama denganmu Rei.” Puji Yana sambil mengacungkan gelas minuman. “Tapi maaf, aku tidak bisa berlama-lama. Kami harus segera menuntaskan urusan kami. Tidak apa-apa kan, kami tinggal?” Yana beranjak dari tempat duduknya dengan menarik satu tangan Mega. “Aku yang bayar semuanya, kalian berdua bisa bersenang-senang dulu. Ada banyak pilihan wanita untuk kalian nikmati, tidak perlu takut, aku yang akan membayar semuanya.” Yana tertawa nyaring. “Jangan terlalu kaku, nikmati malam kalian. Oke!” Lelaki gempal itu berlalu sambil menarik Mega bersamanya. Saat Rei menoleh ke arah Mega yang juga tengah menoleh ke arahnya, wanita itu mengatakan sesuatu yang bisa Rei baca dari gerak bibirnya. “Tolong aku.” Tatapan matanya terlihat begitu mengiba dan putus asa, hingga sosok wanita itu hilang di balik pintu. Seharusnya Rei tidak terpengaruh apalagi peduli dengannya, tapi melihat bagaimana Mega memohon dan putus asa, sesuatu dalam hatinya mulai bergejolak. “Siapa dia?” Tanya Rei pada Jelita yang masih setia di sampingnya. “Mega, anak baru. Masih kaku dan jual mahal.” Nada ketus langsung terdengar dari bibir Jelita. “Baru?” Rei menoleh. “Iya. Lebih tepatnya dijual Ayahnya untuk menebus hutang pada Burhan.” Kening Rei mulai mengerut. “Kalau Bos tertarik bisa saja, tapi setelah Bos Yana tentu saja.” Jelita terkekeh. “Aku tidak memakai barang bekas, terutama bekas banyak lelaki.” Tatapan Rei menajamkan dengan seringai yang menakutkan. Perlahan ia mendekat seperti hendak mencium jelita, “Salah satunya kamu,” Bisiknya. Rei lantas beranjak dari tempat duduknya, kepergiannya bukan untuk pulang tapi untuk mencari Mega. “Cari dia sampai ketemu!” Ucapnya dengan tegas. Kemal tidak sempat menanyakan maksud dan tujuan Rei mencari Mega yang sudah jelas-jelas pergi bersama Yana, Kemal juga tidak mau membuang waktunya untuk menanyakan hal yang bisa membuat nyawanya dalam bahaya. Ia hanya mengikuti perintah Rei dan mencari Mega sesegera mungkin. Dari pengalaman yang diketahuinya, kelab selalu menyediakan kamar untuk para tamu yang tidak mau menunggu lebih lama untuk menuntaskan hasrat yang sudah berada di ujung tanduk. Nafsu yang begitu menggebu memang kerap ingin diselesaikan dalam waktu cepat dan tidak akan mempermasalahkan dimana mereka akan menuntaskannya. Termasuk di salah satu kamar yang bisa dibilang sangat tidak layak. Kamar yang hanya memiliki satu ranjang dengan ukuran kecil dan keras itu, kerap menjadi pilihan. Dan hal itu juga yang dilakukan Yana untuk membuktikan perkataan Burhan. Yana tidak mau membuang waktu dan uangnya lebih banyak lagi, ia pun akan segera menuntaskan hasratnya di tempat yang sangat sederhana itu. Rei dan Kemal menyusur pintu i kamar yang berjumlah sepuluh itu, dan saat Rei mendengar rintihan dan tangisan seorang wanita Rei tidak segan membuka pintu yang tidak dikunci itu. Hanya dengan satu tendangan saja, pintu langsung terbuka dimana Rei melihat Mega dalam keadaan menangis dan bagian atas tubuhnya terbuka. Hanya pakaian dalam yang tersisa. Sementara Yana sudah bertelanjang bulat tanpa mengenakan apapun.. “Sialan!” Umpat Yana, saat kesenangannya diganggu, tapi Yana tidak bernai mengumpat lebih brutal lagi setelah melihat lelaki yang datang adalah Rei dan Kevin. “Sorry ganggu, kamu bilang aku boleh pakai wanita mana saja bukan. Dan sepertinya aku ingin dia,” tunjuk Rei pada Mega yang sedang menangis dengan kedua tangannya menutupi tubuh bagian atas. “Rei jangan main-main!” Sentak Yana. “Aku tidak main-main, kamu pasti tahu bagaimana seleraku bukan?” Balas Rei dengan wajah datar seolah tidak terjadi apapun. “Bawa dia, aku ingin menikmatinya.” Ucap Rei, pada Kevin dimana lelaki itu pun langsung mendekati Mega dan menariknya keluar dari dalam kamar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD