Hasrat Meresahkan

1611 Words
Mereka terdiam. Benar-benar terdiam. Memikirkan jawaban apa yang sekiranya pantas untuk mereka berikan jika Wanda bertanya hal itu , dan tiba-tiba Lucky justru tersenyum ke arah Susan saat dia menemukan jawaban atas kecemasan Susan itu. "Aku tau Susan. Aku tau...!" Lucky berseru dengan sorot mata berbinar. "Apa Tuan...?" balas Susan ikut sumringah. "Eeeh bagaimana kalo kita mencobanya saja. Jadi kita bisa mengatakan kebenarannya tanpa harus membuat kebohongan?!" ucap Lucky sambil memainkan kedua alisnya turun naik dan mata Susan langsung melotot sempurna sambil menjauhkan sedikit tubuhnya untuk benar-benar melihat ekspresi Lucky ketika mengatakan hal itu secara absurd. "What....?!" Susan syok, tapi Lucky langsung mengangguk dengan sangat cepat. "Iya. Lagian memang nggak ada salahnya kalau kita mencoba. Ingat kita itu suami istri yang sah Susan, dan...!" "Enggak. Susan gak setuju," tolak Susan dengan sangat cepat. "Apaan lah. Kan kemarin Tuan udah janji jika Tuan tidak akan melakukan itu, lalu sekarang apa? Apa Tuan ingin mengingkari janji Tuan. Lagian Susan takut. Punya Tuan itu gede, pasti...." Suara Susan tertahan di tenggorokan karena Lucky sudah lebih dulu membekap mulut itu dengan telapak tangan besarnya sebelum Susan benar-benar mengeluarkan kata-kata absurd yang tidak bisa disaring itu lalu mengatakan fakta bahwasanya miliknya memang terlalu gede untuk ukuran tubuh Susan yang sangat mini. "Hussst. Kamu ini apa-apa sih. Kalo ngomong itu pelan-pelan kenapa. Entar kedengaran sama Mama!" ucap Lucky , tapi Susan justru menggeleng berkali-kali karena perasaan takut yang tiba-tiba kembali menghantuinya. "Tapi Tuan...!" Susan. "Aku kan cuman bilang bagaimana kalau kita melakukan itu! Aku tidak bilang jika kita harus melakukan itu! Kalau kamu tidak setuju ya tinggal bilang tidak, jangan pakai bahasa milikku yang gede!" ucap Lucky. Susan terlihat menangguk seraya menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangannya sendiri. "Tapi Tuan...!" Susan. "Udah... Kalau kamu nggak mau lebih baik kita lanjut mikir, apa kira-kira solusi untuk masalah ini sekarang?!" potong Lucky lagi dan kembali keduanya terdiam dengan Lucky yang terus mengetuk-ngetuk dagunya sementara Susan sendiri justru menopang pelipisnya sambil menatap aneh ke arah laki-laki yang kini berstatus suaminya itu. 'Tampan, kaya, tapi kok gak laku ya!' batin Susan. "Ooh Susan tau, Tuan. Susan tau apa solusi untuk masalah kita ini...!" ujar Susan berseru dengan ekspresi cemerlang. "Apa...?" Lucky menoleh dengan dahi berkerut , pertanda ada tanya di kepalanya. "Kita coba cari info di browser aja, bagaimana Tuan. Kan itu lebih akurat!" ucap Susan dan Lucky langsung terlihat menepuk jidatnya karena dia benar-benar tidak sempat memikirkan hal itu sedari tadi. Pikirannya terus saja tertuju pada adegan itu, juga pertanyaan-pertanyaan aneh yang tadi lepas dari kedua orang tuanya , dan ternyata usul Susan ini benar-benar solusi terbaik untuk mereka berdua. "Oh kau benar Susan. Kenapa dari tadi aku tidak memikirkan ini!" ucap Lucky. Dia lantas bergegas ke meja kerjanya dengan Susan yang ikut di belakangnya. Lucky mengeluarkan laptop di dalam laci, meletakkannya di atas meja kerjanya kemudian mengaktifkan layarnya dan Susan ikut antusias menunggu layar laptop itu menyala. Lucky lantas mengklik beberapa kalimat di kolom pencarian dan artikel yang ingin mereka ketahui langsung terpampang dengan sempurna di layar empat belas inci itu. Susan duduk di kursi meja kerja Lucky. Dia cukup pandai mengaplikasikan perangkat itu, menggeser panel mouse untuk menggerakkan tanda panah lalu membaca barisan-barisan kalimat diartikel tersebut, sementara Lucky berdiri di samping Susan dengan sebelah tangan yang bertumpu pada meja itu dan pandangan yang terfokus pada layar laptop tersebut. Ikut membaca artikel tersebut dengan seksama agar mereka tidak lagi salah mendefinisikan perasaan mereka setelah melakukan malam pertama. Meskipun malam pertama versi global, bukan malam pertama versi nyata. "Ketika seorang wanita diperawani, atau disetubuhi untuk pertama kali, biasanya p***s laki-laki akan sedikit kesulitan untuk menerobos liang itu. Bahkan tidak jarang wanita yang pertama kali melakukan seks akan berakhir tidak bisa berjalan dengan baik, dan paling parah akan terkapar lemah di atas tempat tidur." Mereka membaca artikel itu dengan sangat hati-hati, pelan dan teliti. Mereka tidak ingin melewatkan satu paragraf pun karena ternyata Lucky pun belum pernah melakukan adegan tersebut secara langsung. Lucky memang beberapa kali menjalin hubungan serius dengan seorang wanita, akan tetapi hubungan mereka memang tidak pernah sampai sejauh itu, bahkan untuk berciuman pun Lucky hanya pernah melakukannya dengan satu orang wanita dan itu adalah cinta pertamanya. Susan masih terfokus dengan layar laptop itu, akan tetapi Lucky justru merasa sesuatu yang aneh tiba-tiba menjalar dengan sangat halus di dalam tubuhnya. Entah perasaan apa itu, akan tetapi Lucky justru merasa tubuhnya mendadak panas hanya karena membaca artikel bagaimana cara pasangan suami istri bersenggama dengan baik dan benar beserta perasaan mereka setelah itu. Entah siapa yang membuat artikel tersebut tapi percayalah Lucky langsung merasa bereaksi hanya karena membaca artikel itu, terlebih lagi di beberapa artikel tersebut si pembuat artikel juga ikut menyelipkan beberapa gambar hubungan intim seorang pria dan wanita. Gambar yang terlihat sangat intim dan membangkitkan gairah bercinta, dan tanpa sadar, dia justru pelan-pelan menurunkan wajahnya untuk lebih dekat dengan kepala Susan yang masih lembab. Menghirup aroma wangi dari sampo yang dia gunakan dan entah kenapa aroma itu terasa sangat menenangkan di indera penciuman juga otak Lucky. Perlahan Lucky menarik nafasnya dalam diam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan. Kembali melakukan hal yang sama dan seiring dengan tarikan nafasnya, aroma wangi di rambut kepala Susan pun ikut menyeruak masuk dengan sangat lembut seolah menggugah imajinasinya untuk bergejolak dengan cara yang lebih seperti apa yang baru saja dia baca, dan tiba-tiba sesuatu di bawah tubuhnya pun ikut bereaksi. Lucky memejamkan matanya, menahan nafasnya untuk tidak menghirup aroma itu dengan cara lebih. Namun faktanya dia tetap tidak bisa menghindari perasaannya untuk tidak bernafas dan bersamaan dengan itu aroma itu seolah menghipnotis dirinya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, dan tanpa sadar kini jarak wajah Lucky sudah sangat dekat dari kepala Susan, bahkan Lucky nyaris akan menempelkan bibir dan hidungnya di rambut Susan. Susan sedikit memiringkan tubuhnya saat merasa tubuh Lucky semakin merendah dan perlahan Susan juga mendongak untuk melihat ekspresi Lucky ketika membaca artikel itu. Namun apa yang Susan lihat... Lucky justru terlihat memejamkan mata seolah menikmati sesuatu yang tidak Susan ketahui dari dirinya. "Tuan...!" Susan berseru pelan, akan tetapi Lucky yang sedang hanyut dengan aroma itu tidak menyadari reaksi gugup wanita itu. "Tuan... Apa yang Tuan lakukan...!" Susan tiba-tiba bangkit dari duduknya lalu mendorong sedikit tubuh Lucky untuk menjauh dari dirinya dan baru setelah itu Lucky mendapatkan kesadarannya. "Apa...!" Lucky malah mendadak bingung sendiri. Linglung. "Tuan tadi ingin mencium Susan , kan? Hayo ngaku... Tuan pasti ingin mencuri kesempatan dalam kesempitan kan...?!" cerca Susan dan Lucky justru terlihat kesulitan menelan salivanya sendiri. "Eh apa-apaan! Enggak ya Susan. Aku tidak melakukan itu!" tolak Lucky dengan intonasi suara yang justru terdengar gugup. "Bohong. Tadi Susan jelas lihat Tuan itu mendekat dan bersiap untuk mencium kepala Susan. Bahkan tadi Tuan sampai memejamkan mata seolah-olah ingin menikmati sesuatu yang....!" "Susan. Stop... Kita itu lagi membaca artikel. Kenapa kamu malah mikirnya yang aneh-aneh...!" tolak Lucky buru-buru, tapi Susan justru menggeleng. "Atau jangan-jangan kamu memang menginginkan hal itu. Kamu ingin aku menciummu agar kau bisa mendefinisikan sendiri rasanya setelah melakukan itu?!" sambung Lucky." "No. Ihh enggak ya Tuan. Susan gak kek gitu!" tolak Susan tapi percayalah rona di pipinya terlihat begitu jelas. Dia benar-benar gagal menyembunyikan rasa groginya, tapi Lucky justru hanya terlihat mencerbik kan bibirnya seolah ingin mengejek kenaifan Susan. "Ngaku aja deh Susan. Kamu mau kan!" ucap Lucky lagi, dan Susan buru-buru menggeleng seraya mendorong perut Lucky untuk menghentikan laki-laki itu yang terus menuduhnya menginginkan sebuah ciuman, padahal itu tidak benar. "No... Susan enggak kayak gitu Tuan...!" Kesal Susan sambil menggigit giginya sendiri dengan kedua tangan yang justru mendorong perut Lucky, tapi Lucky justru menahan kedua tangan Susan di depan perutnya saat tubuhnya mundur beberapa langkah karena dorongan itu dan tumitnya justru tersandung ujung karpet hingga tubuh tingginya langsung limbung jatuh ke belakang dengan tangan yang juga ikut menarik tangan Susan hingga mau tidak mau Susan pun ikut jatuh dengan posisi tubuh mininya berada di atas tubuh Lucky yang besar dan tinggi. Lucky tidak lagi menahan kedua tangan Susan ketika tubuhnya limbung , akan tetapi sebelah tangannya justru memeluk selingkar pinggang Susan dan sebelahnya lagi terkapar untuk menahan bobot tubuhnya agar tidak jatuh sempurna di lantai, meskipun usaha itu tentu saja gagal karena mereka benar-benar jatuh ke atas karpet itu, dengan pinggang Lucky yang lebih dulu membentur lantai. "Aah...!" spontan Lucky berteriak sementara kedua tangan Susan justru berada di d**a bidang Lucky, dan untuk sesaat nafas keduanya terasa berhenti , terlebih lagi Susan merasa sesuatu yang keras mengganjal di perutnya. "Aaah...!" Lucky menggigit bibirnya sendiri, menahan rasa nyeri di pangkal pahanya, sementara Susan kesulitan untuk mengangkat tubuhnya di atas Lucky, karena Lucky masih memeluk pinggangnya. "Susan... Kau menyakitiku!" ucap Lucky dengan suara tertahan dan nyaris tidak terdengar. "Susan gak kek gitu Tuan!" tolak Susan lagi. Menurunkan tangannya untuk menahan bobot tubuhnya agar bisa bangkit dari atas tubuh Lucky tapi sialnya sesuatu yang keras di pangkal paha Lucky kembali tersenggol oleh pinggang Susan yang hendak turun dan Lucky semakin menekuk tubuhnya seraya meremas perut bagian bawahnya. "Oooh my God, Susan...!" ucap Lucky yang terdengar seperti igauan karena Susan sama sekali tidak mengerti dengan suara desis Lucky yang sedang menahan rasa sakit. "Susan...!" kembali Lucky bersuara , sambil mengangkat sebelah tangannya seolah ingin meminta bantuan pada Susan dan Susan hanya menatap Lucky dengan tatapan heran. "Tol... loong...!" desisnya lirih. "Tuan kenapa?" tanya Susan dengan sangat bodohnya. Bisa-bisanya dia justru bertanya saat dia baru saja menyakiti senjata pusaka andalan Lucky. "Toll...looong!" kembali Lucky mendesis , dan baru setelah itu Susan mengerti ucapan Lucky. Susan lantas menarik tangan Lucky untuk bangkit dari tidurnya, tapi tentu saja tubuh itu bahkan tidak bergerak saat Susan menariknya, tapi malah Susan yang kembali jatuh di atas tubuh Lucky, dan kembali menimpa bagian pinggang Lucky hingga Lucky kembali menjerit menahan rasa sakit, karena bersamaan dengan itu..................................................
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD